Infeksi yang Diperoleh dari Rumah Sakit

Pernahkah kamu bertanya-tanya kenapa anak kecil yang sehat dilarang masuk rumah sakit hanya untuk menjenguk pasien? Alasan utamanya adalah karena rumah sakit merupakan tempat orang yang sedang sakit, dan beberapa penyakit di sana bisa menular. Sementara itu, sistem kekebalan tubuh anak kecil belum sekuat orang dewasa. Jadi, ada risiko infeksi tidak hanya bagi anak yang berkunjung, tetapi juga bagi staf medis dan pasien lain di rumah sakit. Infeksi yang berasal dari rumah sakit ini disebut infeksi nosokomial.

Apa Itu Infeksi Nosokomial?

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapatkan pasien di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. Untuk dikatakan sebagai infeksi nosokomial, pasien harus masuk rumah sakit karena masalah lain, bukan infeksi, dan tidak ada tanda-tanda infeksi aktif atau masa inkubasinya.

Infeksi nosokomial biasanya muncul:

  • Hingga 48 jam setelah pasien diterima di rumah sakit,
  • 3 hari setelah pasien pulang,
  • 30 hari setelah prosedur operasi,
  • Di fasilitas kesehatan saat pasien dirawat karena masalah lain selain infeksi.

Jenis-jenis Infeksi Nosokomial

Infeksi saluran kemih adalah yang paling umum dari jenis infeksi nosokomial. Di Amerika Serikat, infeksi luka operasi, infeksi aliran darah, dan pneumonia juga cukup sering terjadi (WHO, 2012).

Lokasi infeksi nosokomial ini biasanya tergantung pada jenis prosedur yang dilakukan pada pasien di rumah sakit.

Apa Penyebab Infeksi Nosokomial?

Infeksi nosokomial terjadi karena patogen yang mudah menyebar di tubuh. Banyak pasien rumah sakit yang sistem kekebalan tubuhnya terganggu, jadi mereka lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu, prosedur medis yang tidak sesuai atau kelalaian staf medis juga bisa jadi penyebab infeksi. Beberapa infeksi bahkan bisa terjadi karena pasien berinteraksi dengan pasien lain yang terinfeksi atau karena bakteri, virus, jamur, atau parasit yang ada di lingkungan rumah sakit.

Siapa yang Berisiko Terkena Infeksi Nosokomial?

Setiap pasien yang dirawat di rumah sakit berisiko terinfeksi nosokomial. Namun, mereka yang berada di unit perawatan intensif (ICU) punya risiko yang lebih tinggi. Berdasarkan studi European Prevalence of Infection in Intensive Care pada tahun 1995, sekitar 20,6% pasien di ICU mengalami infeksi nosokomial selama atau setelah perawatan.

Pasien yang memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh juga sangat rentan terhadap infeksi ini, karena tubuh mereka tidak bisa melawan infeksi dengan baik.

Gejala Infeksi Nosokomial

Gejala infeksi nosokomial bisa bervariasi, tergantung jenis infeksinya. Biasanya, gejalanya meliputi peradangan, demam, pembengkakan, dan nanah. Pasien juga bisa merasa sakit atau iritasi di area yang terinfeksi, dan gejala ini sering kali terlihat dengan jelas.

Bagaimana Cara Mendiagnosis Infeksi Nosokomial?

Banyak infeksi nosokomial yang bisa didiagnosis hanya dengan melihat gejalanya, seperti nanah, peradangan, atau gatal-gatal. Namun, tes darah dan urin juga sering digunakan untuk memastikan adanya infeksi.

Pengobatan Infeksi Nosokomial

Pengobatan infeksi nosokomial tergantung pada jenis infeksinya. Jika infeksi terjadi pada lokasi kateter atau jalur medis lainnya, jalur tersebut harus segera dihilangkan.

Antibiotik bisa membantu mengatasi banyak jenis infeksi. Selain itu, diet sehat, cukup cairan, dan istirahat yang cukup sangat penting untuk mendukung proses penyembuhan alami dan mencegah dehidrasi.

Bagaimana Menyikapi Infeksi Nosokomial?

Sebagian besar infeksi nosokomial bisa sembuh dengan pengobatan, meskipun beberapa kasus bisa berujung fatal. Oleh karena itu, deteksi dan pengobatan dini sangat penting. Dengan penanganan yang tepat, kebanyakan pasien bisa sembuh total.

Pencegahan Infeksi Nosokomial

Diperkirakan 40% kasus infeksi nosokomial terjadi karena kurangnya perhatian terhadap kebersihan tangan (WHO). Staf medis bisa sangat mengurangi angka infeksi dengan mencuci tangan secara teratur dan menggunakan pelindung tubuh serta sarung tangan saat bekerja dengan pasien.

Prosedur invasif meningkatkan risiko infeksi, sehingga prosedur noninvasif sebaiknya dipilih jika memungkinkan. Rumah sakit juga disarankan untuk menempatkan pasien dengan infeksi tertentu (misalnya, C. difficile, MRSA, atau infeksi bakteri resisten) di ruang isolasi untuk mencegah penularan.

Penggunaan antibiotik juga penting sebagai langkah pencegahan. Dokter harus bijak merekomendasikan antibiotik, terutama bagi pasien yang rentan terhadap infeksi.

Semoga tulisan ini bisa memberikan pemahaman yang lebih jelas dan mudah dimengerti mengenai infeksi nosokomial dan bagaimana cara mencegahnya!

PasienSehat
PasienSehat Hai, saya pasien biasa yang suka nulis blog buat berbagi dan belajar bareng. Lewat tulisan ini, saya berharap kita bisa saling mendukung, bertukar ide, dan tumbuh bersama.

2 komentar untuk "Infeksi yang Diperoleh dari Rumah Sakit"

  1. Ngeri juga yah pulang dari rumah sakit, malah bawa penyakit
    harusnya ganti nama jadi rumah sehat, biar pulang juga sehat :D

    BalasHapus
  2. Fakta dilapangan masih banyak orang yang belum tahu prosedur aman menjenguk orang sakit dirumah sakit misalnya harus memakai masker atau cuci tangan sebelum atau sesudah berkunjung padahal ditiap pintu masuk ada peringatannya

    BalasHapus