Informasi Vaksin DTP Untuk Orang Tua
Apa itu difteri, tetanus, dan pertusis?
Difteri, tetanus, dan pertusis adalah penyakit berbahaya yang disebabkan oleh bakteri.
Difteri ditandai dengan terjadinya selaput putih keabu-abuan dalam tenggorokan, yang menyebabkan kesukaran bernapas, gagal jantung sampai kematian. Ditularkan melalui percikan ludah.
Tetanus ditandai dengan kekakuan otot muka dan seluruh otot badan dengan rasa nyeri. Otot mulut dapat menjadi kaku sehingga tidak dapat membuka mulut dan tidak dapat menelan sehingga dapat menyebabkan kematian, angka kematian 2 diantara 10 orang pasien. Tetanus disebabkan oleh luka dalam dan kotor. Pada bayi baru lahir bakteri tetanus masuk melalui tali pusat yang dipotong tidak steril.
Pertusis ditandai batuk yang terus menerus dan diakhiri dengan muntah menyebabkan anak tidak dapat makan, minum dan berhenti bernapas, terutama pada bayi kecil.
Dapat menyebabkan pneumonia, kejang, kerusakan otak dan kematian.
Penyakit difteri, tetanus, dan pertusis dapat dicegah dengan vaksinasi DTP. Sebagian besar anak yang mendapat vaksinasi akan terlindungi dari penyakit ini selama masa kanak-kanak.
Siapa yang harus divaksinasi dengan DTP dan kapan vaksin tersebut diberikan?
Anak harus mendapat vaksinasi DTP lima kali pada usia:
Vaksin DTP dapat diberikan bersama dengan vaksin lain.
Untuk anak usia > 7 tahun diberikan vaksinasi Td atau Tdap. Vaksin Td/Tdap melindungi terhadap tetanus, difteri dan pertusis harus diulang setiap 10 tahun sekali.
Kapan vaksinasi DTP tidak boleh diberikan?
Apa efek samping pemberian vaksin DTP?
Penyakit difteri, tetanus, dan pertusis lebih serius daripada efek samping vaksinasi DTP. Walaupun demikian vaksin seperti obat, dapat menimbulkan efek samping serius seperti reaksi alergi berat (syok) tetapi jarang sekali.
Efek samping ringan:
Efek samping berat (jarang sekali terjadi):
Bagaimana jika terjadi reaksi yang serius?
Perhatikan gejala yang timbul seperti reaksi alergi berat, demam yang sangat tinggi atau perubahan perilaku. Gejala reaksi alergi berat seperti biduran seluruh badan, edema muka, bengkak bibir, bengkak kelopak mata, sesak napas, denyut jantung/nadi meningkat, pusing dan lemas. Gejala ini timbul segera beberapa menit sampai 2 jam setelah vaksinasi.
Apabila anda menduga reaksi alergi berat segera bawa ke rumah sakit terdekat.
Sumber
- Center of Disease Control and Prevention http://www.cdc.gov/vaccines/hcp/vis/index.html
- Ranuh IG.N, Suyitno H, Hadinegoro SR, Kartasasmita CB, Ismedijanto, Soedjatmiko, penyunting. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi ke-5. Jakarta:Badan Penerbit IDAI;2014.
Sumber: IDAI.or.id
Difteri, tetanus, dan pertusis adalah penyakit berbahaya yang disebabkan oleh bakteri.
Difteri ditandai dengan terjadinya selaput putih keabu-abuan dalam tenggorokan, yang menyebabkan kesukaran bernapas, gagal jantung sampai kematian. Ditularkan melalui percikan ludah.
Tetanus ditandai dengan kekakuan otot muka dan seluruh otot badan dengan rasa nyeri. Otot mulut dapat menjadi kaku sehingga tidak dapat membuka mulut dan tidak dapat menelan sehingga dapat menyebabkan kematian, angka kematian 2 diantara 10 orang pasien. Tetanus disebabkan oleh luka dalam dan kotor. Pada bayi baru lahir bakteri tetanus masuk melalui tali pusat yang dipotong tidak steril.
Pertusis ditandai batuk yang terus menerus dan diakhiri dengan muntah menyebabkan anak tidak dapat makan, minum dan berhenti bernapas, terutama pada bayi kecil.
Dapat menyebabkan pneumonia, kejang, kerusakan otak dan kematian.
Penyakit difteri, tetanus, dan pertusis dapat dicegah dengan vaksinasi DTP. Sebagian besar anak yang mendapat vaksinasi akan terlindungi dari penyakit ini selama masa kanak-kanak.
Siapa yang harus divaksinasi dengan DTP dan kapan vaksin tersebut diberikan?
Anak harus mendapat vaksinasi DTP lima kali pada usia:
- 2-4-6-18 bulan - (4-6) tahun atau
- 2-4-6-18 bulan - SD kelas 1
Vaksin DTP dapat diberikan bersama dengan vaksin lain.
Untuk anak usia > 7 tahun diberikan vaksinasi Td atau Tdap. Vaksin Td/Tdap melindungi terhadap tetanus, difteri dan pertusis harus diulang setiap 10 tahun sekali.
Kapan vaksinasi DTP tidak boleh diberikan?
- Anak sakit berat disertai panas tinggi, pemberian vaksinasi setelah anak sembuh dari sakit. Pada sakit ringan tanpa demam vaksinasi dapat diberikan.
- Anak yang pernah mendapat reaksi alergi berat setelah vaksinasi pertama kali dengan DTP, tidak diperbolehkan mendapat vaksinasi selanjutnya.
- Kejang atau pingsan segera setelah mendapat vaksinasi DTP.
- Anak menangis keras dan terus menerus selama > 3 jam setelah vaksinasi.
Apa efek samping pemberian vaksin DTP?
Penyakit difteri, tetanus, dan pertusis lebih serius daripada efek samping vaksinasi DTP. Walaupun demikian vaksin seperti obat, dapat menimbulkan efek samping serius seperti reaksi alergi berat (syok) tetapi jarang sekali.
Efek samping ringan:
- Demam, terjadi pada 1 diantara 4 anak.
- Kemerahan dan sedikit bengkak pada tempat suntikan, terjadi pada 1 diantara 4 anak.
- Rasa sakit pada tempat suntikan, terjadi pada 1 diantara 4 anak. Efek samping tersebut lebih sering terjadi pada vaksinasi ke-4 dan ke-5; berlangsung selama 1-7 hari (terjadi 1 diantara 30 anak).
- Rewel, terjadi pada 1 diantara 3 anak.
- Nafsu makan berkurang, terjadi 1 diantara 1 anak.
- Muntah, terjadi 1 diantara 50 anak. Efek samping timbul 1-3 hari setelah vaksinasi.
- Kejang, terjadi 1 diantara 14.000 anak.
- Menangis terus-menerus selama lebih dari 3 jam, terjadi 1 diantara 1.000 anak.
- Demam tinggi 39 derajat celcius, terjadi 1 diantara 16.000 anak.
Efek samping berat (jarang sekali terjadi):
- Reaksi alergi berat (syok), terjadi pada 1 diantara 1 juta dosis.
- Efek samping pernah dilaporkan seperti kerjang berulang/lama, koma, atau kesadaran menurun.
- Kelainan tersebut jarang sekali terjadi dan mungkin bukan karena vaksin.
Bagaimana jika terjadi reaksi yang serius?
Perhatikan gejala yang timbul seperti reaksi alergi berat, demam yang sangat tinggi atau perubahan perilaku. Gejala reaksi alergi berat seperti biduran seluruh badan, edema muka, bengkak bibir, bengkak kelopak mata, sesak napas, denyut jantung/nadi meningkat, pusing dan lemas. Gejala ini timbul segera beberapa menit sampai 2 jam setelah vaksinasi.
Apabila anda menduga reaksi alergi berat segera bawa ke rumah sakit terdekat.
Sumber
- Center of Disease Control and Prevention http://www.cdc.gov/vaccines/hcp/vis/index.html
- Ranuh IG.N, Suyitno H, Hadinegoro SR, Kartasasmita CB, Ismedijanto, Soedjatmiko, penyunting. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi ke-5. Jakarta:Badan Penerbit IDAI;2014.
Sumber: IDAI.or.id
Posting Komentar untuk "Informasi Vaksin DTP Untuk Orang Tua"