Jadikan Waktu Lebih Bermanfaat

Sadar atau tidak, waktu bergerak begitu cepat, hampir tak terasa. Seiring detik yang terus berdetak, ia berubah menjadi menit, menit berubah menjadi jam, jam berubah menjadi hari, dan tak terasa, hari-hari itu terus bergulir tanpa kita bisa menahannya. Dari zaman batu hingga zaman modern yang serba canggih ini, satu hal yang tetap tidak berubah adalah jumlah waktu yang kita miliki dalam sehari. Setiap hari, matahari terbit dan terbenam, memberi kita waktu yang sama, yakni 24 jam, tanpa kurang dan tanpa lebih.

Namun, di balik kesamaan jumlah waktu yang kita miliki, tidak semua orang bisa memanfaatkannya dengan bijak. Ada yang berhasil menggunakan waktunya dengan sebaik-baiknya, dan ada pula yang merasa waktu terus berjalan tanpa memberi kesempatan bagi mereka untuk berkembang. Mereka yang merugi adalah mereka yang hari-harinya terasa lebih buruk daripada kemarin. Mereka yang terperangkap dalam rutinitas yang tak produktif, bahkan mungkin terjebak dalam kebiasaan buruk yang sama, tanpa bisa keluar dari lingkaran tersebut. Sebagai contoh, orang yang terus terjerat dalam kesalahan yang sama, tanpa ada perubahan positif.

Tentu, kita semua pernah merasakan berada di dua sisi kehidupan ini—ada saatnya kita merasa seperti orang yang beruntung, dan ada pula saatnya kita merasa seperti orang yang merugi. Itu adalah bagian dari kehidupan yang penuh dengan keseimbangan. Tanpa adanya sisi yang merasa merugi, kita tidak akan mampu menghargai apa itu keberuntungan. Seringkali, kita lupa bahwa keseimbangan dalam hidup itu penting. Bayangkan jika hidup hanya diwarnai dengan keberuntungan semata, atau sebaliknya, hanya diwarnai dengan kesulitan dan kegagalan—akan terasa berat, bukan?

Lebih celaka lagi, jika kita tidak belajar dari pengalaman buruk yang telah kita alami. Hidup ini adalah sebuah proses belajar yang terus-menerus. Jika kita terus terjatuh dalam kisah kelam yang sama tanpa ada perubahan, maka apa gunanya kita memiliki pengalaman tersebut? Kita harus terus belajar dan berkembang dari kesalahan, agar tidak terjebak pada rutinitas yang tidak membawa kita maju.

Waktu itu sebenarnya sangat rapuh, meskipun kita sering kali merasa waktu itu sangat melimpah. Percaya atau tidak, waktu hanya terbagi menjadi tiga bagian: kemarin, hari ini, dan esok. Kemarin adalah kenangan yang membawa pelajaran dari masa lalu. Hari ini adalah waktu yang kita miliki untuk berjuang, bekerja keras, dan membuat keputusan yang menentukan nasib kita. Dan esok adalah harapan—sebuah pandangan ke depan yang memberikan kita semangat untuk terus melangkah. Waktu itu bukanlah sesuatu yang bisa kita ambil begitu saja, karena setiap detik yang berlalu tidak akan bisa kembali lagi.

Oleh karena itu, gunakanlah kenangan-kenangan dari masa lalu sebagai pelajaran berharga untuk memperbaiki diri di hari ini. Jangan biarkan kegagalan dan kesalahan kemarin menjadi beban, melainkan jadikan itu sebagai pendorong untuk berbuat lebih baik. Hari ini adalah kesempatan kita untuk berjuang dan berusaha agar esok hari menjadi lebih baik. Apa yang kita lakukan hari ini akan menentukan hasil yang kita tuai di masa depan. Jangan sia-siakan waktu yang kita miliki.

Terkadang, ada sebuah sajak yang sangat menyentuh tentang pentingnya memanfaatkan waktu dengan bijaksana. Walaupun saya tidak tahu siapa yang menciptakan sajak ini, kata-katanya sangat berarti:

Take time to think. It is the source of power. (Ambil waktu untuk berpikir. Itu adalah sumber kekuatan.)

Take time to read. It is the foundation of wisdom. (Ambil waktu untuk membaca. Itu adalah kerangka kebijaksanaan.)

Take time to quiet. It is the opportunity to seek god. (Ambil waktu untuk diam. Itu adalah peluang untuk mencari Tuhan.)

Take time to pray. It is the greatest power on earth. (Ambil waktu untuk berdoa. Itu adalah kekuatan paling besar di dunia.)

Sajak ini mengingatkan kita betapa pentingnya untuk memberi ruang dalam hidup kita untuk berpikir, belajar, merenung, dan berdoa. Dalam kesibukan sehari-hari, kita sering lupa untuk meluangkan waktu untuk diri kita sendiri—untuk berpikir dengan jernih, untuk membaca dan mencari ilmu, untuk merenung dalam kedamaian, dan untuk berdoa mencari kedamaian batin. Semua itu adalah bagian dari pemanfaatan waktu yang benar.

Pada akhirnya, semua kembali kepada kita sebagai individu. Keputusan untuk menjalani hidup dengan baik atau buruk ada di tangan kita sendiri. Waktu yang kita miliki sekarang bukanlah pedang yang siap melukai diri kita sendiri, melainkan alat yang bisa kita gunakan untuk mencapai tujuan dan impian. Jangan biarkan waktu berlalu begitu saja tanpa memberi dampak positif dalam hidup kita. Jangan pernah ragu untuk memilih jalan kebaikan, karena kesempatan tidak selalu datang dua kali.

Dan satu hal lagi yang perlu kita ingat: jangan menjadi lilin yang membakar dirinya sendiri. Artinya, jangan sampai kita menghabiskan waktu kita untuk hal-hal yang justru merusak diri kita sendiri. Semua ada batasnya. Jangan sampai kita terjebak dalam kebiasaan buruk atau melakukan hal-hal yang membinasakan diri, baik fisik maupun mental. Seimbangkan waktu kita untuk beristirahat, bekerja, belajar, dan merawat diri. Semoga kita semua menjadi insan-insan yang pandai dalam memanajemen waktu, agar dapat hidup dengan lebih bermakna dan penuh kebahagiaan.

PasienSehat
PasienSehat Hai, saya pasien biasa yang suka nulis blog buat berbagi dan belajar bareng. Lewat tulisan ini, saya berharap kita bisa saling mendukung, bertukar ide, dan tumbuh bersama.

3 komentar untuk "Jadikan Waktu Lebih Bermanfaat"

  1. yaaa ampunnn kata kata nya mennn keren banget kang sucipto :)

    BalasHapus
  2. Sip mas artikel nya, bdw sajak nya juga bagus :)

    BalasHapus
  3. Kata-katanya keren nih, apalagi cocok untuk pas resolusi 2015 tahun ini.

    BalasHapus