Mulailah Berpikir dengan Pikiran Positif
Apa yang pertama kali terpikir saat kamu mendapati nilai ujianmu jeblok? Apa yang langsung terlintas saat kamu tidak diterima di perusahaan impianmu? Apa yang menghantui pikiranmu saat sahabatmu sendiri mengkhianatimu?
Rasanya, tak ada yang lebih lumrah selain kecewa, kesal, marah, atau sedih. Semua emosi itu wajar hadir. Kita manusia, dan manusia memiliki perasaan. Namun, apa yang terjadi setelah emosi itu? Apakah kita larut dalam kekecewaan? Ataukah kita mencoba berdamai dengan keadaan dan bangkit lagi?
Sebuah Kenangan di Masa SMA
Saat SMA, saya punya mimpi sederhana. Di event kelulusan, saya membayangkan diri saya berdiri gagah di atas panggung, menerima penghargaan sebagai salah satu siswa dengan nilai ujian tertinggi. Saya ingin nama saya disebut oleh pembawa acara dengan penuh kebanggaan. Dalam bayangan itu, saya bisa merasakan kehangatan tepuk tangan teman-teman dan senyuman guru-guru.
Hari itu tiba. Panggung sudah dihiasi indah. Semua siswa duduk di aula besar, dan momen yang ditunggu pun datang. Pembawa acara mulai memanggil nama-nama siswa dengan nilai ujian tertinggi.
Telapak tangan saya berkeringat deras. Jantung saya berdebar kencang seiring nama-nama mulai dipanggil satu per satu. Namun, ketika semua nama sudah disebut, saya menyadari sesuatu. Nama saya tidak ada di daftar itu.
Bagaimana rasanya? Ada sedikit kecewa, tentu. Namun, di tengah rasa kecewa itu, saya berkata pada diri sendiri:
"Mungkin kamu belum siap menerima penghargaan dari manusia. Allah menyayangimu. Dia tidak ingin kamu menjadi sombong. Kalau kamu yang menerima penghargaan itu, bisa jadi hatimu akan dipenuhi rasa bangga diri, dan dari situ kesombongan akan tumbuh."
Kata-kata itu menjadi pengingat. Saya belajar bahwa mungkin Allah sedang melindungi saya dari sesuatu yang tidak saya ketahui. Dengan pikiran seperti itu, hati saya menjadi tenang.
Keunikan Manusia dan Rencana-Nya yang Sempurna
Keinginan untuk menjadi yang “ter-” atau paling unggul adalah sifat dasar manusia. Siapa yang tidak ingin menjadi yang terbaik? Namun, ada satu hal menarik yang saya sadari: setiap manusia itu unik. Keberhasilan seseorang tidak selalu berarti kegagalan kita. Jalan hidup setiap orang telah dirancang dengan begitu indah oleh Sang Pencipta.
Contohnya, saat saya beranjak dewasa, saya pernah jatuh hati pada seorang gadis. Saya merasa yakin bahwa dia adalah orang yang tepat untuk saya. Namun, hidup tidak selalu sesuai dengan harapan kita. Gadis itu memilih pria lain.
Apa yang saya pikirkan waktu itu?
Saya berkata pada diri sendiri:
"Tugasmu sudah selesai. Yang penting kamu sudah menyampaikan apa yang harus disampaikan, termasuk tentang iman, Islam, dan kasih sayang Allah. Kalau dia bukan jodohmu, mungkin Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik."
Percayalah, tidak ada yang mustahil bagi Allah. Kadang, kita harus rela melepaskan sesuatu yang kita inginkan, karena Allah sedang menyiapkan sesuatu yang jauh lebih baik.
Ketika Pintu Tak Terbuka
Cerita serupa terjadi saat saya melamar pekerjaan di perusahaan-perusahaan impian saya. Berkali-kali saya tidak lolos. Ada yang bahkan tidak memanggil saya untuk interview. Ada juga yang memanggil, tapi saya gagal di psikotes atau wawancara.
Tentu saja ada rasa kecewa. Namun, saya belajar bahwa usaha tidak pernah sia-sia. Ketika saya sudah hampir putus asa, Allah menunjukkan Kuasa-Nya. Di saat saya tidak lagi berharap besar, justru pintu lain terbuka. Pekerjaan yang sebelumnya tak saya bayangkan datang di waktu yang paling tepat.
Hal ini mengajarkan saya bahwa:
"Allah selalu tahu kapan waktu yang paling baik untuk memberikan sesuatu kepada kita. Kita hanya perlu bersabar, berusaha, dan bertawakal."
Ujian Adalah Bagian dari Kehidupan
Dari semua hal yang pernah terjadi dalam hidup saya, saya belajar satu hal penting: setiap masalah, kegagalan, atau kekecewaan adalah bagian dari ujian. Dalam setiap ujian, ada kesempatan untuk belajar dan menjadi lebih baik.
Jadi, setiap kali kamu merasa gagal, katakanlah pada dirimu sendiri:
"Jangan mudah menyerah ketika kamu dihadapkan pada suatu masalah. Teruslah berikhtiar dengan dibarengi tawakal. Kamu sedang diuji, dan ujian itu akan membuatmu lebih kuat. Yang terpenting adalah tetap berbuat kebaikan karena Allah. Itulah bekal yang sesungguhnya untuk kehidupan yang abadi."
Tidak perlu kecewa atas perlakuan manusia. Jangan sedih atas celaan atau hinaan. Tidak usah marah saat kamu diperlakukan tidak adil. Selama apa yang kamu lakukan benar-benar untuk mencari ridha Allah, maka kamu tidak perlu khawatir.
Berbaik Sangka pada Allah
Percayalah, Allah telah mengatur segalanya untukmu. Berbaik sangkalah kepada-Nya, meskipun terkadang rencana-Nya tidak sesuai dengan keinginanmu. Ketika pikiran negatif menghampirimu, lawanlah dengan pikiran positif. Katakan pada dirimu:
"Mungkin ini adalah cara Allah melindungiku. Aku percaya, di balik setiap kesulitan, ada kemudahan yang sedang menantiku."
Hidup ini bukan tentang siapa yang selalu menang atau siapa yang selalu berada di atas. Hidup ini adalah perjalanan. Perjalanan untuk menjadi manusia yang lebih baik setiap harinya. Jadi, jangan berhenti melangkah. Jangan berhenti berharap. Dan yang terpenting, jangan pernah berhenti berbaik sangka kepada Allah.
Iya, cobalah berpikir optimis jangan pesimis. Kita semua ada kemampuan spesialis masing-masing.
BalasHapus