Obat-Obatan Kimia Itu Racun!

Benar sekali, obat-obatan kimia itu berpotensi menjadi racun! Semua obat konvensional dari ilmu kedokteran modern memang mengandung bahan kimia. Namun, perlu dicatat bahwa ilmu kedokteran itu tidak asal-asalan! Setiap bahan kimia dalam obat tersebut telah melalui penelitian yang mendalam, dan dosisnya diatur dengan cermat agar sesuai dengan tujuan terapi yang diinginkan.

Semua obat, baik kimia maupun herbal, memiliki potensi menjadi racun. Jangan salah, obat herbal juga mengandung bahan kimia. Bahkan nasi, air, gula, kopi, dan susu juga merupakan zat kimia. Yang terpenting adalah obat-obatan kimia modern itu sudah dipastikan halal dan tidak mengandung zat yang diharamkan. Selain itu, dosis, efek samping, dan kemungkinan reaksi alergi dari obat-obatan modern sudah diketahui dengan jelas.

Berbeda dengan obat tradisional herbal yang sering kali tidak diketahui dosis, efek samping, atau reaksi alerginya, meskipun sering dianggap aman dan bukan zat kimia.

Dalam kedokteran modern ada sebuah ungkapan yang sangat terkenal:
"All substances are poison. There is none that is not poison, the right dose and indication differentiate a poison and a remedy."
“Semua zat berpotensi menjadi racun. Tidak ada yang tidak berpotensi menjadi racun. Dosis dan indikasi yang tepat membedakannya apakah itu racun atau obat.” [Toksikologi hal. 4, Bag Farmakologi dan Toksikologi UGM, 2006]

Oleh karena itu, kedokteran modern tidak gegabah dalam memberikan terapi obat-obatan kimia. Semua dilakukan dengan mempertimbangkan dosis dan indikasi yang tepat. Jika suatu penyakit dibiarkan dan membahayakan, maka lebih baik mengonsumsi obat kimia yang meskipun berbahaya jika tidak tepat dosisnya, namun dapat menyembuhkan jika digunakan dengan benar. Begitu juga dengan operasi pembedahan yang meskipun berisiko "merusak" tubuh, dilakukan demi kesembuhan.

Ada sebuah cerita yang disampaikan oleh dr. Piprim: "Seorang anak teman saya yang sudah positif demam tifoid (tifus) menolak antibiotik karena takut dengan zat kimia, dan terus diobati dengan herbal. Kondisinya semakin memburuk hingga akhirnya ia wafat. Innalillah..."

Inilah pentingnya penggunaan obat yang tepat sesuai indikasi dan dosis. Cara terbaik untuk mengobati infeksi bakteri serius adalah dengan antibiotik—baik antibiotik modern maupun herbal yang mengandung antibiotik yang tepat. Setiap infeksi bakteri memiliki obat antibiotik spesifik yang sesuai. Meskipun saya percaya bahwa makanan dan obat yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh sangat bermanfaat untuk kesehatan, tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa vitamin C secara signifikan membantu melawan infeksi, seperti yang saya tulis dalam mitos mengenai influenza.

Sinshe Abu Muhammad Suparisno, seorang ahli pengobatan tradisional, dalam sebuah video berjudul Ada Ada Apa dengan Kesembuhan mengatakan, meskipun obatnya sama, dosisnya belum tentu sama. Pengobatan harus disesuaikan dengan dosis yang tepat, berdasarkan faktor-faktor seperti usia, kondisi fisik, tempat tinggal, bahkan kondisi mental pasien. Jika dosisnya tidak tepat, pengobatan mungkin perlu dilakukan berulang kali.

Ini juga sesuai dengan perkataan Ibu Hajar al-Asqalasi rahimahullah:

"Seluruh tabib telah sepakat bahwa pengobatan suatu penyakit berbeda-beda, sesuai dengan perbedaan umur, kebiasaan, waktu, jenis makanan yang biasa dikonsumsi, kedisiplinan dan daya tahan fisik... 

Sahabat yang menderita diare ini, belum sembuh seusai minum madu pertama kali, karena dosis madu yang ia minum belum seimbang dengan penyakit yang diderita. Dan obat apapun, bila dosisnya kurang dari penyakit, maka tidak dapat menyembuhkannya dengan total, dan bila melebihi dosis, maka dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang lain. Seakan-akan pada pertama kali sahabat ini minum madu dengan dosis yang belum cukup untuk mengusir diarenya. 

Karenanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkannya agar kembali meminumnya. Dan tatkala ia telah berulang kali minum madu, dan mencapai dosis yang cukup untuk mengusir penyakit, maka iapun –dengan izin Allah- sembuh."

[Fathul Baari 10/169-170, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379 H, Asy-Syamilah]

Jika kita kembali pada konsep zat kimia, ada yang alami dan ada yang buatan. Obat-obatan dalam kedokteran modern pun kadang menggunakan bahan kimia alami. Contohnya, habbatus sauda, yang merupakan bahan thibbun nabawi, mengandung zat kimia aktif seperti thymoquinone (TQ), dithymoquinone (DTQ), thymohydroquinone (THQ), dan thymol (THY), yang semuanya bisa berbahaya jika dosisnya tidak tepat. Oleh karena itu, penelitian mengenai dosis dan indikasi sangat diperlukan.

Dengan habbatus sauda, pengobatan hanya bisa dilakukan dengan metode yang tepat oleh ahli yang berpengalaman. Kita semua percaya bahwa habbatus sauda adalah obat yang sangat bermanfaat, namun seperti pedang tajam, agar bisa berfungsi maksimal dalam pengobatan, harus ada tangan terlatih yang menggunakannya..

Obat Kimia: Racun atau Tidak?

Obat kimia memang bisa berbahaya jika tidak digunakan dengan bijak, tetapi bukan berarti obat kimia itu selalu racun. Sebaliknya, obat kimia modern, jika digunakan dengan benar, justru bisa menyembuhkan banyak penyakit yang sebelumnya sulit diatasi. Agar obat yang Anda gunakan benar-benar efektif dan membawa kesembuhan, pengobatan harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan tepat. Berikut beberapa poin penting yang perlu Anda perhatikan:

  1. Diagnosis yang Tepat
    Langkah pertama yang paling penting adalah memastikan bahwa diagnosis penyakit yang Anda derita benar-benar tepat. Tanpa diagnosis yang akurat, pengobatan yang diberikan bisa jadi tidak sesuai dengan penyakit yang Anda alami.

  2. Pemilihan Obat yang Tepat
    Setelah diagnosis, memilih obat yang sesuai dengan kondisi Anda juga sangat krusial. Obat yang tidak cocok dengan kondisi medis Anda justru bisa memperburuk keadaan.

  3. Dosis yang Tepat
    Dosis obat yang tepat adalah kunci untuk mendapatkan hasil terapi yang optimal. Dosis yang terlalu rendah mungkin tidak efektif, sementara dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang berbahaya. Oleh karena itu, penting untuk selalu mengikuti petunjuk dosis yang disarankan oleh tenaga medis.

  4. Waktu Penggunaan yang Tepat
    Penggunaan obat yang tepat waktu juga menentukan keberhasilan pengobatan. Beberapa obat mungkin perlu dikonsumsi pada waktu tertentu agar bisa bekerja secara maksimal dalam tubuh.

  5. Menghindari Pantangan
    Selain itu, Anda juga harus mematuhi pantangan yang mungkin diberikan oleh dokter atau apoteker. Terkadang, makanan tertentu atau kebiasaan lainnya bisa mengganggu efektivitas obat yang sedang Anda konsumsi.

Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua obat herbal itu bebas dari efek samping. Meskipun obat herbal sering dianggap lebih alami, tetap saja, setiap obat memiliki efek yang berbeda-beda pada setiap individu. Efeknya bisa ringan, tetapi juga bisa sangat serius, terutama jika dosisnya tidak tepat. Begitu juga dengan obat kimia, meskipun banyak yang sangat bermanfaat, penggunaannya yang tidak sesuai dengan petunjuk bisa menyebabkan masalah kesehatan lainnya. Oleh karena itu, baik obat kimia maupun herbal, semua zat berpotensi menjadi racun jika tidak digunakan dengan hati-hati.

Poin penting lainnya adalah kita sebagai umat Muslim harus selalu meyakini bahwa kesembuhan sejati datang dari izin Allah. Sebagai seorang Muslim, kita percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini, termasuk kesehatan dan kesembuhan, terjadi atas kehendak dan takdir Allah Ta'ala. Seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an:

"Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut takdir (ketentuan)." [QS. Al Qamar:49]
"Dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkan aku." [QS. Asy-Syu'araa:80]

Taqdir Allah mengajarkan kita untuk selalu berikhtiar dalam upaya menyembuhkan penyakit, namun tetap menyerahkan hasilnya pada-Nya. Meskipun kita menggunakan obat-obatan kimia atau herbal, kita harus ingat bahwa kesembuhan sejati adalah hasil dari izin dan kehendak Allah. Sebagai umat yang beriman, kita selalu berusaha dengan usaha terbaik dan berdoa kepada-Nya untuk diberikan kesembuhan, baik melalui obat yang kita konsumsi maupun dengan cara-cara lainnya.

Oleh karena itu, dalam memilih pengobatan, kita harus selalu mengedepankan pendekatan yang bijak, tepat, dan berimbang, serta tetap berdoa agar diberikan kesembuhan yang sempurna. Jangan lupa untuk selalu meminta petunjuk dan bimbingan Allah dalam setiap langkah yang kita ambil, baik dalam hal pengobatan maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, kesimpulannya adalah:
Obat kimia memang bisa berfungsi sebagai alat untuk menyembuhkan, tetapi hanya jika digunakan dengan benar. Kita juga harus selalu ingat bahwa pengobatan yang tepat adalah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh kita, dan bahwa kesembuhan datang dari Allah, yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Jadi, mari kita selalu bijak dalam memilih dan menggunakan obat, dengan tetap beriman dan tawakal kepada-Nya.

PasienSehat
PasienSehat Hai, saya pasien biasa yang suka nulis blog buat berbagi dan belajar bareng. Lewat tulisan ini, saya berharap kita bisa saling mendukung, bertukar ide, dan tumbuh bersama.

9 komentar untuk "Obat-Obatan Kimia Itu Racun!"

  1. betul sekali mas, obat itu sebenarnya racun,, racun yang berfungsi untuk menyembuhkan penyakit sesuai dengan kandungan yang ada didalamnya.. jadi jangan salahkan dokter atau para medis lainnya jika dalam pemberian terapi obat tidak sesuai dengan keinginan atau kehendak keluarga pasien yang menginginkan obat bagus agar segera menyembuhkan penyakit yang diderita pasien. karena dokter lebih tahu, obat-obatan yang sesuai dengan penyakit si pasien..

    BalasHapus
  2. ini yang jadi polemik dari jaman dahulu, kecanggihan tekhnologi dan kebutuhan masyarakat terhadap pengobatan praktis memicu para pebisnis untuk menjadikan objek sarana mencari uang.. coba simak adakah obat herbal yang lulus Bpom..? (sejauh ini hanya sido muncul) mungkin kalau dinkes iya, bahkan sekelas madupun tak ada yang lulus bpom.. memang seperti ada monopoli terhadap herbal dari kalangan pengusaha obat dunia.. itu yang saya alami ketika saya duduk diherbal (madu) tapi kalau sekarang saya absen ah hehe..

    BalasHapus
  3. memang betul juga sih mas, namun obt kimia gak semua racun yang penting tau kadar konsumsinya saja mas

    BalasHapus
  4. Syukurnya saya suka habatusaudah dan Madu. Kalau gak minum habatsaudah saya minum madu untuk menjaga kesehatan. Benar-benar harus tepat yah dosisnya. Beda orang beda pula pengobatannya.

    BalasHapus
  5. baik kimia sintesis atau herbal, kedua nya bila sesuai anjuran dokter bisa menyembuhkan dan meredakan penyakit. yang berbahaya bila kita mengalami ketergantungan obat dan mengkonsumsi obat secara berlebihan tak sesuai anjuran dokter.

    BalasHapus
  6. Semua urusan pegobatan biar serahkan ke ahinya
    Sedangkan untuk kesenbuhan pasrahkan ke pda NYA
    :)

    BalasHapus
  7. Nah ini, betul sekali. Di artikel sy mengherankan perbedaan kebijakan pemberian medicine dari dokter Indonesia dan Eropa, tp mungkin mereka punya pertimbangan pribadi sesuai ilmu, yg sy tidak tahu. Cuma kadang harus selektif pilih dokter, krn sy pernah ketemu dokter anak yg ngasih obatnya banyak sekali, plus vitamin dll lah..jadinya sempat suudzon ttg korelasi tenaga medis dg produsen obat.
    Semoga suudzonnya sy itu gk bener ya Pak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga pernah suudzon begitu :(
      makanya mengedukasi diri sendiri sangat penting biar gak salah obat

      Hapus
  8. kalau gitu kuncinya itu diagnosa dokter ya mas. Bahaya sekali kalau diagnosa salah. Oh jadi inget beberapa tahun lalu ketika putriku opname di RS gara-gara ke dokter di kampung dan dikasih obat. Begitu Opname Dokter RS bilang ini akibat obatnya salah gitu...

    BalasHapus