9 Jenis Obat Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Hipertensi, atau yang lebih dikenal dengan istilah tekanan darah tinggi, adalah salah satu kondisi medis yang cukup umum di masyarakat. Jika dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, hipertensi dapat meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit serius, seperti penyakit jantung, stroke, dan gangguan ginjal. Untuk membantu mengontrol tekanan darah, dokter biasanya meresepkan obat-obatan yang dirancang khusus untuk menurunkan tekanan darah.

Obat-obatan ini memiliki berbagai jenis dengan mekanisme kerja yang berbeda-beda, tergantung pada penyebab dan kondisi spesifik pasien. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami beragam jenis obat hipertensi dan cara kerjanya. Dengan mengetahui informasi ini, Anda dapat lebih bijak dalam menjalani pengobatan, mengikuti saran dokter, dan mendukung kesehatan secara keseluruhan. Jika Anda didiagnosis menderita hipertensi, mengenal jenis-jenis obat yang tersedia akan menjadi langkah awal untuk mengelola kondisi ini dengan baik.

Apa itu Tekanan Darah?

Tekanan darah adalah kekuatan yang digunakan oleh darah untuk mengalir melalui pembuluh darah arteri. Arteri sendiri merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Ketika tekanan darah lebih tinggi dari batas normal, kondisi ini dikenal sebagai tekanan darah tinggi atau hipertensi.

Agar lebih memahami, mari perhatikan ilustrasi tentang tekanan darah berikut.

gambar tekanan darah
Ilustrasi tekanan darah

Obat-obatan untuk mengatasi tekanan darah tinggi biasanya diresepkan oleh dokter untuk membantu menurunkan tekanan darah ke tingkat yang lebih normal dan aman. Tujuan dari pemberian obat ini adalah untuk mencegah komplikasi serius yang dapat timbul akibat hipertensi, seperti serangan jantung, stroke, atau kerusakan organ vital lainnya. Namun, perlu diingat bahwa obat-obatan ini tidak memberikan efek yang langsung terlihat dalam waktu singkat. Biasanya, obat hipertensi baru akan mulai menunjukkan hasil setelah beberapa hari atau bahkan minggu penggunaan secara rutin.

Penting untuk diingat bahwa meskipun Anda merasa lebih baik setelah mulai mengonsumsi obat, Anda tidak boleh menghentikan pengobatan begitu saja tanpa berkonsultasi dengan dokter. Menghentikan obat secara tiba-tiba dapat berisiko meningkatkan tekanan darah Anda kembali ke level yang berbahaya. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengikuti petunjuk dan anjuran dokter mengenai durasi penggunaan obat dan kapan waktu yang tepat untuk mengurangi atau menghentikan pengobatan tersebut. Keputusan ini hanya dapat diambil oleh dokter setelah melakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap kondisi kesehatan Anda.

Tahukah Anda?

Sekitar satu dari dua orang yang mengalami hipertensi harus mengonsumsi dua jenis obat atau lebih untuk mengontrol tekanan darah mereka. Hal ini terjadi karena hipertensi, atau tekanan darah tinggi, seringkali sulit dikendalikan hanya dengan satu obat saja, terutama jika kondisi tekanan darahnya cukup tinggi atau sudah berlangsung lama. Oleh karena itu, dokter sering meresepkan kombinasi obat-obatan untuk mencapai pengendalian yang optimal.

Apa yang Terjadi Jika Tidak Mengonsumsi Obat Tekanan Darah Tinggi?

Hipertensi seringkali tidak menunjukkan gejala yang jelas, sehingga penyakit ini sering disebut sebagai "penyakit sunyi." Meskipun Anda merasa baik-baik saja, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat merusak pembuluh darah di berbagai bagian tubuh, yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius.

Jika hipertensi tidak segera diobati, kondisi ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi, seperti:

  1. Gagal Ginjal – Tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh darah di ginjal, yang pada akhirnya dapat mengganggu fungsi ginjal dan menyebabkan gagal ginjal.
  2. Stroke – Tekanan darah tinggi meningkatkan risiko pecahnya pembuluh darah di otak, yang dapat menyebabkan stroke.
  3. Serangan Jantung – Tekanan darah yang tidak terkontrol dapat merusak pembuluh darah jantung, meningkatkan risiko serangan jantung.
  4. Kebutaan – Hipertensi juga dapat merusak pembuluh darah di mata, yang pada gilirannya bisa menyebabkan gangguan penglihatan atau kebutaan.

Oleh karena itu, sangat penting untuk secara rutin memeriksa tekanan darah Anda dan mengikuti saran dokter terkait pengobatan yang tepat. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai seberapa sering Anda perlu memeriksa tekanan darah dan langkah-langkah yang harus diambil untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.

Saat ini, ada sembilan jenis obat yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi atau hipertensi. Setiap jenis obat memiliki mekanisme kerja yang berbeda, yang disesuaikan dengan kondisi pasien dan respons tubuh terhadap pengobatan. Penggunaan obat hipertensi bertujuan untuk menurunkan tekanan darah ke tingkat yang aman, mencegah kerusakan organ vital, dan mengurangi risiko komplikasi serius seperti serangan jantung, stroke, atau gagal ginjal. Berikut ini adalah penjelasan lengkap mengenai jenis-jenis obat hipertensi yang sering digunakan:

1. Centrally-Acting Alpha Adrenergics

Obat golongan ini bekerja dengan mempengaruhi sistem saraf pusat, yaitu otak. Cara kerjanya adalah dengan mengurangi produksi atau aktivitas zat kimia tertentu dalam darah yang dapat meningkatkan tekanan darah. Sebagai hasilnya, pembuluh darah menjadi lebih rileks dan jantung dapat berdetak dengan lebih tenang dan mudah. Obat ini efektif dalam mengurangi ketegangan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah, namun umumnya digunakan sebagai obat tambahan jika terapi lainnya belum cukup memberikan hasil yang diinginkan.

2. Beta Blockers

Beta blockers adalah obat yang bekerja dengan mempengaruhi jantung secara langsung. Obat ini menargetkan reseptor beta yang terdapat pada sel-sel otot jantung, otot-otot halus, dan jaringan lainnya. Fungsi utama dari beta blockers adalah untuk mengurangi efek hormon stres, seperti adrenalin, yang dapat mempercepat detak jantung dan meningkatkan tekanan darah. Dengan memblokir efek dari hormon-hormon tersebut, beta blockers membantu menurunkan tekanan darah, memperlambat detak jantung, dan mengurangi beban pada jantung. Ini sangat bermanfaat bagi pasien yang mengalami hipertensi disertai dengan penyakit jantung.

3. Calcium Channel Blockers

Obat ini bekerja dengan menghalangi pergerakan kalsium yang masuk ke dalam sel-sel pembuluh darah dan otot jantung. Kalsium memiliki peran penting dalam kontraksi otot, dan dengan mengganggu pergerakan kalsium, pembuluh darah menjadi lebih rileks, serta jantung dapat berdetak lebih santai. Hasilnya, tekanan darah menjadi lebih terkontrol. Calcium channel blockers sering digunakan untuk pasien yang memiliki hipertensi yang berhubungan dengan gangguan pada pembuluh darah koroner atau gangguan ritme jantung.

4. Peripherally Acting Alpha-Adrenergic Blockers

Obat ini bekerja dengan menghambat pengaruh hormon-hormon yang menyebabkan penyempitan otot pada dinding pembuluh darah arteri yang lebih kecil. Dengan menghambat efek ini, pembuluh darah menjadi lebih terbuka dan rileks, yang pada akhirnya meningkatkan aliran darah dan menurunkan tekanan darah. Obat ini umumnya digunakan pada pasien dengan hipertensi yang membutuhkan penurunan tekanan darah yang lebih cepat dan efektif.

5. Vasodilators

Vasodilators berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah. Mereka bekerja dengan merelaksasi sel-sel otot halus di sekitar pembuluh darah, yang menyebabkan pembuluh darah, terutama arteri, menjadi lebih lebar. Dengan melebarnya pembuluh darah, hambatan dalam aliran darah berkurang, dan aliran darah ke seluruh tubuh menjadi lebih lancar. Akibatnya, tekanan darah pun menurun. Vasodilators sering digunakan dalam pengobatan hipertensi yang lebih berat dan juga pada kasus tertentu seperti hipertensi paru.

6. Penghambat ACE (Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors)

Obat ini bekerja dengan memperlambat produksi hormon angiotensin II, yang dikenal dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Dengan menghambat pembentukan angiotensin II, obat ini membantu melebarkan pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan tekanan darah. Penghambat ACE sering digunakan untuk pasien hipertensi yang juga memiliki masalah jantung atau ginjal, karena obat ini juga dapat membantu melindungi organ-organ vital tersebut dari kerusakan lebih lanjut.

7. Angiotensin II Receptor Blockers

Obat ini bekerja dengan cara memblokir efek dari hormon angiotensin II pada pembuluh darah. Dengan memblokir reseptor yang diikat oleh angiotensin II, obat ini membantu menjaga pembuluh darah tetap terbuka, yang memungkinkan aliran darah lebih lancar dan tekanan darah menurun. Angiotensin II receptor blockers (ARBs) sering digunakan sebagai alternatif bagi pasien yang tidak dapat mentoleransi penghambat ACE, karena efek sampingnya lebih sedikit.

8. Penghambat Renin (Renin Inhibitors)

Renin inhibitors bekerja dengan cara memblokir enzim renin, yang berperan dalam produksi angiotensin II. Dengan mengurangi kadar angiotensin II, obat ini membantu melebarkan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah. Renin inhibitors biasanya digunakan pada pasien yang memerlukan kontrol tekanan darah yang lebih ketat, atau pada mereka yang tidak merespons dengan baik terhadap terapi lain.

9. Diuretik (Diuretics)

Diuretik, atau obat "pembilas", bekerja pada ginjal dan kandung kemih. Obat ini membantu tubuh mengeluarkan kelebihan air dan garam melalui urin. Dengan meningkatkan pengeluaran natrium, diuretik menarik air keluar dari darah dan mengurangi volume darah yang mengalir melalui pembuluh darah. Penurunan volume darah ini mengurangi tekanan pada dinding pembuluh darah, sehingga tekanan darah pun turun. Diuretik sering digunakan sebagai pengobatan pertama untuk hipertensi, atau sebagai bagian dari terapi kombinasi.

Penggunaan Kombinasi Obat

Pada banyak pasien dengan hipertensi, pengobatan dengan satu jenis obat saja tidak cukup untuk mengontrol tekanan darah secara optimal. Oleh karena itu, seringkali dokter meresepkan dua atau lebih jenis obat hipertensi yang memiliki mekanisme kerja yang berbeda. Kombinasi obat ini bertujuan untuk memberikan kontrol yang lebih baik terhadap tekanan darah, serta mengurangi risiko komplikasi serius seperti serangan jantung, stroke, dan kerusakan ginjal.

Dengan penggunaan terapi kombinasi, risiko hipertensi yang tidak terkontrol dapat diminimalkan, sehingga kualitas hidup pasien dapat meningkat dan risiko kematian akibat komplikasi hipertensi dapat dikurangi secara signifikan. Sebagai bagian dari pengelolaan hipertensi yang efektif, penting untuk mengikuti saran dan dosis yang diberikan oleh dokter, serta melakukan pemeriksaan rutin untuk memantau perkembangan tekanan darah.

Dengan demikian, pengetahuan tentang jenis-jenis obat hipertensi dan cara kerjanya sangat penting bagi pasien, sehingga mereka dapat bekerja sama dengan dokter untuk menentukan pengobatan yang paling sesuai dengan kondisi mereka.

Anda mungkin berisiko mengidap tekanan darah tinggi jika...

  • Anda seorang perokok
  • Anda memiliki gangguan tidur, seperti sleep apnea
  • Anda jarang bergerak atau kurang aktif
  • Usia Anda lebih dari 50 tahun
  • Anda kelebihan berat badan atau obesitas
  • Anda memiliki penyakit diabetes atau gangguan ginjal
  • Anda mengonsumsi lebih dari 2 gram sodium setiap hari
  • Anda mengonsumsi alkohol setiap hari
  • Anda memiliki orang tua (ayah atau ibu) yang menderita hipertensi

Semakin banyak faktor risiko yang Anda miliki, semakin tinggi kemungkinan Anda terkena hipertensi di kemudian hari.

Tabel Contoh Obat Hipertensi / Obat Tekanan Darah Tinggi

Golongan ObatNama ObatEfek Samping
DiuretikChlorthalidone, hydrochlorthiazide, IndapamideSering buang air kecil, kekurangan sodium, encok
Beta-blockersMetoprolol, atenolol, nebivololFatigue, depresi
Aplha blockersPrazocin, doxazocinTekanan darah rendah, pusing
Aplha agonistsClonidine, methyl dopaHipertensi makin tinggi jika salah dosis, mulut kering, kantuk
Calcium channel blockersAmlodipine, diltiazemkaki bengkak
ACE inhibitorsLisinopril, ramiprilBatuk kering, meningkatkan potasium darah, bibir dan lidah bengkak (reaksi serius)
Angiotensin recepto blockersTelmisartan, olmisartanmeningatkan potasium dalam darah
VasodilatorsMinoxidil, hydralazinePembengkakan kaki

Kesimpulan

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi serius yang bisa menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan, seperti stroke, serangan jantung, dan kerusakan ginjal. Untuk mengendalikan tekanan darah, ada berbagai jenis obat hipertensi yang bekerja dengan cara yang berbeda, seperti beta blockers, calcium channel blockers, diuretik, dan penghambat ACE, yang masing-masing memiliki mekanisme untuk menurunkan tekanan darah dengan cara yang sesuai dengan kondisi tubuh pasien.

Menggunakan obat hipertensi yang tepat, seringkali dalam kombinasi, dapat membantu menurunkan tekanan darah dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Misalnya, penghambat ACE dan ARBs dapat melebarkan pembuluh darah, sementara diuretik membantu mengurangi volume darah dengan mengeluarkan kelebihan garam dan air dari tubuh. Begitu juga dengan obat-obatan lain seperti vasodilators dan calcium channel blockers yang merelaksasi pembuluh darah dan jantung untuk meningkatkan aliran darah.

Namun, penggunaan obat hipertensi harus disesuaikan dengan kondisi dan faktor risiko masing-masing pasien. Faktor seperti usia, gaya hidup, dan kondisi medis lainnya dapat mempengaruhi pilihan pengobatan. Oleh karena itu, penting bagi pasien untuk berkonsultasi dengan dokter guna mendapatkan pengobatan yang paling efektif dan aman. Dengan pengelolaan yang tepat, hipertensi dapat terkendali, dan risiko komplikasi serius dapat diminimalkan, sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien..

PasienSehat
PasienSehat Hai, saya pasien biasa yang suka nulis blog buat berbagi dan belajar bareng. Lewat tulisan ini, saya berharap kita bisa saling mendukung, bertukar ide, dan tumbuh bersama.

8 komentar untuk "9 Jenis Obat Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)"

  1. alhamdullilah saya bukan perokok nih mas dan saya juga masih muda kayaknya masih aman dan keren ini info mengenai jenis obat tekanan darah tinggi nya :) keep share

    BalasHapus
  2. Terima kasih share artikelnya.
    Saya salah seorang perokok, jadi dengan ini saya akan lebih berhati-hati
    dan berusaha untuk mengurangi rokok bahkan targetnya adalah berhenti merokok.

    Salam

    BalasHapus
  3. saya gak pernah darah rendah mas,,, saya seringnya sih anemia,, terus saya minum sangobion,,,, pertanyaanku,,, setelah minum sangobion badan saya segar kembali,, dan apakan baik jika obat sangobion di minum setiap hari,,, minimal 1 kabsul,,,? apakah baik untuk badan mas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga lagi nggak bahas darah rendah mas :(
      sangobion itu jenis vitamin, kalau asupannya bisa terpenuhi dari makanan, itu lebih bagus
      konsultasikan ke dokter jika anemia terus berlanjut

      Hapus
  4. Info yang bermanfaat sob, terima kasih ya jadi tambah tau

    BalasHapus
  5. hmm, vasodilators. pernah denger dimana gitu..

    BalasHapus
  6. Faktor keturunan jg salh stu penyebab ya

    BalasHapus