Perbedaan Pasien dengan Pelanggan

Pelanggan, secara sederhana, adalah individu atau badan usaha yang membeli produk atau jasa dari pihak lain dengan memberikan imbalan berupa uang. Dalam konteks ini, "pelanggan" mencakup pembelian barang fisik maupun jasa, seperti membeli mobil, memesan makanan di restoran, atau bahkan memesan paket liburan.

Namun, perawatan kesehatan berbeda dari aktivitas jual beli biasa. Pemerintah mengklasifikasikan sektor ini sebagai industri jasa, karena yang diberikan bukanlah sesuatu yang berwujud seperti barang, melainkan layanan yang sering kali tidak terlihat.

Misalnya, saat membeli mobil, Anda akan memilih dealer terbaik, mencari harga yang cocok, dan memastikan mobil tersebut sesuai kebutuhan Anda. Begitu juga ketika memilih restoran untuk makan malam, Anda membayar makanan sekaligus jasa memasaknya. Dalam perawatan kesehatan, hubungan ini jauh lebih kompleks dan tidak bisa disamakan dengan transaksi bisnis biasa.

Inilah alasan mengapa pasien tidak bisa dianggap sebagai pelanggan atau pembeli dalam pengertian bisnis pada umumnya:

1. Pasien Tidak Sedang Berlibur

Ketika seseorang duduk di ruang tunggu dokter, tujuannya bukan untuk bersenang-senang atau menikmati waktu santai. Mereka mungkin sedang cemas, tidak nyaman, atau bahkan takut. Tidak seperti membeli paket liburan atau memesan pijatan, pasien tidak memandang layanan medis sebagai pengalaman yang menyenangkan.

2. Pasien Tidak Punya Banyak Pilihan

Dalam banyak kasus, pasien tidak sepenuhnya bebas memilih layanan atau prosedur yang mereka inginkan. Sebaliknya, mereka harus mengikuti rekomendasi dokter yang didasarkan pada kebutuhan medis, bukan keinginan pribadi.

3. Pasien Tidak Membayar Secara Langsung

Pasien sering kali tidak tahu pasti berapa biaya layanan yang mereka terima. Sistem asuransi kesehatan dan subsidi pemerintah membuat mereka terputus dari informasi tentang harga yang sebenarnya. Ini berbeda dengan pelanggan yang biasanya membayar langsung untuk barang atau jasa yang mereka beli.

4. Hasil Tidak Selalu Positif

Dalam perawatan kesehatan, hasil akhir layanan tidak selalu seperti yang diharapkan pasien. Kesembuhan tidak dijamin, dan dalam beberapa kasus, komplikasi atau bahkan kematian bisa terjadi meskipun layanan medis sudah diberikan dengan maksimal. Ini tidak berarti kualitas layanan buruk, melainkan realitas dari dunia medis yang kompleks.

5. Pasien Tidak Selalu Benar

Berbeda dengan prinsip “pelanggan selalu benar” dalam dunia bisnis, dokter tidak bisa dan tidak seharusnya memenuhi semua permintaan pasien. Tugas dokter adalah memberikan perawatan terbaik berdasarkan ilmu medis, bukan sekadar mengikuti keinginan pasien.

6. Kepuasan Tidak Sama dengan Kualitas

Kepuasan pasien tidak selalu mencerminkan kualitas layanan medis. Sebagai contoh, pasien yang diberi antibiotik untuk pilek mungkin merasa puas, padahal pemberian antibiotik tidak diperlukan dan bahkan bisa berbahaya. Sebaliknya, tindakan medis yang penting namun tidak menyenangkan bisa membuat pasien merasa kurang puas meskipun hasilnya baik.

Pasien Adalah Manusia, Bukan Pelanggan

Pada akhirnya, pasien harus diperlakukan sebagai manusia yang membutuhkan bantuan, bukan sebagai pelanggan yang hanya sekadar dilayani. Hubungan antara pasien dan dokter didasarkan pada kemanusiaan, bukan semata-mata transaksi bisnis.

Kita perlu mengingat bahwa tujuan utama pengobatan adalah demi kepentingan pasien dan masyarakat, bukan untuk sekadar mengejar keuntungan finansial. Sebagaimana kata Dr. Merck pada tahun 1952:

"Keuntungan akan mengikuti secara otomatis jika kita mengingat bahwa pengobatan adalah untuk kepentingan masyarakat. Semakin kita memprioritaskan manfaat bagi masyarakat, semakin besar keuntungan yang akan kita peroleh."

Kesimpulan

Menganggap pasien sebagai pelanggan dapat membawa dampak negatif pada hubungan antara pasien dan tenaga kesehatan. Sebagai pasien, kita harus memahami bahwa layanan kesehatan tidak menjamin hasil seperti halnya membeli produk komersial. Sebagai tenaga medis, kita juga perlu menempatkan kebutuhan dan kesejahteraan pasien sebagai prioritas utama, tanpa mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan demi keuntungan semata.

Saat dokter dan pasien memahami peran masing-masing dalam kerangka ini, hubungan yang terjalin akan lebih harmonis, dan tujuan utama—yaitu memberikan perawatan terbaik untuk pasien—bisa tercapai. Perawatan kesehatan bukan hanya tentang jasa, tetapi tentang menyelamatkan nyawa dan memelihara kemanusiaan.

PasienSehat
PasienSehat Hai, saya pasien biasa yang suka nulis blog buat berbagi dan belajar bareng. Lewat tulisan ini, saya berharap kita bisa saling mendukung, bertukar ide, dan tumbuh bersama.

9 komentar untuk "Perbedaan Pasien dengan Pelanggan"

  1. Kadangkala pasien hanya bisa menerima tarif yang harus dibayar kedokter tanpa bisa menolak karena tidak disebutkan sejak awal berapa biaya berobatnya jadi berapa saja tetap akan dibayar

    BalasHapus
  2. asyiik, iya bener. perlakuan ke pasien memang kesehatan minded, bukan tipikal kepuasan pelanggan. dan ini yang kayaknya mulai ada bias di dunia medis kan mas. semoga kode etik kedokteran tetap selalu dijunjung tinggi

    BalasHapus
  3. Maksud "Mereka tidak meminta layanan yang mereka minta" pada poin satu itu apa ya.. Kurang paham nih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin apa yang mereka minta sebenarnya bukan yang diminta/diinginkan tp krn kebutuhan akan kesehatan pasien..misalnya masuk rumah sakit..mau ga mau si pasien meminta untuk ditanganin..tapi pada dasarnya mereka juga ga mau masuk rumah sakit..ibarat pas sehat ya mana mau minta tinggal dirumah sakit kalau bukan terpaksa karena sakit..mungkin ya kali gitu hehe..

      Hapus
  4. pasien itu datangnya waktu tertentu saja, kalau pas sakit, kalau pelanggan, dia ibarat nasabah, akan rutin datang.hehe

    BalasHapus
  5. Perbedaannya memang tidak begitu jauh ya mas. Tp trkadang kita sulit mmbedakan dan selalu mnyamakan antra pelanggan dan pasien wkwk

    BalasHapus
  6. terkadang yang dibutuhkan pasien itu adalah kepuasaan atas konsultasi ya mas, namun untuk konsultasi saja dah mahal harganya :D

    BalasHapus
  7. Intinya pasien punya hak dan kewajiban harus dipatuhi dalam etika sebagai pasien, begitupun dokter harus mematuhi etika kedokteran sebagai profesionalitasnya.

    Jadi pengen segera buka klinik hehe

    BalasHapus