Dokter di Rumah Sakit Juga Karyawan
Seringkali pasien dihadapkan pada situasi dimana dokter yang tidak mau menolong pasien karena harus mengurus administrasi terlebih dahulu. Jika dokter benar-benar ingin menolong, seharusnya urusan administrasi belakangan. Benarkah begitu?
Dokter itu hanya bekerja di Rumah Sakit (RS), jadi harus mengikut peraturan RS, tidak bisa seenaknya operasi diluar jadwal, ambil obat bius di apotik, masukin pasien ke ruangan. Kalau ternyata pasiennya tidak bisa bayar atau tidak memiliki BPJS, ujung-ujungnya dokternya yang ditagih bayar oleh RS. Atau bisa-bisa dokternya dituduh mencuri oleh pihak RS.
Jadi maksudnya, tanpa disediakan oleh RS alat dan bahan yang diperlukan, bagaimana bisa ada tindakan ke pasien? Dokter pasti menulis resepnya. Dan kalau pasien tersebut belum dibayar ke kasir, apakah obatnya diberikan dari apotik? Sama juga, bila dokter sudah menulis instruksi harus operasi, dan pasien tidak urus administrasinya, apakah pihak RS akan menyiapkan segala sesuatunya?
Harus dibedakan dokter yang menangani pasien di ruangan praktek dengan karyawan yang menerima pendaftaran pasien. Masyarakat harus paham RS sebagai satu unit kerja yang terdiri dari banyak karyawan yang sudah jelas TUPOKSI (Tugas Pokok dan Fungsi) nya. Kalau ada masyarakat yang kecewa dengan pelayanan RS jangan langsung judge menyalahkan dokternya. Pasti dokternya tidak tahu soal ruangan penuh dan ada pasien yang "terpaksa" harus dikirim ke RS lain.
Biasanya dokter-dokter di RS itu tidak tahu pasien bayar atau tidak, gratiskah? Asuransi kah? BPJS kah? Yang penting datang dan mengerjakan. Soal administrasi adalah urusan manajemen RS. Tapi yang saya herankan, dengan kondisi seperti ini, kenapa kalau ada pasien yang terhambat masalah administrasinya, ujung-ujungnya yang dihujat malah dokternya? Dokter kan tidak bisa mengatur RS, namanya juga hanya karyawan.
Dokter itu hanya bekerja di Rumah Sakit (RS), jadi harus mengikut peraturan RS, tidak bisa seenaknya operasi diluar jadwal, ambil obat bius di apotik, masukin pasien ke ruangan. Kalau ternyata pasiennya tidak bisa bayar atau tidak memiliki BPJS, ujung-ujungnya dokternya yang ditagih bayar oleh RS. Atau bisa-bisa dokternya dituduh mencuri oleh pihak RS.
Jadi maksudnya, tanpa disediakan oleh RS alat dan bahan yang diperlukan, bagaimana bisa ada tindakan ke pasien? Dokter pasti menulis resepnya. Dan kalau pasien tersebut belum dibayar ke kasir, apakah obatnya diberikan dari apotik? Sama juga, bila dokter sudah menulis instruksi harus operasi, dan pasien tidak urus administrasinya, apakah pihak RS akan menyiapkan segala sesuatunya?
Harus dibedakan dokter yang menangani pasien di ruangan praktek dengan karyawan yang menerima pendaftaran pasien. Masyarakat harus paham RS sebagai satu unit kerja yang terdiri dari banyak karyawan yang sudah jelas TUPOKSI (Tugas Pokok dan Fungsi) nya. Kalau ada masyarakat yang kecewa dengan pelayanan RS jangan langsung judge menyalahkan dokternya. Pasti dokternya tidak tahu soal ruangan penuh dan ada pasien yang "terpaksa" harus dikirim ke RS lain.
photo: abcnews.com |
Biasanya dokter-dokter di RS itu tidak tahu pasien bayar atau tidak, gratiskah? Asuransi kah? BPJS kah? Yang penting datang dan mengerjakan. Soal administrasi adalah urusan manajemen RS. Tapi yang saya herankan, dengan kondisi seperti ini, kenapa kalau ada pasien yang terhambat masalah administrasinya, ujung-ujungnya yang dihujat malah dokternya? Dokter kan tidak bisa mengatur RS, namanya juga hanya karyawan.
Via dr. Ari Josephine
Memang betul sih pada saat di rumah sakit dokter itu karyawan ("yang di bahar mahal").
BalasHapusMangkanya lebih enak buka praktik sendiri. ^_^