Fakta Tentang Lupus, Apa Sebenarnya Lupus Itu?
Lupus adalah salah satu penyakit yang mungkin sudah sering Anda dengar, tapi belum banyak yang benar-benar paham apa itu Lupus. Penyakit ini sering kali disalahpahami atau bahkan tidak diketahui oleh banyak orang, padahal dampaknya cukup besar bagi penderitanya. Di Indonesia sendiri, diperkirakan ada sekitar 1,5 juta orang yang hidup dengan Lupus, sementara di seluruh dunia, jumlahnya bisa mencapai lebih dari lima juta orang. Pada tanggal 10 Mei, yang diperingati sebagai Hari Lupus Sedunia, penting bagi kita untuk lebih mengenal dan memahami penyakit ini. Berikut ini adalah beberapa fakta yang perlu Anda ketahui untuk lebih memahami Lupus.
Lupus Tidak Menular
Lupus sering kali dikira sebagai penyakit menular, namun sebenarnya penyakit ini tidak bisa ditularkan. Artinya, Anda tidak akan tertular Lupus hanya dengan berinteraksi atau dekat dengan orang yang menderita penyakit ini. Penyebab utama Lupus belum sepenuhnya dipahami, tetapi banyak faktor yang dapat berperan dalam perkembangannya, mulai dari faktor genetika, hormon, hingga lingkungan hidup seseorang. Beberapa pemicu, seperti paparan sinar ultraviolet atau penggunaan obat-obatan tertentu, dapat menyebabkan gejala Lupus kambuh pada penderita yang sudah memiliki kondisi ini. Lupus juga dikenal dengan nama medis SLE (Systemic Lupus Erythematosus), yang berarti penyakit ini dapat menyerang berbagai organ tubuh, dari kulit hingga organ dalam seperti ginjal dan jantung.
Penyakit Autoimun yang Menyerang Tubuh Sendiri
Lupus adalah penyakit autoimun, yang artinya sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan sehingga bukannya melawan infeksi atau zat berbahaya, justru menyerang jaringan tubuh yang sehat. Gejala Lupus sangat bervariasi antara satu orang dengan yang lainnya, tergantung organ yang diserang. Misalnya, beberapa penderita Lupus mengalami gangguan ginjal, sementara yang lainnya bisa merasakan nyeri hebat pada persendian. Karena sifatnya yang fluktuatif, penyakit ini bisa muncul kembali pada waktu-waktu tertentu (kambuh) dan kemudian mereda (remisi), menjadikannya penyakit yang sulit diprediksi.
Pengaruh Lupus pada Setiap Orang Bisa Berbeda
Setiap orang yang mengidap Lupus bisa merasakan gejala yang berbeda-beda. Wanita memiliki risiko 6 hingga 10 kali lebih tinggi untuk mengidap Lupus dibandingkan pria, dan beberapa kelompok ras tertentu, seperti orang Asia, Afrika, Hispanik, dan keturunan penduduk asli Amerika, lebih banyak terpengaruh oleh penyakit ini. Bahkan, dalam kelompok ras yang sama, gejala Lupus bisa berbeda. Misalnya, penderita Lupus dari ras Afrika-Amerika cenderung lebih sering mengalami kejang atau stroke, sementara pada ras Hispanik, masalah jantung lebih sering ditemukan.
Pengobatan dan Pengelolaan Lupus
Meskipun hingga saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan Lupus, penyakit ini tetap bisa dikelola dengan penggunaan obat-obatan yang tepat. Obat imunosupresan, yang berfungsi untuk menekan sistem kekebalan tubuh, dan kortikosteroid, yang meniru hormon kortisol alami tubuh, sering digunakan untuk mengatasi gejalanya. Pada tahun 2011, obat pertama dalam lebih dari 50 tahun untuk mengobati Lupus disetujui di Amerika Serikat. Di sisi lain, obat kemoterapi juga digunakan untuk pasien yang menderita Lupus parah. Namun, pengobatan ini tidak tanpa risiko, karena dapat menimbulkan efek samping yang cukup berat.
Dukungan untuk Penyandang Lupus di Indonesia
Di Indonesia, terdapat beberapa yayasan yang dapat memberikan dukungan kepada penyandang Lupus. Yayasan Lupus Indonesia (YLI) yang berpusat di Jakarta dan Syamsyi Dhuha Foundation (SDF) yang berpusat di Bandung merupakan dua yayasan utama yang berfokus pada pemberian dukungan dan informasi bagi penderita Lupus. Kedua yayasan ini membantu pasien dan keluarga mereka untuk memahami lebih dalam tentang penyakit ini serta memberikan dukungan moral dan sosial yang sangat dibutuhkan.
Semoga dengan peringatan Hari Lupus Sedunia pada 10 Mei 2015, kesadaran tentang Lupus semakin meningkat, baik di kalangan masyarakat maupun pemerintah. Semakin banyaknya informasi yang tersebar tentang penyakit ini diharapkan bisa mendorong lebih banyak perhatian terhadap akses pengobatan yang lebih baik bagi para penyandang Lupus, serta mendukung upaya untuk penemuan pengobatan yang lebih efektif di masa depan.
.Biarpun tidak menular tapi berbahaya juga ya gan, gaada obat yang bisa menyembuhkan.
BalasHapus.Saya pernah dengar kata Lupus ini, tapi tidak tau kalau ini ternyata penyakit.
.Terima kasih gan sudah berbagi, jadi tau saya sekarang. :)
saya pernah membacanya pak orang yang akrab dengan lupus selama tahunan dan mengalami remisi saya akan melihat lagi di blog ini beda MS dengan Lupus
BalasHapuskang tiap orang kan reaksinya berbeda - beda terhadap lupus ini. taunya dia terserang lupus itu bagaimana?
BalasHapusmembedakan dari penyakit lain.
Salam Mas, Diagnosis lupus ditegakkan dari banyak pemeriksaan lab (tes darah), tidak ada pemeriksaan tunggal untuk Lupus. Penyakit ini memang sering menyerupai penyakit lain dan kadang membuat bingung dokter yang memeriksanya, biasanya dokter yang menangani lupus adalah dokter ahli rheumatologi dan ahli imunologi.
HapusSecara kasat mata gejala paling umumnya adalah rasa lelah / tidak bertenaga / kelemahan otot dan ruam yang khas pada kulit. Tapi kalau lupus menyerang organ dalam yang vital, setiap pasien gejalanya berbeda. Lupus dapat menyerang ginjal, otak, jantung, dan lain-lain. Itulah yang membuat gejalanya sangat bervariasi dan menyerupai penyakit lain.
Kalau tidak menular, bukan berati kita tidak waspada ya mas?....apapun jenis penyakitnya, kita dianjurkan untuk tidak menjauhi penderitanya!
BalasHapus