Pasien Juga Harus Memahami Dokter Di Era BPJS Kesehatan
Ingin tahu alasan kenapa sebagian pasien tidak puas berkonsultasi dengan dokter di rumah sakit yang berkerjasama dengan BPJS Kesehatan?
Beberapa alasan yang mungkin membuat pasien kecewa ketika berobat dengan BPJS Kesehatan yaitu harus antri lama di loket jaminan dan menunggu dipanggil dokter hingga seharian, tapi ketika bertemu dokter pasien segera disuruh keluar jika urusannya sudah selesai. Demikian pula dengan menunggu antrian jadwal operasi yang berbulan-bulan, rumah sakit menolak merawat pasien dengan alasan ruang perawatan penuh, dan lain-lain.
Kita semua sebagai pasien ingin pelayanan yang memuaskan, tapi di era BPJS kenapa semua hal buruk bisa terjadi pada pasien? Di mana profesionalisme seorang dokter?
"Profesionalisme" dalam praktek kedokteran bisa di awamkan bahasanya dengan:
- meluangkan waktu yang cukup buat mendengarkan keluhan pasien,
- melakukan pemeriksaan lengkap dan cermat,
- melakukan pemeriksaan tambahan yang diperlukan,
- menegakkan diagnosa,
- membuat diagnosa banding (atau kemungkinan penyakit lain),
- meresepkan obat dengan tulisan yang baik dan terbaca oleh apoteker,
- menjelaskan tentang manfaat obat dan kemungkinan efek sampingnya,
- menjelaskan tentang prognosis penyakit,
- bagaimana mencegahnya di kemudian hari,
- dan kapan harus kembali bila ada masalah tambahan atau masalah lain,
- juga harus menjawab dengan baik bila pasien bertanya ini dan itu tentang penyakitnya,
- kadang harus mengulang menjawab pertanyaan yang sama bila pasien tidak mengerti,
- dan masih ada tambahan lagi, memberi motivasi dan semangat agar pasien bisa melewati masa sakitnya dengan baik.
Semua dokter sangat ingin menjalankan profesionalisme seperti ini. Untuk bisa profesional seperti ini tidak butuh waktu lama, satu pasien hanya butuh waktu 30-45 menit saja. Satu hari jam kerja di poli dari jam 7:30-14:00 ada 6,5 jam (itu kalau saking profesionalnya dokter tidak perlu makan siang), berarti satu dokter hanya bisa memeriksa sekitar 13 pasien per hari bila itu terjadi, marah besarlah semua pasien yang menunggu sejak pagi, dan sudah lama mengantri tidak kebagian jatah berobat. Sementara di era BPJS jumlah pasien membludak dan tidak ada penambahan dokter karena tidak ada ruangan kosong lagi.
Jadi profesional itu apa sih sebenarnya? Di mata masyarakat kita yang awam ini ya POKOKNYA APA YANG SAYA MAU HARUS DAPAT, kalau tidak ya pokoknya orang lain salah deh, asal jangan saya. Persis anak remaja yang manja kan?
Semua tahu kondisi di lapangan saat ini, tetapi sedikit yang mau tahu latar belakangnya, dan apa yang bisa kita kerjakan untuk mengatasi latar belakang munculnya masalah itu, kebanyakan yang mengaku memperjuangkan dan mengadvokasi, tapi ya advokasinya untuk menuntut pelayanan maksimal saja, bukan advokasi agar regulasi pemerintah bisa mendukung pelayanan maksimal.
Sebagai contoh:
- Adakah yang advokasinya agar alat kesehatan tidak dikenakan pajak barang mewah? Agar biaya berobat lebih murah.
- Adakah yang advokasinya agar standar tarif JKN direview supaya rumah sakit tipe C dan D bisa ikut melayani kasus agar tidak menumpuk di rumah sakit tipe B dan A?
- Advokasi agar segera dibuatkan rumah sakit baru untuk menampung antrian?
- Advokasi agar pemda mau mengeluarkan uang untuk membuat ruang ICU atau NICU yang selalu overload?
- Atau juga advokasi agar ada regulasi orang miskin dilarang merokok, jadi uang penghasilannya bisa buat beli makanan bergizi, jadi keluarganya tidak gampang sakit
Dan banyak lagi yang mengarah ke latar belakang masalah, jadi sebelum advokasi, bisa dibantu cari tau dulu biar advokasinya tepat sasaran... oya kenalkan... saya... eh saya sih bukan siapa siapa hehehehe.
Via: dr. Andri Havyatra Lubis
Posting Komentar untuk "Pasien Juga Harus Memahami Dokter Di Era BPJS Kesehatan"