Perbandingan Layanan Kesehatan Amerika Serikat, Inggris, Swedia, Singapura, Indonesia
Sebagian peserta JKN atau BPJS Kesehatan mengeluhkan kamar untuk rawat inap yang selalu penuh. Hal ini terjadi di mana-mana hampir di seluruh rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS. Pasien yang seharusnya ditangani dengan segera terpaksa harus rela antri untuk mendapat kamar atau mencari rumah sakit lain yang ada kamar kosong.
Pengalaman saya sendiri ketika akan diopname di RS tapi kamar selalu penuh, sampai akhirnya kondisi saya menurun dan dilarikan ke IGD, ternyata di IGD pasiennya juga membludak bahkan pasien-pasien di IGD juga harus antri berhari-hari untuk dapat kamar. Beginikah mutu pelayanan kesehatan di Indonesia?
Mutu pelayanan kesehatan di negeri kita memang masih banyak kekurangannya dibandingkan dengan di luar negeri. Mau tau perbandingan kualitas layanan kesehatan di Amerika Serikat, Inggris, Swedia, Singapura, Indonesia?
Pelayanan Kesehatan Di Amerika Serikat
Negara adidaya juga mengalami kekurangan cairan infus normal, sebuah cairan yang berisi garam dengan komposisi mendekati cairan tubuh. cairan ini digunakan untuk mengatasi kekurangan cairan/dehidrasi, mengatasi shock karena perdarahan, melarutkan obat-obatan yang perlu dimasukan melalui pembuluh darah, membersihkan luka.
Akibat kekurangan ini, RS mengirit-irit dengan berbagai cara, misalnya dengan memperlambat tetesan infus pada pasien yang sudah tidak begitu membutuhkan cairan, mencabut infus pada pasien-pasien yang sudah membaik dan menganjurkan minum banyak air, dan sebagainya.
Saking parahnya kekurangan cairan garam 0,9%, RS membeli cairan garam 23,4% dan petugas farmasinya mengencerkan hingga menjadi 0,9%. tapi lama kelamaan cairan garam 23,4% pun sulit didapat.
Bahkan di beberapa RS ditemukan bahwa pasien-pasien mendapatkan cairan infus yang tidak steril, cairan yang sebenarnya ditujukan untuk digunakan sebagai simulasi pendidikan kedokteran, ada sekitar 40 pasien yang mengalami efek samping dari pemberian infus tidak steril ini.
Sumber berita:
http://www.npr.org/blogs/health/.../shortage-of-saline-solution-has-hospitals-on-edge
http://www.denverpost.com/business/ci_26435346/searching-asolution
http://www.forbes.com/sites/.../saline-solution-shortages-and-shortcuts-cause-severe-sickness/
Pelayanan Kesehatan Di Inggirs
Banyak sekali tempat tidur di RS yang diisi oleh pasien-pasien yang sebenarnya sudah bisa dipulangkan, tetapi tidak bisa pulang karena keluarganya tidak mau/bisa merawat di rumah.
Sekitar 10% tempat tidur terisi oleh pasien yang disebut sebagai "bedblockers". Beberapa RS bahkan sampai 1/5 tempat tidurnya. Pasien-pasien ini sebenarnya sudah bisa pulang seminggu, dua minggu atau bahkan tiga minggu yang lalu.
Akibatnya :
- Banyak pasien yang dirawat di bangsal yang tidak sesuai dengan kebutuhannya, misalnya pasien umum dirawat di bangsal bedah
- Waktu tunggu/antri operasi menjadi lebih panjang
- Ambulance berisi pasien mengantri di luar sampai mendapatkan tempat tidur
- Pasien harus menunggu di brankar di UGD sampai mendapatkan tempat tidur
- RS membuka bangsal darurat
Sumber berita:
http://www.theguardian.com/.../-sp-bedblockers-worsening-nhs-hospitals-crisis
Pelayanan Kesehatan Di Swedia
Seorang laki-laki harus membantu tunangannya melahirkan di bangku belakang sebuah taksi, karena keluarga tersebut ditolak bidan yang mengatakan bahwa tidak ada kamar kosong di semua Rumah Sakit di kota tersebut, dan keluarga tersebut dirujuk ke klinik kecil di pinggiran kota agar bisa mendapatkan pertolongan persalinan, tetapi di tengah jalan, bayinya lahir.
Pasangan tersebut ingin melahirkan di bidan/RS, hanya karena RSnya penuh, maka dirujuk ke klinik yang ada kamarnya. Ternyata melahirkan di taksi. Perkara ternyata melahirkannya normal-normal saja, itu karena sudah terjadi kita bisa bilang itu normal, bagaimana kalau ternyata perdarahan di taksi. saya hanya ingin memperlihatkan bahwa di negara maju saja, kamar RS di seluruh kota bisa penuh, apalagi di indonesia.
Sumber berita:
http://www.thelocal.se/20140515/full-hospitals-see-baby-born-in-taxi
Pelayanan Kesehatan Di Singapura
Sebuah Rumah Sakit menempatkan pasien yang menunggu untuk mendapatkan tempat tidur, di dalam sebuah tenda besar yang berAC. Sebuah Rumah Sakit yang lain terpaksa menaruh 49 tempat tidur di lorong bangsal karena banyaknya permintaan. Sebuah Rumah Sakit yang lain lagi memilih merujuk pasiennya ke RS negeri yang memiliki tempat tidur lebih.
Seorang dokter mengatakan, Bed Occupancy Rate nya telah melewati 100%, dan beberapa pasien menunggu lebih dari 24 jam untuk mendapatkan tempat tidur. Padahal RS ini telah menyewa sebuah bangsal di RS lain. Seorang dokter yang lain mengatakan, "Setiap hari, kami harus mengambil keputusan terhadap 500 pasien. Pasien yang tidak begitu sakit dipulangkan untuk memberikan jalan bagi 50 hingga 60 pasien yang menunggu tempat tidur".
Seorang pasien mengatakan, "Saya menunggu lebih 48 jam sebelum mendapatkan tempat tidur, dimana tidak ada tempat untuk mandi, dan saya tidak bisa mandi selama 2 hari".
Ini realita di Singapura dimana jumlah tempat tidur RSnya lebih dari 4 kali jumlah tempat tidur RS di Indonesia.
Sumber berita:
http://www.straitstimes.com/.../hospitals-facing-severe-bed-crunch-take-unusual-steps-20140108
Pelayanan Kesehatan Di Indonesia
Bapak Ibu sudah pada tau belum? BPJS defisit anggaran 5 Triliun, loh kok bisa? ya bisa, pada kenyataannya wong lebih banyak yang sakit daripada yang sehat. Lihat saja di RS-RS pemerintah, pasien membludak, tenaga kesehatan kewalahan. Sementara SDM dan sarana tetap segitu-gitu aja, tapi yang berobat semakin banyak.
Ibarat pipa air yang selama ini tersumbat, begitu dibuka tutupnya..langsung byarrrr... RS kebanjiran pasien. Jelas timpang jadinya. Boro-boro mengharapkan layanan prima, satu dokter melayani 500 pasien, pasien yang mau operasi harus mengantri berbulan-bulan. Pasien stress lama antrinya, dokternya juga strres, yang mestinya cepat ditangani jadi tertunda. Yang tadinya mesti dirawat inap, tidak cukup kamarnya. Kenapa begitu? Kapasitasnya memang terbatas, ya yang laki-laki dan perempuan kamar inap dipisah, mana mungkin pasien perempuan ditempatkan di tempat laki-laki, atau sebaliknya. Dan yang sakit infeksi tidak mungkin dicampur dengan non infeksi.
Kekurangan tempat tidur kedepannya makin akan tambah parah, karena peningkatan jumlah tempat tidur lambat, sedangkan berjuta-juta rakyat masih akan masuk kedalam sistem BPJS Kesehatan, dan semua itu memerlukan tempat tidur. Tujuan posting ini sebenarnya hanya ingin mengedukasi masyarakat, bahwa RS penuh itu ya memang terjadi di seluruh dunia.
Perhatian: Post ini hanya bertujuan memberi wawasan saja, bahwa di luar negeri yang lebih maju dari kita, masih ada kekurangan-kurangan tentang layanan kesehatan, apalagi di negara kita, sehingga jangan selalu mudah menyalahkan RS atau tenaga kesehatan, karena memang sebenarnya sistemnya yang kurang.
Ini salah satu faktor kenapa pasien tidak mendapatkan kamar/tempat tidur di RS. Kalau mau naik satu peringkat, maka jumlah bednya harus naik 2 kali lipat dari sekarang. Kalau mau naik dua peringkat, maka jumlah bednya harus naik 3 kali lipat dari sekarang.
[Informasi ini diperoleh dari dr. Adi Setiadi via Group BPJS Kesehatan]
setiap negara memiliki permasalahan yang berbeda, begitu juga dengan pelayanan publik seperti rumah sakit.. meski dalam melayani sudah berkiblat pada standart WHO namun tidak semua rumah sakit dalam setiap negara bisa menerapkannya.. paling tidak setiap rumah sakit sudah berusaha meningkatkan taraf hidup pasien untuk kesembuhan dan kesehatan mereka...
BalasHapussering karena nunggu akhirnya harus naik kelas dan selisihnya waduh luar biasa
BalasHapusSabar pak, Di era BPJS rumah sakit selalu full. Semoga saja tahun depan APBN kesehatan naik dan pemerintah memprioritaskan untuk bangun fasilitas kesehatan (rumah sakit) dan alat-alat kesehatan.
HapusKeadaaan sekarang kalau mau opname dengan BPJS pilihannya cuma tiga:
- Dirawat di UGD, antri kamar bareng pasien2 di UGD yang juga tidak dapat kamar.
- Naik kelas VIP sehingga harus bayar selisih kamar (BPJS hanya menanggung sampai kelas 1).
- Pindah ke rumah sakit swasta elite yang tidak kerjasama dengan BPJS Kesehatan (bayar pribadi).