Testimoni Pasien Kronis Yang Tercover JKN

Ada banyak sekali jenis penyakit kronis yang mungkin kita yang awam hanya mengenal dari namanya saja, faktanya dibalik itu ternyata ada kesulitan finansial serius bagi penderitanya. Asuransi tidak ada yang mau menanggung penyakit seumur hidup berbiaya tinggi, mereka yang ingin ikut jamkesmas/jamkesda juga tidak bisa karena tidak terdata miskin. Tapi sekarang di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mereka sangat terbantu sekali karena biaya pengobatan mereka bisa ditanggung. Terima kasih kepada anda semua yang rutin membayar iuran, mari berpartisipasi gotong royong 'membiayai' yang sakit.

Berikut saya kumpulkan komentar beberapa pasien penyakit kronis dari group BPJS Kesehatan yang pengobatannya baru bisa tercover setelah sekian lama mengalami kesulitan finansial:

1. Myasthenia Gravis (Diperkirakan 10.000 kasus di Indonesia)
"Assalamu'alaykum, saya seorang mgers (pngidap penyakit miasthenia grafis) yang tiap hari harus minum obat mestinon yang harganya lumayan mahal 10rb - 12rb /butir, dan harus kontrol ke poli saraf seminggu sekali, fisioterapi seminggu 3x, tapi Alhamdulillah, setelah ada BPJS semua biaya tersbut dicover semuanya sama BPJS, bahkan sekarag ini saya kena musibah, saya jatuh tulang kaki saya patah dan harus dioperasi untuk pemasangan pen, Alhamdulillah semua biaya dicover BPJS, makasih BPJS" [Via Nurbaeti Nur 17/4/2015]

2. Cuci Darah/Hemodialisa (Diperkirakan 100.000 kasus di Indonesia)
"Copas dari teman: ada cerita teman saya di tempat HD, beliau sudah menjalani HD sekitar 8 tahunan, tidak ada asuransi dan tidak ada yang backup, saya sempat prihatin beliau sampai menjual rumah, tanah dan kebun dan sekarang menumpang di rumah adiknya, alhamdulillah setelah ada BPJS kesehatan beliau kembali menarik napas segar, dan suaminya sudah mulai bisa menabung dan sedikit mengembalikan pinjaman yg dipakai utk biaya HD sendiri sebelumnya" [Via Ary Krisnawati 23/4/2015]

3. Kanker (Diperkirakan 6% dari total penduduk atau di atas 40.000 kasus)
"Saya cancer payudara sekali kemoterapi 30,500,000, saya BPJS mandiri kelas 1 di Sarjito Yogyakarta, saya hanya dibebani bayar dokter 115 rb, tapi lab, dan bila selesai kemo misal leukosit drop saya dapat resep resep obat, semua ditanggung BPJS, Alhamdulillah" [Via Emi Amri 27/4/2015]

4.1 Jantung Bawaan (Diperkirakan ada 40.000 kasus jantung bawaan di Indonesia)
"Subhanalloh. Kawanku tadi cerita kalau biaya untuk perawatan anaknya di RS Jantung Harapan Kita mencapai setengah milyar. Hah, aku ga percaya. Bener Mba ngeprintnya saja sampai setengah jam. Gratis? Iya. Kalau disuruh nyicil sampai saya tuapun belum tentu kebayar. Luar.. Biasa.. Ternyata perawatan utk kasus anak yg mengalami jantung bocor mahal buanget.... Untung pakai BPJS. (bukan iklan lho hehehe...)" [Via Suri Indarwati Ichsan 11/4/2015]

4.2 Bypass Jantung
"Terimakasih BPJS yang telah membantu bapak saya untuk operasi bypass jantung di RS Jantung Harapan Kita Jakarta dan Alhamdulillah di tanggung 100% jadi tidaklah benar kalau BPJS itu bermasalah asal kita berjalan sesuai perosudur Insya Allah tercover semua biayanya. Sekali lagi thanks BPJS." [Via Muhammad Asari 13/3/2015]

4.3 Jantung Bocor dan Infeksi Paru
"Terima kasih BPJS, yang sudah sangat membantu saya & suami. Putri mungil kami earlyta arsyfa sabani usia 2 bulan, yg telah divonis bocor jantung & infeksi paru telah di rawat di rscm dari tanggal 27 februari sampai 8 maret. Semua biaya 100 persen di tanggung BPJS, yang biayanya semua tidak sedikit, dan walaupun ternyata Allah lebih sayang putri kami, dan telah memanggil putri kami lebih cepat. Terima kasih buat teman-teman semua yang sudah mendoakan putri kami & sekali lagi terima kasih BPJS." [Via Mamahnya Eka Dan Earlyta 13/3/2015]

5. Hemofilia (Diperkirakan 20.000 kasus di Indonesia)
"Ya Allah mas. jangan dido'ain bangkrut dong. anakku yang hemofilia mati muda ntar (sekarang usia 10th) padahal pengobatannya yang seumur hidup ditanggung gratis...tis sama BPJS. Sekali kontrol padahal antara 8-16jt, uang dari mana lagi saya pak. Yang belum ada BPJS kami udah jual rumah, sepedamotor, utang ampek detik ini masih dicicil. Anak kandung saya dan temen-temen sesama hemofilia se-madiun raya yang 27 orang (kami dari HMHI cabang madiun) semua biaya tersebut di atas tiap minggu (kontrol tiap minggu) di tanggung BPJS looo.." [Via Dina Paramita 30/4/2015]

Terima kasih kepada semua pihak yang turut serta mensukseskan program JKN. Walaupun keadaannya sekarang pasien makin membludak, antrean selalu panjang, kamar ranap selalu penuh, rumah sakit juga telat dibayar, dan terjadi penurunan kualitas layanan. Kita harus bisa saling memahami, tidak memprovokasi dan menebar kebencian, tapi kritik dan saran yang membangun agar JKN bisa berjalan lancar. Jadi pasien jangan arogan mentang-mentang bayar iuran, nakes harus bisa sabar menghadapi pasien yang tidak sabar, BPJS juga harus memahami permasalahan yang terus terjadi di lapangan, sebaliknya kita juga ada baiknya memahami kendala di BPJS. Saya juga kasian sama semua pihak yang merasa dirugikan, tapi saya pikir JKN sangat membantu mereka yang menderita penyakit kronis yang dari dulu tidak pernah menikmati asuransi/jaminan kesehatan sementara biaya pengobatannya sangat tinggi.

Terlepas dari puas atau tidak puas, tidak banyak testimoni yang bisa saya dapatkan di group BPJS Kesehatan karena tidak semua orang yang terbantu dengan adanya JKN gemar berkomentar di medsos. Silahkan yang mau menambahkan pengalaman berobatnya, baik yang pengalaman indah maupun pengalaman buruk dipersilahkan. Dan semoga kedepannya JKN bisa lebih baik lagi.


#SemangatJKN #IniThreadTestimoni #SemuaBerhakSehat

15 komentar untuk "Testimoni Pasien Kronis Yang Tercover JKN"

  1. Kalau menurut saya BPJS tidak efektif. Karena semua kalangan di sama ratakan, Penyakit ringan dan berat iurannya sama... dari banyak testimoninya masih banyak yang bisa di cover mungkin karena biayanya masih puluhan juta , Tapi kalau sudah sampai ratusan juta biaya perawatannya, Pasti akan dipersulit...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah tau berapa biaya operasi bypass jantung atau hemodialisa seumur hidup? Biasanya kalau orang tidak pernah kena penyakit kronis atau tidak pernah merasakan manfaat dari JKN komentarnya selalu sebatas imajinasi dan menyudutkan pihak terkait.

      Padahal peserta dengan kasus biaya mahal lebih bisa merasakan manfaatnya, karena kasus-kasus tersebut tidak dicover oleh asuransi lain yang iurannya justru lebih besar, tapi peserta dengan kasus ringan yang belum tau alur dan prosedur yang lebih banyak mengeluh, kenapa? Karena mindset-nya sakit ya ke RS. Alhasil antri lama yang salah RS. Ribet harus pakai rujukan yang salah BPJS. Pelayanan tidak memuaskan dll...

      Banyak-banyaklah bertanya dan belajar, jangan langsung percaya dengan gosip-gosip yang tidak benar. Ilmu itu sebelum berkata dan beramal.

      Hapus
    2. Emang sih saya belum pernah merasakan pelayanan BPJS, soalnya setiap sakit selalu pakai asuransi kartu CAR, meskipun tiap bulan selalu dipotong buat iuran bpjs... Tapi Kenapa BPJS menaikan Iuran, yang katanya karena mengalami kerugian. Padahal kan itu program pemerintah mas. kenapa tidak di subsidi saja...

      Hapus
    3. Alhamdulillah sampai sekarang iurannya belum naik mas, hanya wacana yang tidak/belum disetujui. BPJS Kesehatan defisit karena memang tidak cari untung. Lihat saja yang paling antusias menjadi peserta hanya mereka yang sakit parah, satu orang saja bisa menghabiskan ratusan juta sekali perawatan, belum rawat jalannya.

      Sementara mereka yang sehat? Ada yang antusias, namun ada juga yang seperti berikut:

      1. Ada yang bilang ikut BPJS itu rugi, menyengsarakan, ribet dan dianaktirikan.
      2. Yang sudah urgent, rawat inap atau sekarat dengan cepat ikut BPJS karena takut bayar rumah sakit.
      3. Dengan alasan pelayanan BPJS buruk lalu tidak mau bayar iuran padahal sudah punya hutang ke BPJS karena sudah dipakai.
      4. Kalo sudah terasa sakit mau pakai BPJS ditolak karena harus bayar tunggakan+denda, akhirnya emosi mencharge BPJS buruk.

      Kenapa tidak disubsidi saja? Saya yakin pemerintah telah memikirkannya juga dan jawaban terbaik ada pada mereka. Tapi kalau melihat anggaran kesehatan yang hanya 3% dari APBN, tidak akan cukup untuk itu menanggung klaim JKN, karena hanya habis untuk program kesehatan non-JKN. Saat ini pemerintah hanya memberi subsidi untuk warga miskin dan tidak mampu (Peserta Penerima Bantuan Iuran/PBI) yang berjumlah 86,4 juta orang. Jika pemerintah memang serius ingin membantu masyarakat, seharusnya APBN Kesehatan ditingkatkan dan regulasi JKN/BPJS diperbaiki.

      Ketika yang sehat tidak mau menjadi peserta JKN. Ketika si kaya tidak mau menjadi peserta JKN. Ketika ada anggota keluarga yang tidak sakit tidak mau menjadi peserta JKN.... Maka yang sakit, yang lemah, yang kurang mampu ketika sakit tidak akan cukup membayar premi 25.500. Tapi bisa jadi preminya menjadi 10 juta, 15 juta atau bahkan 20 juta. Kemana perginya nilai-nilai luhur gotong royong negeri ini? Prinsip gotong royong adalah yang sehat membantu yg sakit, yang kaya menolong yang kurang mampu, kakak yang sehat menggendong adiknya yang lemah dan sakit-sakitan. Kesesatan berfikir telah mematikan logika dan akal sehat juga memusnahkan nurani....

      Hapus
  2. pen sudah tercover sahabat saya baru-baru operasi nggak tahu kenapa tidak tercover Pak harus bayar 14 jutaan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tergantung kronologisnya pak.. kalau patah tulang karena kecelakaan lalu lintas (kemudian operasi pemasangan pen) yang cover Jasa Raharja dengan syarat ada Laporan Kepolisian. Hal ini sudah diatur dalam Undang-undang sebelum adanya JKN/BPJS Kesehatan. Nah kalau kasusnya kecelakaan saat berangkat atau pulang kerja bisa ditanggung oleh BPJS Ketenagakerjaan.

      Hapus
    2. Maaf pak sucipto numpang tanya pencabutan pen pada kaki sama tangan ditanggung apa tdk y sm bpjs? Terima ksh

      Hapus
    3. Iya ditanggung, pak. Sesuai peraturan dapat ditanggung BPJS. Saya juga pernah baca komentar peserta kalau cabut pen ditanggung BPJS.

      Hapus
  3. memang penykit harus kita hindari ya mas, apalagi penyakit kronis, hmm mudah-mudahan kita terjaga dari hal itu :D

    BalasHapus
  4. BPJS memang sangat membantu gan. terutama ketika proses persalinan anak saya yang ke dua. semua biaya ditanggung BPJS. makasih BPJS

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah senang mendengarnya, semoga anak mbah tumbuh sehat dan menjadi anak yang sholih/sholiha.

      For our information: salah satu alasan kenapa persalinan (termasuk caesar) ditanggung JKN/BPJS adalah untuk mengurangi kasus kematian pada ibu dan anak saat lahiran.

      Hapus
  5. anak saya usia 10 bulan di diagonsa diare dan saya tidak memakai BPJS sudah 1 minggu di rawat di kelas II dan biaya membuat saya agak shock 7 jt untuk penyakit diare, tetapi yang sangat lebih kaget lagi dokter specalis anak mediagnosa anak saya kebocoran jantung, tapi saya tahan untuk pemeriksaan lebih lanjut karena jujur saja uang tabungan saya sudah mau habis, saya sedang proses membuat bpjs menungu 2 minggu semoga BPJS bisa membantu & cover anak saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kami do'akan semoga anaknya lekas membaik dan biayanya dapat dicover BPJS setelah kartunya aktif. Ada baiknya bapak/ibu masuk ke group Penyakit Jantung Bawaan untuk dukungan sesama (orang tua) pasien PJB. https://www.facebook.com/groups/163897726991924/

      ______
      Untuk setiap Anda yang memiliki faktor risiko penyakit jantung koroner, kami menganjurkan untuk menjadi peserta BPJS saat masih sehat. Hal ini dikarenakan adanya peraturan dari BPJS yang mungkin kurang tersosialisasi dengan baik bahwa kartu BPJS mulai berlaku dua minggu setelah mendaftar menjadi peserta BPJS.

      Akibatnya banyak penderita serangan jantung akut tidak bisa ditanggung BPJS jika mereka belum menjadi peserta BPJS.

      Penanganan serangan jantung akut justru dilakukan pada jam-jam pertama serangan, jika tidak tertangani maka akan berakibat buruk. Penanganan pada jam-jam pertama serangan tidak bisa ditanggung BPJS karena peraturan baru jika pasien tersebut belum menjadi peserta BPJS dan jika baru mendaftar saat serangan, BPJS bisa menanggung 2 minggu kemudian, sehingga penanganan pada jam-jam pertama serangan tidak bisa ditanggung BPJS.

      Hapus
  6. Papa saya tahun 2012 dinyatakan dokter mengidap sakit jantung koroner. Waktu itu masih jaman jamsostek. Sehingga kami terhindar dari biaya rumah sakit yg untuk kami sendiri lumayan besar krn papa harus dirawat sekitar 1 minggu dan 3 hari harus observasi di ICU.
    Tahun 2014 akhir, setelah ada BPJS, papa kontrol jantung di RS HGA Depok. Kemudian dirujuk ke RSCM untuk kateterisasi. Alhamdulillah, dibantu dokter yg sangat baik, papa bisa kateterisasi jantung di RS Jakarta Heart Center Matraman. Karena di RSCM masuk daftar waiting list. Waktu papa di kateter, di RS JHC baru 5 hari bisa menggunakan BPJS. Alhamdulillah semua di cover, kami sekeluarga mendaftar untuk kelas 1. Dan memang ditempatkan di kelas 1 perawatan. Keesokan hari sudah boleh pulang dan tidak ada diminta bayaran lagi.
    Di awal tahun ini, papa menjalani pemasangan ring. Biaya pasang ring sama2 kita tahu memang mahal, bisa puluhan juta. Papa kembali ke RS Jakarta Heart Center, kebetulan disana kamar kelas 1 sedang penuh, jadi sementara ditempatkan di kelas 3, memang turun kelas, dan saya juga sempat khawatir, jangan2 nanti perawatannya tidak sebagus kelas 1, obatnya tidak sebagus kelas 1, dan pikiran2 lainnya. Tapi papa hanya beberapa jam saja di kelas 3, malamnya sudah tindakan pasang ring, dan setelahnya ditempatkan di ruang intermediate, dan sorenya sudah boleh pulang. Tapi ternyata, pelayanan dan obat-obatnya tetap seperti kelas 1. Jadi hanya dititipkan di kelas 3. Dan sekali lagi, setelah beres semua administrasi, lagi-lagi hanya mendapatkan ucapan terima kasih, dan kami tidak harus membayar apa-apa.
    Yang saya tahu, BPJS sangat membantu keluarga saya. Beberapa orang di kantor saya juga merasakan hal yang sama (ada karyawan yg mengalami sakit jantung, ada beberapa teman kantor yg ayahnya juga sakit jantung) mereka puas dengan pelayanan BPJS. Dan memang, semua akan lancar jika kita mau ikut prosedur.
    Banyak yg mengeluh BPJS terlalu rumit prosedurnya, dan lebih baik pakai asuransi swasta, buat saya sah2 saja selama mereka mampu bayar mahal untuk asuransi/bayar cash semua biaya perawatan. Tapi buat orang2 yg tidak sanggup bayar mahal bagaimana? Misalnya seperti papa yg harus kateter, pasang ring, kontrol rutin, dan minum obat seumur hidup, berapa biaya yg harus kami sediakan?
    Sejauh ini kami sekeluarga bersyukur dengan adanya BPJS, dan tentunya kami tetap berharap ada perkembangan yg lebih baik lagi dari BPJS, ya misalnya menambah jaringan RS yg bekerja sama dg BPJS, update penyakit2 yg bisa di cover, sosialisasi yg lebih gencar spy masyarakat lebih paham sistim kerja BPJS. Dan mudah2an kedepannya bisa juga mengembangkan BPJS Syariah.
    Terima kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, bisa terbantu oleh JKN, semoga ayahnya sehat selalu. Memang menggunakan BPJS itu mudah, asal kita tahu aturan dan prosedurnya. Semoga kedepannya BPJS semakin baik.

      Hapus