Apa Itu Rheumatoid Arthritis?
Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit autoimun di mana sistem kekebalan tubuh—yang seharusnya melindungi tubuh dari serangan bakteri, virus, atau benda asing lainnya—malah berbalik menyerang jaringan tubuh sendiri, terutama sendi.
Ketika ini terjadi, peradangan muncul di lapisan sendi (sinovium), yang kemudian menebal dan menyebabkan pembengkakan serta rasa nyeri. Sinovium berperan penting dalam menghasilkan cairan pelumas untuk menjaga sendi agar tetap bergerak dengan lancar. Namun, saat peradangan tidak terkendali, kerusakan dapat menyebar hingga ke tulang rawan—jaringan elastis yang menutupi ujung tulang—dan bahkan tulang di sekitarnya.
Seiring waktu, tulang rawan dapat menghilang, menyebabkan jarak antar tulang menyempit. Akibatnya, sendi menjadi longgar, tidak stabil, terasa nyeri, dan kehilangan kemampuannya untuk bergerak dengan normal. Dalam kondisi yang lebih parah, deformitas atau kelainan bentuk sendi bisa terjadi. Kerusakan ini bersifat tidak dapat dipulihkan (irreversible). Karena itu, diagnosis dini dan pengobatan agresif sangat penting untuk mengendalikan RA sebelum kerusakan permanen terjadi.
Sendi yang Paling Sering Terdampak RA
RA biasanya menyerang beberapa sendi secara simetris, artinya jika salah satu tangan terdampak, kemungkinan besar tangan lainnya juga akan mengalami hal serupa. Sendi yang paling sering terkena RA meliputi:
- Tangan
- Kaki
- Lutut
- Siku
- Pergelangan tangan
- Pergelangan kaki
Namun, RA tidak hanya terbatas pada sendi. Karena RA bersifat sistemik, penyakit ini dapat memengaruhi organ dan sistem tubuh lainnya, seperti sistem kardiovaskular dan sistem pernapasan. Istilah sistemik berarti bahwa penyakit ini dapat menyerang seluruh tubuh, bukan hanya sendi.
Siapa yang Berisiko Terkena RA?
Meski data pasti di Indonesia belum tersedia, di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 1,5 juta orang menderita RA. Berdasarkan penelitian, wanita memiliki risiko tiga kali lebih tinggi terkena RA dibandingkan pria.
Pada wanita, RA sering kali muncul di usia 30 hingga 60 tahun, sedangkan pada pria, RA lebih sering terjadi di usia lanjut. Faktor genetik juga dapat meningkatkan risiko, terutama jika ada anggota keluarga dengan riwayat RA. Namun, sebagian besar kasus RA tidak berkaitan langsung dengan faktor keturunan.
Pentingnya Diagnosis dan Pengobatan Dini
Karena kerusakan akibat RA bersifat permanen, penting untuk segera mengenali gejala awal dan mendapatkan diagnosis dini. Pengobatan agresif yang tepat, seperti penggunaan obat antiinflamasi, terapi biologis, atau pendekatan lain yang disarankan oleh dokter, dapat membantu memperlambat perkembangan penyakit dan menjaga kualitas hidup penderita.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang RA, langkah pencegahan dan pengobatan dapat dilakukan lebih efektif, membantu penderita menjalani kehidupan yang lebih nyaman dan sehat.
Posting Komentar untuk "Apa Itu Rheumatoid Arthritis?"