Kenapa RS Swasta Masih Belum Mau Bekerjasama dengan BPJS Kesehatan?
Suatu hari di sebuah rumah sakit swasta di kabupaten kecil yang jarang dikenal, seorang wartawan bertanya kepada dokter di sana, “Kenapa rumah sakit swasta tidak melayani BPJS?” Berikut adalah jawaban dari dr. Anton Christanto, yang kami kutip dari grup diskusi BPJS Kesehatan.
Penjelasan dr. Anton Christanto
Menurut dr. Anton, rumah sakit swasta tempatnya bekerja saat ini belum melayani BPJS, bukan karena tidak ingin, tetapi karena ada beberapa alasan mendasar. Salah satu alasan utamanya adalah sistem tarif BPJS yang menggunakan skema INACBGs (Indonesia Case-Based Groups) dianggap belum masuk akal secara logika bisnis dan profesionalisme medis.
Beliau menjelaskan bahwa rumah sakit adalah sebuah industri yang sangat kompleks, dengan banyak faktor yang harus dikelola secara bersamaan. Berikut adalah tujuh komponen biaya yang memengaruhi operasional rumah sakit dan menjadi alasan mengapa sistem tarif BPJS belum bisa diadopsi oleh rumah sakit swasta tersebut.
Tujuh Komponen Biaya Rumah Sakit
Biaya Operasional
Termasuk biaya untuk bahan medis habis pakai, obat-obatan, gaji pegawai, alat tulis kantor, listrik, air, perizinan, kalibrasi alat medis, dan kebutuhan operasional lainnya.Biaya Pelayanan
Mencakup honor dokter untuk kunjungan pasien (visite), konsultasi, biaya rawat inap, tindakan operasi, pelayanan keperawatan, pemberian makanan bagi pasien, serta biaya layanan penunjang medis seperti laboratorium dan radiologi.Biaya Penelitian
Rumah sakit juga harus mengalokasikan dana untuk penelitian, seperti efektivitas program pelayanan, pengobatan, dan operasional rumah sakit secara keseluruhan.Biaya Sosial/CSR
Sebagai bentuk tanggung jawab sosial, rumah sakit sering kali memberikan layanan bagi masyarakat kurang mampu, membuat bahan edukasi seperti leaflet, brosur, dan poster untuk meningkatkan kesadaran kesehatan.Biaya untuk Tetap Kompetitif
Rumah sakit harus terus berinovasi agar tetap unggul dan bersaing dengan institusi sejenis, baik di dalam maupun luar negeri. Ini termasuk biaya penggantian alat medis yang sudah tua, pengadaan teknologi terbaru, dan investasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan.Biaya Bunga dan Kewajiban Keuangan
Sebagai institusi yang mungkin memanfaatkan pinjaman dari bank, rumah sakit juga harus menanggung biaya bunga, cicilan pokok, pembagian dividen untuk pemegang saham, serta kewajiban lain terkait komunitas.Biaya Ketidakpastian
Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, rumah sakit juga harus mempersiapkan dana untuk berbagai risiko, seperti tuntutan hukum (malpraktik), fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar, hingga biaya politis dan pungutan tidak resmi.
Sistem Tarif BPJS dan Tantangannya
Saat ini, rumah sakit swasta tersebut masih menggunakan sistem pembayaran Fee For Service, di mana biaya pelayanan dihitung berdasarkan tindakan yang diberikan. Sistem ini dinilai lebih transparan dan mampu memastikan pelayanan yang profesional, efektif, serta efisien dengan fokus utama pada kepuasan pasien.
Namun, tarif BPJS dengan sistem INACBGs dianggap kurang sesuai karena:
- Tidak mencerminkan kompleksitas biaya yang harus ditanggung rumah sakit.
- Berpotensi menimbulkan ketidakpuasan pasien akibat terbatasnya anggaran yang tersedia.
Kesimpulan
Menurut dr. Anton, alasan utama mengapa rumah sakit swasta belum melayani BPJS adalah karena sistem tarif yang belum dapat memenuhi kebutuhan operasional dan kualitas pelayanan yang diharapkan. Hal ini dilakukan bukan untuk menolak pasien BPJS, tetapi untuk memastikan bahwa setiap pasien tetap mendapatkan pelayanan terbaik dan profesional.
Sebagai penutup, dr. Anton berharap penjelasan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang tantangan yang dihadapi rumah sakit swasta dalam mengadopsi sistem BPJS. Rumah sakit adalah institusi yang kompleks, dan pengelolaan biaya menjadi salah satu aspek penting yang tidak bisa diabaikan.
Posting Komentar untuk "Kenapa RS Swasta Masih Belum Mau Bekerjasama dengan BPJS Kesehatan?"