Apa Saja Yang Wajib Dipantau Selama Konsumsi Obat Kelasi Zat Besi

Ada banyak dampak samping dari penggunaan obat kelasi besi untuk pasien thalassemia, namun jika terpantau/terkendali, tidak akan membahayakan. Sebaliknya jika tidak dipantau/dikendalikan, maka dampak sampingnya bisa berbahaya.

Dampak sampingnya bisa dikatagorikan dua kelompok, yang bisa berakibat fatal (ini yang wajib dipantau), dan ada juga yang tidak fatal tapi bikin tidak nyaman (ini biasanya tak perlu ketat dipantau karena dampaknya yang tidak nyaman, itu sudah cirinya sendiri).

Apa saja yang wajib dipantau selama konsumsi obat kelasi zat besi, terutama yang oral?

1. Setiap bulan perlu memantau kadar neutrofil dalam darah.

Apa itu neutrofil? itu salah satu anggota keluarga sel-sel darah putih yang mempunyai fungsi pertahanan tubuh yang paling aktif.

Untuk mengukur neutrofil itu perlu cek darah lengkap, karena biayanya akan mahal, maka sebagai wakilnya di cek kadar leukositnya saja.

Jika kadar leukositnya normal, berarti tidak ada masalah. Jika leukositnya turun, baru dilanjutkan dengan cek darah lengkap, agar bisa diukur kadar neutrofilnya (istilah medisnya ANC, absolute neutrofil count).

Jika kadar neutrofilnya sudah turun sampai 1000, itu sudah bahaya. Artinya pertahanan tubuh sudah minim, jadi stop dulu sementara konsumsi obat kelasi zat besinya, (jika tidak si anak akan mudah terserang penyakit apa saja!) kalau perlu jika terlalu rendah, sementara dibantu anti biotik, bukan untuk melawan infeksi, tapi untuk membantu tubuh agar tidak terkena infeksi saja.

Kemudian dipantau terus kadar neutrofilnya, (ini perlu jarak yg pendek) jika sudah kembali normal, obat kelasi zat besinya bisa dilanjutkan lagi.

2. Memantau kinerja organ liver (dan khusus bagi pemakai exjade, perlu ditambah pemantauan kinerja organ ginjalnya!)

Ini dilakukan minimal 3 bulan sekali. Cara yang termudah adalah memantau kadar sgpt/sgot dalam darahnya. Jika normal, berarti tidak masalah. jika naik lebih dari dua kali lipat batas atas, itu sudah warning! Karena gangguan kinerja liver pada thaller itu bisa karena obat kelasi zat besinya, oleh tumpukan zat besinya itu sendiri, dan oleh serang penyakit yg tertular dari darah (misal hepatitis), maka jika baru sekitar dua kali lipat batas atas, dan kondisi fisik si anak masih oke, maka bisa bergerak dengan konsumsi vitamin liver.

Jika itupun tidak membantu dan nilai sgpt/ot-nya terus meningkat, maka sebaiknya stop dulu sementara konsumsi obat kelasi zat besinya. Agar penelaahan penyebabnya bisa lebih jelas, apakah karena obat kelasi zat besi atau karena yang lainnya. Biasanya dokter akan merujuk ke dokter ahli hepatologi, jika dinilai sudah membahayakan. Jika organ livernya sudah diperbaiki, atau tingginya nilai sgpt/ot itu sudah diketahui karena tumpukan zat besi, maka obat kelasi zat besinya bisa dilanjutkan lagi.


3. Demikian pula dengan organ ginjal

Cara termudah adalah cek kadar ureum kreatininenya tiga bulan sekali (ini khusus untuk pemakai exjade). Jika normal saja, berarti tidak ada masalah. Jika kadarnya sudah naik melampaui batas atas, perlu penyelidikan lebih lanjut, dan sementara hentikan dulu konsumsi exjade-nya. Atau jika kadar zat besinya udah terlanjur ketinggian, maka lebih baik bergerak untuk ganti jenis obatnya.

Nah itu tiga hal yang wajib dipantau selama konsumsi obat kelasi zat besi oral.

Hentikan penggunaan obat kelasi zat besi oral, jika untuk memantau kadar leukosit, sgpt/ot, ureum kreatine saja tidak pernah dilakukan, itu berbahaya!

Lebih baik pake desferal yang suntik saja untuk menurunkan kadar zat besinya, karena dampak samping desferal itu lebih lambat kerjanya dibanding yang oral. Artinya pemantauan organ ginjal, organ liver cukup setahun sekali saja.

Bagaimana jika setahun sekalipun tak dilakukan pemantauan kinerja organ liver dan ginjal selama penggunaan desferal. Hmm. Apa yang mau dikatakan lagi ya? Saran saya daripada jadi korban, mending pikirkan ganti RS atau ganti dokternya. Daripada ribut dengan sesuatu yang kita butuhkan.

[Sumber: Facebook/Tien En, Thalasemia Indonesia]