Jenis-Jenis Thalassemia
Thalassemia adalah sekumpulan kelainan genetik yang memengaruhi sintesis hemoglobin, yang disebabkan oleh penurunan produksi satu atau lebih rantai globin pada hemoglobin. Thalassemia dibagi menjadi beberapa tipe, seperti A, D, Dβ, atau YDβ, berdasarkan jumlah rantai globin yang diproduksi. Pada beberapa kasus thalassemia, rantai globin tidak disintesis sama sekali, yang disebut thalassemia A° atau B°, sementara jika produksi rantai globin berkurang, disebut thalassemia A+ atau B+. Pembagian ini juga berlaku pada thalassemia Dβ.
Tabel Kelainan Thalassemia. |
Thalassemia Alfa (A)
Pada hemoglobin HbA dan HbF, keduanya memiliki rantai alfa. Kelainan genetik yang memengaruhi sintesis rantai alfa menyebabkan produksi hemoglobin janin dan dewasa berkurang. Pada janin, kekurangan rantai alfa menyebabkan produksi berlebihan rantai gamma, yang membentuk tetramer γ4 (Hb Bart's), sementara pada orang dewasa, produksi berlebih rantai beta membentuk tetramer β4 (HbH).
Ada empat tipe thalassemia alfa:
Silent Carrier (Thalassemia Trait A-2, -A/AA) Penderita dengan satu gen globin alfa yang hilang umumnya tidak menunjukkan gejala klinis atau hematologi yang mencolok. Namun, pada elektroforesis hemoglobin neonatus, kadang muncul jejak kecil (1-3%) Hb Bart's (γ4), yang dapat menjadi petunjuk adanya delesi satu gen globin alfa. Diagnosis pasti dapat dilakukan melalui analisis DNA untuk mengetahui jumlah gen globin alfa yang hilang.
Thalassemia Trait A-1 (-A/-A atau --/AA) Pada delesi dua dari empat gen globin alfa, pasien mengalami anemia mikrositik ringan. Pada kelahiran, akan ditemukan mikrositosis dan sekitar 5-8% Hb Bart's pada elektroforesis hemoglobin. Hb Bart's ini hilang pada usia 3-6 bulan, dan elektroforesis hemoglobin kembali normal. Diagnosis pasti pada periode neonatus sering kali sulit dilakukan tanpa analisis DNA, terutama jika ada faktor lain seperti anemia mikrositik karena thalassemia β trait atau kekurangan zat besi yang dapat menutupi diagnosis thalassemia.
Hemoglobin H Disease (--/-A) Delesi tiga gen globin alfa menyebabkan Hemoglobin H disease, di mana ketidakseimbangan antara produksi rantai alfa dan beta terjadi. Kelebihan rantai beta akan bergabung membentuk tetramer β4 (HbH). Hemoglobin H ini tidak stabil dan akan mengendap dalam sel darah merah, menyebabkan kerusakan pada membran sel, termasuk cedera oksidatif. Pada pewarnaan supravital, akan terlihat gumpalan hemoglobin H yang disebut Heinz bodies.
Beberapa pasien dengan Hemoglobin H disease memiliki varian hemoglobin Hb Constant Spring yang terlihat pada elektroforesis. Hb Constant Spring merupakan rantai alfa yang lebih panjang akibat mutasi pada kodon terminasi gen globin alfa. Pada orang dengan Hb Constant Spring, kadar hemoglobin rata-rata lebih rendah dibandingkan dengan pasien Hemoglobin H disease yang disebabkan oleh delesi tiga gen globin alfa. Meski mikrositosis pada pasien ini lebih ringan, mereka seringkali memerlukan transfusi darah dan cenderung memiliki splenomegali.
Thalassemia Alfa Mayor (--/--) Delesi empat gen globin alfa menyebabkan sindrom hydrops fetalis, yang dapat mengakibatkan kematian janin dalam kandungan atau setelah lahir. Karena tidak adanya sintesis rantai alfa, janin tidak dapat memproduksi hemoglobin normal selain Hb Gower 1 dan Hb Portland. Pada kelahiran, elektroforesis hemoglobin menunjukkan sebagian besar hemoglobin Barts (γ4) dan sedikit hemoglobin H (β4), mirip dengan hemoglobin embrio.
Afinitas oksigen hemoglobin Barts yang sangat tinggi membuatnya tidak efektif dalam mengangkut oksigen, menyebabkan hipoksia berat pada janin meskipun anemia yang terjadi tidak terlalu parah. Beberapa bayi dengan kondisi ini yang terdeteksi lewat diagnosis prenatal dan mendapat transfusi intrauterin dapat bertahan hidup, tetapi mereka membutuhkan transfusi darah secara terus-menerus. Transplantasi sumsum tulang adalah satu-satunya pengobatan untuk kondisi ini, meski saat ini, terminasi kehamilan sering kali dianjurkan karena tingginya risiko toksemia maternal yang parah akibat janin yang mengalami hydrops.
Thalassemia Beta (B)
Sindrom Thalassemia Beta merupakan kelainan genetik kompleks yang terjadi pada gen globin beta yang terletak di kromosom 11. Lebih dari 150 mutasi berbeda telah diidentifikasi, sebagian besar berupa substitusi nukleotida tunggal. Mutasi yang mengganggu fungsi promotor gen globin beta akan mengurangi laju transkripsi gen tersebut. Selain itu, delesi atau mutasi yang menyebabkan pemotongan atau penyambungan (splicing) RNA globin beta yang tidak normal juga dapat menyebabkan thalassemia. Beberapa mutasi menghilangkan produksi rantai globin beta sepenuhnya, yang dikenal sebagai thalassemia β0, sementara mutasi lain mengurangi namun tidak menghentikan sepenuhnya sintesis globin beta, yang dikenal sebagai thalassemia β+. Tingkat sintesis globin beta dapat bervariasi, tergantung pada jenis mutasi spesifik yang terjadi.
Perbedaan tingkat ekspresi subunit beta menghasilkan spektrum gejala klinis yang beragam, yang kadang membingungkan. Selain itu, faktor non-hematologi seperti hipersplenisme juga turut memengaruhi gambaran klinis. Meskipun begitu, ada hubungan yang jelas antara klasifikasi genetik dan manifestasi klinis penyakit ini.
Ada tiga tipe utama thalassemia beta:
Thalassemia Minor (Thalassemia β Trait) Pada kondisi ini, seseorang memiliki satu gen normal dan satu gen yang mengalami mutasi, seperti pada kombinasi (β/β0) atau (β/β+). Penderita biasanya tidak mengalami masalah kesehatan yang serius selain mikrositosis (sel darah merah yang lebih kecil dari normal) dan anemia ringan yang tidak merespons pemberian suplemen besi. Meskipun demikian, kondisi ini dapat menurun pada anak-anak. Thalassemia minor sering kali terdeteksi melalui tes darah rutin, namun sering disalahartikan sebagai kekurangan zat besi. Pemberian suplemen besi tidak akan memperbaiki kondisi ini.
Thalassemia Intermedia Pada thalassemia intermedia, penderita memiliki dua gen abnormal, tetapi masih dapat memproduksi sebagian globin beta (β0/β+). Kondisi ini menyebabkan anemia yang cukup parah, dan keparahannya sangat bergantung pada jenis mutasi yang ada. Garis batas antara thalassemia intermedia dan thalassemia mayor umumnya didasarkan pada tingkat keparahan anemia dan kebutuhan akan transfusi darah. Penderita thalassemia intermedia membutuhkan transfusi darah, tetapi tidak sesering penderita thalassemia mayor. Gejala umum pada pasien thalassemia intermedia termasuk anemia dengan kadar Hb sekitar 7-8 g/dL, serta pembesaran limpa dan kelainan pada tulang, seperti penipisan dan kerentanannya terhadap fraktur.
Thalassemia Mayor (Cooley’s Anemia) Thalassemia mayor adalah bentuk thalassemia beta yang paling parah. Penderita memiliki dua gen abnormal yang menyebabkan produksi globin beta yang sangat rendah atau tidak ada sama sekali, sehingga produksi HbA terhambat secara signifikan (β0/β0 atau β+/β+). Kondisi ini biasanya terlihat pada bayi setelah usia 3 bulan, dengan gejala utama berupa anemia yang parah. Penderita thalassemia mayor membutuhkan transfusi darah seumur hidup, karena transfusi yang berulang menyebabkan penumpukan zat besi dalam tubuh. Kelebihan zat besi ini akan disimpan di hati, jantung, dan organ lainnya, yang dapat merusak organ tersebut seiring waktu. Oleh karena itu, terapi khelat besi, seperti deferoksamin (Desferal), diperlukan untuk mencegah kerusakan organ lebih lanjut. Thalassemia mayor, yang juga dikenal sebagai Cooley’s anemia, adalah penyakit serius yang memerlukan pengobatan intensif dan transfusi darah berkala. Jika tidak diobati, penderita dapat mengalami pembesaran limpa, hati, dan gagal jantung, dengan infeksi sebagai penyebab utama kematian pada anak-anak dengan thalassemia mayor.
Hemoglobin Varian
Saat ini, lebih dari 600 jenis hemoglobin varian telah diidentifikasi, di mana setiap jenis mengalami perubahan pada struktur dan fungsinya. Perubahan ini umumnya disebabkan oleh kerusakan molekuler, seperti substitusi asam amino tunggal, insersi atau delesi asam amino, hingga fusi polipeptida akibat rekombinasi antara gen globin. Salah satu contoh hemoglobin varian akibat rekombinasi ini adalah hemoglobin Lepore.
Dari berbagai jenis hemoglobin varian yang ada, beberapa yang paling umum adalah hemoglobin S, C, D-Punjab, dan E. Varian-varian ini memiliki dampak signifikan terhadap kehidupan jutaan manusia di seluruh dunia.
Sumber: Artikel berjudul: Thalassemia dan Hemoglobinopati: Pencegahan dan Pengendalian - Elva Aprilia Nasution - Laboratorium Klinik Prodia
Posting Komentar untuk "Jenis-Jenis Thalassemia"