Sejarah Donor Darah dari Dulu Hingga Kini
Seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran, donor darah telah menjadi salah satu hal yang sangat penting dalam dunia medis. Berikut adalah beberapa tonggak sejarah yang menandai perjalanan panjang donor darah.
Tahun 1628 – William Harvey pertama kali mengungkapkan teori mengenai mekanisme sirkulasi darah, yang menjadi dasar pemahaman kita tentang aliran darah dalam tubuh manusia.
Tahun 1665 – Ricard Lower menyelamatkan seekor anjing dengan cara mentransfusikan darah dari anjing lainnya, sebuah eksperimen yang membuka jalan bagi transfusi darah pada makhluk hidup.
Tahun 1667 – Jean-Baptiste Denis di Perancis dan Ricard Lower bersama Edmund King di Inggris melakukan transfusi darah pertama kali dari kambing ke manusia. Walaupun eksperimen ini menuai kontroversi, hal ini menjadi langkah awal dalam pemahaman transfusi darah pada manusia.
Tahun 1818 – James Blundell melakukan transfusi darah manusia untuk pertama kalinya dalam rangka perawatan pasien yang mengalami pendarahan setelah melahirkan. Ini menandai penerapan transfusi darah untuk tujuan medis yang lebih luas.
Tahun 1901 – Karl Landsteiner berhasil mengelompokkan golongan darah manusia, yang memungkinkan transfusi darah yang lebih aman dan terkontrol, mengurangi risiko reaksi penolakan.
Tahun 1940 – Edwin Cohn mengembangkan teknik cold ethanol fractionation, yang memungkinkan isolasi albumin, gamma globulin, dan fibrinogen untuk kebutuhan medis, memperluas manfaat dari darah yang didonorkan.
Tahun 1941 – Palang Merah Dunia mulai mengumpulkan pasokan darah untuk pasukan militer Amerika Serikat, menandai pentingnya pasokan darah yang terorganisir dalam situasi darurat.
Tahun 2012 – Sekitar 80% negara di dunia sudah memiliki kebijakan darah nasional, namun masih banyak yang perlu diperbaiki untuk menjamin pasokan darah yang aman dan cukup.
Tahun 2020 – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan setiap negara akan mendapatkan 100% suplai darah dari donor sukarela, meningkatkan keamanan dan keberlanjutan pasokan darah.
Kebutuhan Darah di Indonesia
Di Indonesia, kebutuhan darah sangat tinggi. Setiap tahun, Palang Merah Indonesia (PMI) menargetkan untuk mengumpulkan 4,5 juta kantung darah untuk memenuhi kebutuhan nasional. Setiap kantung darah yang diterima harus melalui proses pengujian untuk memastikan kesesuaian dan keamanannya. Pengujian ini meliputi empat infeksi utama, yaitu sifilis, hepatitis B, hepatitis C, dan HIV.
Pada tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup, dengan salah satu penyebab utama adalah pendarahan pasca melahirkan. Oleh karena itu, pasokan darah yang cukup dan aman menjadi sangat penting dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan menyelamatkan nyawa banyak orang.
Posting Komentar untuk "Sejarah Donor Darah dari Dulu Hingga Kini"