Batuk pada Pasien Gagal Ginjal Kronis
Batuk merupakan reaksi alami tubuh untuk mengeluarkan benda asing dari paru-paru sebagai respons terhadap rangsangan tertentu. Rangsangan ini bisa berupa cairan, kotoran, atau debu yang masuk ke dalam paru-paru. Fungsinya adalah untuk melindungi tubuh dan memastikan saluran pernapasan tetap bersih, agar manusia bisa bernapas dengan aman. Cairan yang berada di paru-paru bisa berupa air atau lendir yang terbentuk akibat infeksi atau alergi, yang keduanya memiliki sifat yang sangat berbeda.
Pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis, kondisi ini bisa terjadi, bahkan saling memperburuk satu sama lain. Meskipun sering kali dipikirkan bahwa masalah utamanya adalah kelebihan cairan atau beban jantung yang tidak cukup kuat, kenyataannya antara radang (infeksi atau alergi) dan kelebihan cairan saling memperburuk satu sama lain.
Cairan, seperti air, bersifat encer, tidak lengket, dan mudah bergerak. Ketika tubuh mengalami kelebihan cairan, cairan ini akan cenderung mengalir ke bagian tubuh yang paling rendah, seperti kaki, perut, dan akhirnya paru-paru. Inilah mengapa posisi duduk terasa lebih nyaman daripada posisi tidur. Saat tidur terlentang, posisi kaki dan paru-paru sejajar, menyebabkan cairan mengalir lebih merata ke paru-paru. Namun, ketika proses hemodialisis berlangsung, cairan yang berlebih dapat dengan mudah disedot, memberikan rasa napas yang lebih lega.
Di sisi lain, lendir bersifat lebih kental dan lengket, sehingga tidak mudah bergerak. Lendir ini akan tetap berada di tempatnya dan hanya bisa bergerak jika didorong oleh kekuatan, seperti saat batuk. Karena lendir ini melekat erat pada saluran pernapasan, kadang pasien tidak merasa adanya batuk, meskipun lendir sudah mulai mengumpul, terutama jika disebabkan oleh infeksi atau alergi. Lendir ini tidak dapat disedot selama hemodialisis, bahkan bisa menjadi lebih kental karena pengurangan kandungan air. Akibatnya, sesak napas bisa semakin parah.
Cara bernapas yang dalam dan panjang bisa menjadi teknik untuk merangsang pergerakan cairan atau lendir agar bisa terdorong keluar, seperti kebalikan dari batuk. Ini bisa digunakan sebagai metode pribadi untuk merangsang tubuh agar batuk dan mengeluarkan lendir yang mungkin tersembunyi.
Penting untuk dipahami bahwa kedua faktor ini—kelebihan cairan dan lendir—dapat saling memperburuk kondisi. Lendir yang menghalangi saluran pernapasan menyebabkan peningkatan kerja jantung, sementara cairan berlebih di paru-paru dapat menyebabkan penyebaran infeksi. Bila pasien mengalami batuk atau sesak, sebaiknya segera lakukan foto toraks untuk memeriksa kemungkinan adanya cairan di paru-paru. Jika gambaran foto menunjukkan adanya cairan, maka perlu dipertimbangkan juga kemungkinan infeksi paru atau lendir. Meski gambaran antara kelebihan cairan dan infeksi paru bisa mirip, pemahaman tentang perjalanan penyakit pasien akan membantu untuk diagnosis yang lebih tepat. Beberapa dokter lebih suka langsung melihat foto toraks dan mengaitkannya dengan riwayat medis pasien daripada hanya mengandalkan laporan dari dokter radiologi.
Penurunan berat badan pada pasien hemodialisis bisa disebabkan oleh kedua faktor ini. Berat badan kering yang menurun bisa disebabkan oleh ketidaktepatan dalam pencapaian berat badan kering yang ideal, atau bisa juga akibat infeksi. Infeksi paru pada pasien hemodialisis cenderung lebih sulit disembuhkan, karena adanya risiko cairan berlebih yang dapat masuk ke paru-paru setiap saat, yang pada gilirannya menyebabkan penurunan berat badan lebih lanjut.
Sebagai tambahan, pola infeksi paru dan flu dapat berubah-ubah setiap periode. Virus dan bakteri penyebab infeksi bisa berbeda, bahkan terkadang ada penularan virus dari luar negeri, yang dibawa oleh pendatang atau wisatawan. Dalam beberapa waktu terakhir, infeksi paru yang terjadi pada pasien hemodialisis cenderung menampilkan gejala batuk lama dan lendir yang lengket serta sulit dikeluarkan.
Pesan untuk Pasien Gagal Ginjal Kronis:
- Usahakan untuk mencapai berat badan kering yang ideal.
- Jaga kenaikan berat badan antar sesi hemodialisis.
- Lakukan olahraga ringan, terutama yang dapat melatih otot pernapasan.
- Cobalah untuk batuk dan mengeluarkan lendir, karena batuk juga membantu membersihkan paru-paru dari lendir. Sering kali, lendir ditahan agar tidak terlihat sakit, atau batuk tertahan karena penggunaan obat batuk yang tidak tepat. Jangan mengandalkan obat batuk yang hanya menghentikan batuk tanpa mengatasi penyebab sebenarnya.
Semoga rangkuman teori yang singkat ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana kondisi ini mempengaruhi pasien gagal ginjal kronis dan bagaimana cara mengelolanya.
Posting Komentar untuk "Batuk pada Pasien Gagal Ginjal Kronis"