Cuci Darah + Sabar = Cuci Dosa
Menjalani cuci darah 1 kali, 2 kali, 1 tahun, 2 tahun, 10 tahun bahkan 21 tahun adalah pengalaman yang sangat berharga bagi siapapun. Tak akan tergantikan oleh apapun. Saat kita terbaring dan menyadari bahwa ada dua jarum besar di bawah permukaan kulit kita. Dan kemudian dengan jelas kita bisa melihat darah kita keluar masuk selang-selang besar yang tergantung pada sebuah mesin yang berdiri kokoh di samping pembaringan kita selama lebih dari 4 jam x 2 x 4 minggux 12 bulan x seumur hidup kita.
Apa yang bisa kita lakukan jika dalam keadaan seperti itu tiba-tiba berbagai kekhawatiran dan ketakutan muncul? Bagaimana jika mesinnya rusak? Bagaimana jika jarumnya lepas? Bagaimana jika listrik mati? Bagaimana jika tak punya ongkos untuk pergi ke rumah sakit? Bagaimana jika banjir? Bagaimana jika kita bosan, malas dan capek?
Lantas dengan apa kita menghalau semua khawatir itu? Dengan apa kita mengkalkulasi semua biaya yang dikeluarkan selama proses cuci darah itu? Dengan apa kita mengobati semua kesakitan, kejenuhan dan kelelahan itu? Dan dengan apa kita menghapus air mata yang tak terbendung itu?
Tentu setiap orang memiliki jawabannya masing-masing. Dengan keyakinan bahwa Allah telah membuat ketentuan atas segala sesuatu maka kita sermua berusaha meyakini bahwa bencana itu memiliki batas waktu dan musibah itu memiliki batas masa, sehingga kita senantisa berpasrah dan bertawakal sambil terus memohon “Ya Allah, jangan bebankan kepada kami beban yang tak sanggup kami menanggungnya.”, Lantas, jika sebagai manusia biasa kita merasa sudah tidak sanggup menanggung semua beban itu, dengan apa kita mampu bertahan? Tentu dengan doa dan harapan, semoga Allah swt akan memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang sabar
Sabar? sampai kapan kita harus sabar? Kurang sabar apalagi? sabar juga ada batasnya! Gimana bisa sabar kalau tahu harus menjalaninya seumur hidup? Berbagai reaksi muncul saat kata sabar disampaikan. Karena menjalani kesabaran tentu tak semudah mengucapkannya di depan orang.
Menjalani kesabaran butuh banyak dukungan, menjalani kesabaran akan menguras air mata dan menjalani kesabaran butuh banyak cinta dan pengorbanan. Sabar memang tak pernah bisa diukur oleh lamanya waktu atau tuanya usia, hanya Allah yang tahu batas kesabaran kita. Menjalani kesabaran tentu bukanlah sesuatu yang mudah bagi siapapun.
Bagi pasien cuci darah, kondisi psikologis yang tidak stabil akibat beban ekonomi, komplikasi proses cuci darah, ketergantungan terhadap mesin, aturan diet ketat & pengurangan asupan cairan, mobilitas yang terbatas, kehilangan pekerjaan, penghasilan, status finansial, efek samping obat, perasaan kelelahan, perubahan suasana hati, sulit menemukan teman yang mengerti penyakitnya, kekacauan suasana keluarga, dan hubungan sosial yang kurang baik dapat mengakibatkan kecemasan, depresi atau stress jika tidak mendapat dukungan dan perhatian orang-orang sekitarnya.
Pasien yang mendapat dukungan dan perhatian penuh dari keluarga dan orang-orang di sekitarnya akan memiliki kondisi psikologis yang relatif lebih baik sehingga diharapkan dapat berdampak baik dalam mempercepat pemulihan kondisi fisiknya.
Kesabaran dalam proses cuci darah tentu bukan hanya harus dimiliki oleh pasien tapi juga harus dimiliki oleh keluarga pasien, perawat dan dokter di ruangan HD. Pernahkah kita bayangkan jika keluarga pasien, perawat dan dokter di ruangan HD tidak memiliki kesabaran yang minimal sama dengan pasien cuci darah? sementara mereka adalah orang-orang yang menjadi tempat bergantung pasien cuci darah saat proses cuci darah berlangsung. Tentu pasien akan merasa sendirian dan dapat berdampak negatif pada kondisi psikologisnya.
Kesabaran dalam menemani dan merawat pasien tidaklah semudah yang dibayangkan, perubahan suasana hati pasien yang sangat cepat kadang membuat emosi pasien menjadi tidak tekontrol dan tentu hal ini menjadi ujian berat bagi kesabaran orang-orang di sekitarnya. Maka tidaklah heran jika butuh kesabaran ekstra untuk bisa menjadi teman yang baik bagi seorang pasien cuci darah.
Kesabaran yang tak berbatas adalah milik semua orang yang terlibat dalam proses cuci darah, walau kesabaran itu berat dan butuh banyak pengorbanan , tapi dengan keyakinan bahwa kesabaran akan mampu menjadikan proses cuci darah lebih bermakna dan hidup lebih berarti, mudah-mudahan kesabaran akan menjadi lebih ringan untuk dijalani. Dan dengan sejumput doa, semoga dan semoga cuci darah yang kita jalani 1 kali, 2 kali, 1 tahun, 2 tahun , 10 tahun , 21 tahun atau lebih itu, bisa menjadi sarana untuk mencuci dosa-dosa kita. Dengan demikian tentu kita juga selalu berharap , semoga rumusan :
CUCI DARAH + SABAR = CUCI DOSA
akan menjadi sumber motivasi bagi pasien, keluarga pasien, perawat, dokter dan semua orang yang berukhuwah di ruangan cuci darah untuk berusaha menjalani kesabaran dalam hidupnya seberat apapun itu. Karena sabar itu tak pernah berbatas.
Apa yang bisa kita lakukan jika dalam keadaan seperti itu tiba-tiba berbagai kekhawatiran dan ketakutan muncul? Bagaimana jika mesinnya rusak? Bagaimana jika jarumnya lepas? Bagaimana jika listrik mati? Bagaimana jika tak punya ongkos untuk pergi ke rumah sakit? Bagaimana jika banjir? Bagaimana jika kita bosan, malas dan capek?
Lantas dengan apa kita menghalau semua khawatir itu? Dengan apa kita mengkalkulasi semua biaya yang dikeluarkan selama proses cuci darah itu? Dengan apa kita mengobati semua kesakitan, kejenuhan dan kelelahan itu? Dan dengan apa kita menghapus air mata yang tak terbendung itu?
Tentu setiap orang memiliki jawabannya masing-masing. Dengan keyakinan bahwa Allah telah membuat ketentuan atas segala sesuatu maka kita sermua berusaha meyakini bahwa bencana itu memiliki batas waktu dan musibah itu memiliki batas masa, sehingga kita senantisa berpasrah dan bertawakal sambil terus memohon “Ya Allah, jangan bebankan kepada kami beban yang tak sanggup kami menanggungnya.”, Lantas, jika sebagai manusia biasa kita merasa sudah tidak sanggup menanggung semua beban itu, dengan apa kita mampu bertahan? Tentu dengan doa dan harapan, semoga Allah swt akan memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang sabar
Sabar? sampai kapan kita harus sabar? Kurang sabar apalagi? sabar juga ada batasnya! Gimana bisa sabar kalau tahu harus menjalaninya seumur hidup? Berbagai reaksi muncul saat kata sabar disampaikan. Karena menjalani kesabaran tentu tak semudah mengucapkannya di depan orang.
Menjalani kesabaran butuh banyak dukungan, menjalani kesabaran akan menguras air mata dan menjalani kesabaran butuh banyak cinta dan pengorbanan. Sabar memang tak pernah bisa diukur oleh lamanya waktu atau tuanya usia, hanya Allah yang tahu batas kesabaran kita. Menjalani kesabaran tentu bukanlah sesuatu yang mudah bagi siapapun.
Bagi pasien cuci darah, kondisi psikologis yang tidak stabil akibat beban ekonomi, komplikasi proses cuci darah, ketergantungan terhadap mesin, aturan diet ketat & pengurangan asupan cairan, mobilitas yang terbatas, kehilangan pekerjaan, penghasilan, status finansial, efek samping obat, perasaan kelelahan, perubahan suasana hati, sulit menemukan teman yang mengerti penyakitnya, kekacauan suasana keluarga, dan hubungan sosial yang kurang baik dapat mengakibatkan kecemasan, depresi atau stress jika tidak mendapat dukungan dan perhatian orang-orang sekitarnya.
Pasien yang mendapat dukungan dan perhatian penuh dari keluarga dan orang-orang di sekitarnya akan memiliki kondisi psikologis yang relatif lebih baik sehingga diharapkan dapat berdampak baik dalam mempercepat pemulihan kondisi fisiknya.
Kesabaran dalam proses cuci darah tentu bukan hanya harus dimiliki oleh pasien tapi juga harus dimiliki oleh keluarga pasien, perawat dan dokter di ruangan HD. Pernahkah kita bayangkan jika keluarga pasien, perawat dan dokter di ruangan HD tidak memiliki kesabaran yang minimal sama dengan pasien cuci darah? sementara mereka adalah orang-orang yang menjadi tempat bergantung pasien cuci darah saat proses cuci darah berlangsung. Tentu pasien akan merasa sendirian dan dapat berdampak negatif pada kondisi psikologisnya.
Kesabaran dalam menemani dan merawat pasien tidaklah semudah yang dibayangkan, perubahan suasana hati pasien yang sangat cepat kadang membuat emosi pasien menjadi tidak tekontrol dan tentu hal ini menjadi ujian berat bagi kesabaran orang-orang di sekitarnya. Maka tidaklah heran jika butuh kesabaran ekstra untuk bisa menjadi teman yang baik bagi seorang pasien cuci darah.
Kesabaran yang tak berbatas adalah milik semua orang yang terlibat dalam proses cuci darah, walau kesabaran itu berat dan butuh banyak pengorbanan , tapi dengan keyakinan bahwa kesabaran akan mampu menjadikan proses cuci darah lebih bermakna dan hidup lebih berarti, mudah-mudahan kesabaran akan menjadi lebih ringan untuk dijalani. Dan dengan sejumput doa, semoga dan semoga cuci darah yang kita jalani 1 kali, 2 kali, 1 tahun, 2 tahun , 10 tahun , 21 tahun atau lebih itu, bisa menjadi sarana untuk mencuci dosa-dosa kita. Dengan demikian tentu kita juga selalu berharap , semoga rumusan :
CUCI DARAH + SABAR = CUCI DOSA
akan menjadi sumber motivasi bagi pasien, keluarga pasien, perawat, dokter dan semua orang yang berukhuwah di ruangan cuci darah untuk berusaha menjalani kesabaran dalam hidupnya seberat apapun itu. Karena sabar itu tak pernah berbatas.
Ditulis oleh
Lien Auliya Rachmach
Dalam buku Tuhan Aku Divonis Cuci Darah
Lien Auliya Rachmach
Dalam buku Tuhan Aku Divonis Cuci Darah
Cover Buku: Tuhan, Aku Divonis Cuci Darah |
Posting Komentar untuk "Cuci Darah + Sabar = Cuci Dosa"