Mitos dan Fakta Seputar Imunisasi

Eradikasi polio di depan mata dengan imunisasi massal dan global di seluruh dunia

Pemerintah Indonesia telah memiliki program imunisasi dasar yang wajib diberikan kepada bayi baru lahir, antara lain BCG, Hepatitis B, DPT, Polio, dan Campak. Kelima imunisasi dasar ini dapat diperoleh secara gratis di puskesmas atau posyandu. Namun, masih banyak orang tua yang salah paham dan mendapatkan informasi yang keliru mengenai imunisasi, sehingga mereka memilih untuk tidak mengimunisasi anaknya. Akibatnya, anak-anak ini menjadi rentan terhadap wabah penyakit yang berbahaya.

Berikut ini adalah enam mitos seputar imunisasi yang sering beredar di masyarakat, beserta penjelasan faktanya:

#1 Mitos: Dr. Wakefield membuktikan vaksin MMR menyebabkan autisme

Faktanya: Dr. Andrew Wakefield bukan seorang ahli vaksin, melainkan seorang dokter spesialis bedah. Penelitian yang ia lakukan pada tahun 1998 hanya menggunakan sampel yang sangat kecil. Setelah dilakukan audit oleh tim ahli, terbukti bahwa Wakefield memalsukan data dalam penelitiannya. Hasil penelitian ini akhirnya dibatalkan, dan hal ini diumumkan pada Februari 2011 di majalah British Medical Journal. Banyak penelitian lain yang dilakukan oleh para ahli vaksin di berbagai negara membuktikan bahwa vaksin MMR tidak menyebabkan autisme.

#2 Mitos: Etil merkuri dalam vaksin berbahaya dan bisa merusak otak

Faktanya: Jumlah total etil merkuri dalam vaksin sangatlah kecil, sekitar 2 mcg/kgbb/minggu, yang jauh lebih rendah dari ambang batas aman yang ditetapkan oleh WHO, yaitu 159 mcg/kgbb/minggu. Oleh karena itu, kandungan etil merkuri dalam vaksin masih dalam batas aman dan tidak membahayakan kesehatan.

#3 Mitos: Vaksin yang digunakan di Indonesia buatan negara asing

Faktanya: Vaksin untuk imunisasi di Indonesia diproduksi oleh PT Biofarma Bandung, sebuah perusahaan BUMN dengan mayoritas karyawan Muslim. Proses produksi vaksin ini diawasi secara ketat oleh ahli vaksin dari BPOM dan WHO. Selain itu, vaksin buatan Indonesia ini juga diekspor ke lebih dari 120 negara, termasuk negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim seperti Iran dan Mesir.

#4 Mitos: Imunisasi hanya diprogram di negara Muslim dan miskin untuk melemahkan bangsa

Faktanya: Sebanyak 194 negara, baik yang maju, non-Muslim, maupun dengan status ekonomi tinggi, juga melaksanakan program imunisasi. Negara-negara dengan cakupan imunisasi yang tinggi justru menunjukkan angka kesehatan yang lebih baik dan lebih kuat.

#5 Mitos: Banyak kematian bayi di Amerika akibat vaksin

Faktanya: Pada periode 1991-1994, di Amerika terdapat 38.787 laporan kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI), yang meliputi gejala-gejala seperti nyeri, kemerahan, bengkak, demam, pusing, dan muntah. Namun, angka kematian bayi akibat vaksinasi tidak ditemukan. Meskipun ada laporan KIPI, Amerika tetap mempertahankan program vaksinasi dengan cakupan lebih dari 90 persen, yang terbukti efektif dalam melindungi kesehatan masyarakat.

#6 Mitos: ASI, gizi, dan suplemen herbal dapat menggantikan imunisasi

Faktanya: ASI, gizi, dan suplemen herbal memang dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh secara umum, namun mereka tidak cukup untuk melawan penyakit yang disebabkan oleh kuman berbahaya. Jika jumlah kuman sangat banyak atau sangat ganas, perlindungan umum dari ASI atau suplemen herbal tidak akan cukup. Imunisasi membentuk antibodi yang spesifik untuk melawan kuman atau racun tertentu, sehingga lebih efektif dalam mencegah penularan penyakit berbahaya.

Kesimpulan

Penelitian imunologi dan epidemiologi menunjukkan bahwa bayi dan balita yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap tidak memiliki kekebalan spesifik terhadap penyakit berbahaya. Mereka lebih mudah terjangkit penyakit, dapat menularkan ke anak lain, dan berisiko mengalami wabah yang menyebabkan kematian atau cacat.

Mari kita melihat data wabah yang terjadi di Indonesia:

  • Wabah Polio 2005-2006 di Sukabumi: Akibat banyaknya bayi balita yang tidak diimunisasi Polio, virus polio menyebar ke berbagai daerah dan menyebabkan 305 anak lumpuh permanen.
  • Wabah Campak 2010-2011: 5.818 anak dirawat di rumah sakit, dan 16 anak meninggal dunia akibat Campak.
  • Wabah Difteri 2009-2011 di Jawa Timur: 816 anak dirawat di rumah sakit, dan 54 anak meninggal dunia.

Apakah kita akan membiarkan anak-anak kita menderita atau bahkan meninggal dunia karena keengganan kita untuk melakukan imunisasi? Semoga mitos dan fakta seputar imunisasi ini bisa menjadi perhatian bagi orang tua dalam melindungi generasi mendatang.

PasienSehat
PasienSehat Hai, saya pasien biasa yang suka nulis blog buat berbagi dan belajar bareng. Lewat tulisan ini, saya berharap kita bisa saling mendukung, bertukar ide, dan tumbuh bersama.

1 komentar untuk "Mitos dan Fakta Seputar Imunisasi"