Evidence Based Medicine Atau Pengobatan Berbasis Bukti
Dunia kedokteran tidak mengenal testimoni. Tapi pengobatan berikan didasarkan pada Evidence Based Medicine atau pengobatan berbasis bukti.
Evidence Based Medicine / EBM adalah integrasi hasil-hasil penelitian terbaru dengan subyek pasien dan kejadian klinik dalam membuat keputusan klinik. EBM merupakan hasil-hasil penelitian terbaru yang merupakan integrasi antara pengalaman klinik, pengetahuan patofisiologi dan keputusan terhadap kesehatan pasien. Atau merupakan integrasi kejadian untuk menentukan terapi atau penatalaksanaan suatu penyakit.
Dengan melihat pada penelitian-penelitian kedokteran dan literatur-literatur (individual atau group), sehingga dapat membantu dokter
Selama ini jenis penelitian terbaik adalah :
Bukti-bukti klinik biasanya ditulis dalam suatu journal dan dokumen-dokumen, sehingga memudahkan seorang dokter atau klinisi untuk memanfaatkanya.
Menggunakan tehnik EBM berskala besar dengan pengelompokan pada penyakit yang sama dapat digunakan untuk pembuatan suatu “ practice guidelines” atau konsensus. Manfaat “practice guideline” oleh para klinisi digunakan untuk menentukan diagnostik dan terapi.
Contoh Evidence Based Medicine Atau Pengobatan Berbasis Bukti seperti ini:
- 10.000 pasien dengan Penyakit Jantung Koroner dengan karakteristik yang relatif sama dibagi kedalam dua kelompok secara acak dan diberikan 2 jenis obat, yang satu isinya tepung yang satu isinya aspirin dosis rendah. Keduanya kemudian diteliti selama 5 tahun. Populasi pasien yang mendapat aspirin ternyata mengalami kejadian serangan jantung dan stroke yang lebih rendah dibandingkan yang dapat tepung saja. Akibatnya pasien yang berisiko tinggi mengalami serangan jantung atau stroke sekarang rutin mengkonsumsi aspirin dosis rendah seumur hidup.
- Dua kelompok keluarga dibandingkan. Kelompok pertama adalah keluarga yang suaminya perokok. Kelompok kedua adalah keluarga yang suaminya tidak merokok. Kedua kelompok tersebut di teliti selama 10 tahun. Ternyata keluarga yang suaminya perokok kejadian istrinya terkena kanker paru 5 dari 100 orang, sementara keluarga yang tidak perokok kejadian istrinya mengalami kanker paru hanya 1 dari 100 orang. Artinya rokok meningkat kan risiko perokok pasif mendapat kan Kanker Paru hingga 5x lipat. Begitu pula kejadian ISPA, Asma, Pneumonia pada anak ternyata ditemukan lebih tinggi pada keluarga perokok. Karena temuan seperti itulah lantas keluar statement dari Central for Diseases Control bahwa "Tidak ada paparan asap rokok pasif yang tidak berisiko (terhadap kesehatan)"
Para dokter dan tenaga medis profesional bekerja dan mengobati manusia berdasarkan hasil penelitian yang valid, bukan berdasarkan gosip yang tidak jelas seperti dibawah ini.
Evidence Based Medicine / EBM adalah integrasi hasil-hasil penelitian terbaru dengan subyek pasien dan kejadian klinik dalam membuat keputusan klinik. EBM merupakan hasil-hasil penelitian terbaru yang merupakan integrasi antara pengalaman klinik, pengetahuan patofisiologi dan keputusan terhadap kesehatan pasien. Atau merupakan integrasi kejadian untuk menentukan terapi atau penatalaksanaan suatu penyakit.
Dengan melihat pada penelitian-penelitian kedokteran dan literatur-literatur (individual atau group), sehingga dapat membantu dokter
- Menentukan diagnosis yang tepat,
- Memilih rencana pemeriksaan terbaru,
- Memilih terapi terbaru
- Memilih metode pencegahan penyakit terbaru.
Selama ini jenis penelitian terbaik adalah :
- Randomised clinical trials.
- Meta-analysis.
Bukti-bukti klinik biasanya ditulis dalam suatu journal dan dokumen-dokumen, sehingga memudahkan seorang dokter atau klinisi untuk memanfaatkanya.
Menggunakan tehnik EBM berskala besar dengan pengelompokan pada penyakit yang sama dapat digunakan untuk pembuatan suatu “ practice guidelines” atau konsensus. Manfaat “practice guideline” oleh para klinisi digunakan untuk menentukan diagnostik dan terapi.
Contoh Evidence Based Medicine Atau Pengobatan Berbasis Bukti seperti ini:
- 10.000 pasien dengan Penyakit Jantung Koroner dengan karakteristik yang relatif sama dibagi kedalam dua kelompok secara acak dan diberikan 2 jenis obat, yang satu isinya tepung yang satu isinya aspirin dosis rendah. Keduanya kemudian diteliti selama 5 tahun. Populasi pasien yang mendapat aspirin ternyata mengalami kejadian serangan jantung dan stroke yang lebih rendah dibandingkan yang dapat tepung saja. Akibatnya pasien yang berisiko tinggi mengalami serangan jantung atau stroke sekarang rutin mengkonsumsi aspirin dosis rendah seumur hidup.
- Dua kelompok keluarga dibandingkan. Kelompok pertama adalah keluarga yang suaminya perokok. Kelompok kedua adalah keluarga yang suaminya tidak merokok. Kedua kelompok tersebut di teliti selama 10 tahun. Ternyata keluarga yang suaminya perokok kejadian istrinya terkena kanker paru 5 dari 100 orang, sementara keluarga yang tidak perokok kejadian istrinya mengalami kanker paru hanya 1 dari 100 orang. Artinya rokok meningkat kan risiko perokok pasif mendapat kan Kanker Paru hingga 5x lipat. Begitu pula kejadian ISPA, Asma, Pneumonia pada anak ternyata ditemukan lebih tinggi pada keluarga perokok. Karena temuan seperti itulah lantas keluar statement dari Central for Diseases Control bahwa "Tidak ada paparan asap rokok pasif yang tidak berisiko (terhadap kesehatan)"
Para dokter dan tenaga medis profesional bekerja dan mengobati manusia berdasarkan hasil penelitian yang valid, bukan berdasarkan gosip yang tidak jelas seperti dibawah ini.
Dunia kedokteran tidak mengenal testimoni |
ooo jadi yang seperti itu tuh gosip ya. hehehehe
BalasHapusiklan mas