Tuberkulosis pada Anak

Tuberkulosis (TB) paru, yang sering dikenal masyarakat sebagai "flek paru," merupakan salah satu penyakit paru yang paling sering menimbulkan kekhawatiran, terutama di kalangan orang tua. Kekhawatiran ini biasanya muncul ketika anak menunjukkan gejala yang diduga mengarah pada penyakit ini.

Untuk menegakkan diagnosis TB paru pada anak, diperlukan evaluasi menyeluruh, termasuk analisis gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang. Namun, pada anak, proses diagnosis sering menghadapi kendala, terutama dalam menemukan kuman penyebab TB, yang biasanya diperoleh melalui pemeriksaan dahak (sputum) pada orang dewasa.

Sebagai solusi, Kementerian Kesehatan bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menyusun sistem skoring TB untuk membantu mendiagnosis TB pada anak di Indonesia. Tabel skoring tersebut adalah sebagai berikut:

Algoritma tata laksana TB pada anak:

Keterangan:
  • Kontak TB; biasanya ditanyakan apakah ada orang yang tinggal serumah, keluarga, atau tetangga, orang yang sering diketahui dekat dan sering bersama, yang diketahui punya penyakit batuk lama. Apakah sudah jelas TB Paru, atau biasanya dikatakan penyakit paru yang berobat 6 bulan?
  • Tes mantoux; tes suntik di bawah lapisan kulit. Setelah disuntik, bekas suntikan akan dilingkari bolpen. Setelah 2-3 hari dilihat, apakah muncul kemerahan atau benjolan pada sekitar bekas suntikan. Positif bila ada bentol kemerahan >10 mm.
  • Berat badan; dilihat melalui klinis, apakah termasuk kurang, juga melalui kurva pertumbuhan sesuai usia.
  • Demam; umumnya pada anak gejala TB Paru adalah demam, bukan batuk lama seperti pada dewasa. Waspada lebih utama pada gejala demam ini.
  • Batuk lama; lebih dari 3 minggu. Orang tua perlu ditanyakan dengan jelas, 3 minggu itu tidak pernah sembuh sama sekali? Jika dijawab, pernah sembuh trus kambuh lagi, maka diambil dari sakit terakhir sudah berapa lama.
  • Pembesaran kelenjar; pada leher, belakang telinga, menyusuri sampai bawah dagu bisa diraba, juga pada ketiak dan lipat paha.
  • Pembengkakan sendi; jika ditemukan.
  • Foto rontgen paru; tidak menjadi landasan utama, tapi perlu dilakukan untuk melengkapi sistem skoring ini.

Kesimpulan

Tuberkulosis (TB) paru pada anak adalah kondisi yang memerlukan perhatian khusus karena gejalanya sering berbeda dengan orang dewasa, seperti demam yang lebih dominan daripada batuk lama. Proses diagnosis pada anak sering menemui kendala, terutama dalam mendeteksi kuman penyebab TB. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan dan IDAI telah menyusun sistem skoring TB untuk membantu mendiagnosis secara lebih tepat.

Penting bagi orang tua untuk memperhatikan beberapa hal, seperti riwayat kontak dengan penderita TB, hasil tes Mantoux, status berat badan, gejala demam, durasi batuk, pembesaran kelenjar getah bening, serta adanya pembengkakan sendi. Pemeriksaan tambahan seperti rontgen paru dilakukan untuk melengkapi proses diagnosis, meskipun bukan menjadi landasan utama.

Dengan deteksi dini dan langkah penanganan yang tepat, kualitas hidup anak dengan TB paru dapat ditingkatkan. Kesadaran orang tua akan gejala dan pentingnya konsultasi ke dokter menjadi kunci utama untuk mencegah komplikasi dan mempercepat pemulihan.

PasienSehat
PasienSehat Hai, saya pasien biasa yang suka nulis blog buat berbagi dan belajar bareng. Lewat tulisan ini, saya berharap kita bisa saling mendukung, bertukar ide, dan tumbuh bersama.

1 komentar untuk "Tuberkulosis pada Anak"

  1. penyakit tuberkulosis adalah penyakit yang sulit disembuhkan walaupun bisa...apalagi pada anak, deteksi dini menjadi penting

    BalasHapus