Imunisasi Wajib dan Imunisasi Tidak Wajib: Pemahaman Yang Keliru
Sebagaimana kita ketahui, di Indonesia terdapat 2 jadwal/rekomendasi imunisasi untuk anak-anak: versi pemerintah/Kementerian Kesehatan dan versi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). Sesungguhnya kedua rekomendasi ini sejalan & sama sekali tidak bertentangan. Bila kita perhatikan, jenis vaksin yang direkomendasikan IDAI lebih banyak daripada jenis vaksin yang direkomendasikan pemerintah.
Vaksin-vaksin yang tertera pada rekomendasi pemerintah merupakan vaksin yang masuk program imunisasi & telah dapat disediakan oleh pemerintah untuk semua anak Indonesia secara gratis (BCG, Polio, Hepatitis B, DTP, Hib, Campak). Vaksin-vaksin ini sering disebut “imunisasi wajib”. Bila ada “imunisasi wajib”, bukankah seharusnya juga ada “imunisasi tidak wajib”? Seolah-olah ada beberapa vaksin yang lebih penting dari yang lain.
Pada rekomendasi imunisasi IDAI, tertera jenis vaksin yang lebih banyak. Sehingga muncul pemahaman sebagian vaksin yang ada di rekomendasi IDAI namun tidak tertera di rekomendasi pemerintah, tidak harus diberikan. Pemahaman ini keliru. Sesungguhnya semua vaksin yang tertera di rekomendasi IDAI juga wajib. Sayangnya, pemerintah dengan segala keterbatasannya belum mampu menyediakan vaksin-vaksin ini untuk menjadi bagian dari program imunisasi. Vaksin-vaksin ini tidak tersedia di Puskesmas. Oleh karena itu, penggunaan istilah “imunisasi wajib” harus kita tinggalkan dan menggantinya dengan “imunisasi yang direkomendasikan”. Seandainya belanja negara tidak terbatas, pasti semua vaksin yang dibutuhkan Indonesia akan disediakan secara cuma-cuma.
Kita menyadari bahwa vaksin-vaksin yang tidak ditanggung pemerintah ini harganya relatif mahal karena belum dapat kita buat sendiri. Vaksin Pneumonia dan Rotavirus, misalnya. Pneumonia (radang paru) & diare (yang penyebab terbanyaknya adalah rotavirus) merupakan 2 pembunuh terbesar anak-anak di seluruh dunia. Vaksinnya telah cukup lama tersedia, namun karena harga vaksinnya yang relatif mahal, belum dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Namun demikian, sebagai orang tua, mari kita selalu berusaha untuk memberikan perlindungan yang terbaik untuk anak-anak kita.
[disadur dari catatan fb dr. Dirga Sakti Rambe]
Vaksin-vaksin yang tertera pada rekomendasi pemerintah merupakan vaksin yang masuk program imunisasi & telah dapat disediakan oleh pemerintah untuk semua anak Indonesia secara gratis (BCG, Polio, Hepatitis B, DTP, Hib, Campak). Vaksin-vaksin ini sering disebut “imunisasi wajib”. Bila ada “imunisasi wajib”, bukankah seharusnya juga ada “imunisasi tidak wajib”? Seolah-olah ada beberapa vaksin yang lebih penting dari yang lain.
Pada rekomendasi imunisasi IDAI, tertera jenis vaksin yang lebih banyak. Sehingga muncul pemahaman sebagian vaksin yang ada di rekomendasi IDAI namun tidak tertera di rekomendasi pemerintah, tidak harus diberikan. Pemahaman ini keliru. Sesungguhnya semua vaksin yang tertera di rekomendasi IDAI juga wajib. Sayangnya, pemerintah dengan segala keterbatasannya belum mampu menyediakan vaksin-vaksin ini untuk menjadi bagian dari program imunisasi. Vaksin-vaksin ini tidak tersedia di Puskesmas. Oleh karena itu, penggunaan istilah “imunisasi wajib” harus kita tinggalkan dan menggantinya dengan “imunisasi yang direkomendasikan”. Seandainya belanja negara tidak terbatas, pasti semua vaksin yang dibutuhkan Indonesia akan disediakan secara cuma-cuma.
Kita menyadari bahwa vaksin-vaksin yang tidak ditanggung pemerintah ini harganya relatif mahal karena belum dapat kita buat sendiri. Vaksin Pneumonia dan Rotavirus, misalnya. Pneumonia (radang paru) & diare (yang penyebab terbanyaknya adalah rotavirus) merupakan 2 pembunuh terbesar anak-anak di seluruh dunia. Vaksinnya telah cukup lama tersedia, namun karena harga vaksinnya yang relatif mahal, belum dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Namun demikian, sebagai orang tua, mari kita selalu berusaha untuk memberikan perlindungan yang terbaik untuk anak-anak kita.
jadwal imunisasi anak umur 0 - 18 tahun IDAI |
Posting Komentar untuk "Imunisasi Wajib dan Imunisasi Tidak Wajib: Pemahaman Yang Keliru"