Demam Berdarah Dengue : Apa Yang Perlu Kita Ketahui Tentang Infeksi Virus Dengue?
Pasien-pasien dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) meningkat sekitar 2-3 bulan terakhir ini. Semacam siklus tahunan dan memang di beberapa daerah sudah dinyatakan sebagai KLB DBD. Melengkapi tulisan terdahulu, tulisan ini mengingatkan kembali hal-hal apa saja yang hendaknya diketahui oleh para orang tua, sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan kita semua.
Apakah virus Dengue?
Virus dengue termasuk family Arbovirus (arthropod-bone virus), secara primer menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Infeksi virus disebabkan oleh salah satu dari 4 serotipe virus dengue (DENV), yaitu : DENV-1, -2, -3 dan -4. Infeksi primer dengue adalah infeksi yang terjadi pada pasien yang belum pernah terinfeksi virus dengue sebelumnya. Infeksi sekunder terjadi pada pasien yang telah terinfeksi virus dengue sebelumnya.
Bila seseorang terinfeksi virus dengue apa saja yang terjadi?
Dapat menimbulkan gejala (simtomatik) dan dapat pula tidak timbul gejala (asimtomatik). Yang simtomatik terdiri dari beberapa keadaan: demam biasa seperti infeksi virus lainnya, Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue. Demam Dengue ada yang dengan perdarahan, ada yang tidak dengan perdarahan. Untuk yang DBD, ada yang DBD tanpa syok dan DBD dengan syok (Dengue Shock Syndrom).
Pemeriksaan laboratorium apa yang sering dilakukan pada infeksi virus Dengue?
Bagaimana gejala klinis Demam Dengue/DBD?
Demam mendadak tingggi, berlangsung 2-7 hari. Demam disertai gejala demam dengue seperti: muka kemerahan, nafsu makan berkurang, nyeri otot dan sendi. Gejala lain: sakit kepala, nyeri ulu hati, mual, muntah, nyeri di daerah iga dan nyeri abdomen yang menyebar. Gejala perdarahan berupa uji bendungan yang positif, bintik merah (ptekie) spontan, mimisan maupun perdarahan gusi, perdarahan saluran cerna, darah menstruasi yang keluar berlebihan dan kadang-kadang ditemukan kencing berdarah (hematuria). Diagnosis klinis Demam Dengue ditegakkan berdasar gejala diatas (demam ditambah 2 atau lebih gejala yang lain), apalagi bila di lingkungan sekolah, rumah atau sekitar rumah ditemukan kasus DBD.
Berbeda dengan Demam Dengue, pada DBD dapat terjadi apa yang dinamakan sebagai kebocoran plasma ditandai dengan peningkatan nilai hematokrit lebih dari 20 %, klinis dapat dijumpai pengumpulan cairan di rongga paru (efusi pleura) dan bila berat sampai timbul penumpukan cairan di rongga perut (ascites). Kebocoran plasma yang berat menimbulkan berkurangnya volume darah dalam pembuluh darah yang mengakibatkan syok hipovolemik, dikenal sebagai Sindrom Syok Dengue (SSD).
Pembesaran hati atau hepar ditemukan sejak awal demam tapi tidak disertai kuning (ikterus).
Bagaimana fase perjalanan klinis infeksi virus dengue yang menjadi DBD?
Ada 3 fase perjalanan klinis DBD sebagai berikut:
Ada fase kritis, bagaimana penjelasan tentang fase kritis ini?
Fase kritis ini terjadi pada saat demam turun (time of fever defervescence) dimana terjadi puncak kebocoran plasma sehingga pasien dapat mengalami syok hipovolemi. Untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya syok adalah dengan mengenali tanda dan gejala yang mendahului syok (warning signs) pada akhir fase demam (hari sakit 3-7). Warning signs tersebut antara lain: demam turun tapi keadaan anak memburuk, muntah terus menerus,nyeri perut hebat, pasien gelisah atau sebailknya tampak lesu, lemah, pusing, perdarahan pada daerah jaringan lunak (mukosa), perdarahan di tempat pengambilan darah, pembesaran hepar, nyeri perut dan kencing yang makin sedikit serta makin jarang (oliguria). Pada lab: didapati penurunan jumlah trombosit dibawah 100.000/ul serta kenaikan hematokrit 20% lebih dan hitung lekosit yang menurun(kurang dari 5000/ul).
Peningkatan hematokrit adalah data dasar yang jadi petunjuk awal paling sensitif dalam mendeteksi perembesan plasma yang berlangsung selama 24-48 jam. Karenanya pengukuran lab hematokrit secara berkala sangat penting karena akan menentukan kebutuhan cairan intravena untuk mempertahankan volume didalam pembuluh darah (intra vaskular). Penggantian cairan yang cepat dan tepat mencegah pasien jatuh dalam syok.
Bila syok sampai terjadi, tubuh melakukan mekanisme kompensasi berupa meningkatnya laju jantung (nadi) mendahului penurunan tekanan darah. Bila perembesan plasma terus terjadi, kompensasi dilakukan dengan mempertahankan sirkulasi darah ke arah organ vital dengan mengurangi sirkulasi ke perifer, ditandai dengan ujung-ujung kaki maupun tangan (akral) yang dingin dan lembab, kulit tubuh timbul bercak-bercak (mottled), pengisian waktu kapiler yang memanjang (lebih 2 detik). Tekanan darah diastolik akan meningkat dan tekanan sistolik tetap sehingga tekanan nadi (selisih tekanan diastolik dan sistolik) kurang dari 20 mmHg. Sampai fase kompensasi ini anak tetap sadar dan banyak yang tidak menyadari sebagai keadaan yang kritis.
Bila keadaan kritis ini luput dari pengamatan, pasien syok dapat jatuh dalam syok dekompensasi yang berat dimana tekanaan darah makin menurun. Yang paling fatal adalah terjadinya profound shock ditandai dengan nadi yang tidak teraba, tekanan darah yang tidak terukur dan sianosis yang semakin jelas.
Salah satu perburukan klinis utama adalah perubahan kondisi mental karena penurunan suplay darah ke otak. Pasien bisa menjadi gelisah, bingung atau letargi. Pada bayi dan anak-anak yang lebih kecil ketidakmampuan mengenali atau kontak mata dengan orang tua atau tidak memberi respon nyeri ketika pasien diambil darahnya menandai berkurangnya aliran darah ke otak.
Apa yang orang tua harus ingat ketika anaknya diduga DBD atau sedang dirawat dengan DBD?
Dokter atau perawat akan memantau tanda-tanda vital anak (tekanan darah, nadi, suhu) secara berkala. Demikian pula pemantauan hasil lab darah, jadi selama dirawat pasien diperiksakan darahnya paling tidak setiap hari.
Orang tua ikut memantau keadaan anaknya secara aktif dan bekerjasama dengan dokter/nakes yang merawatnya. Dokter bisa saja meminta orangtua mencatat jam BAK dan volume urin yang dikeluarkan. Lalu orang tua ikut mewaspadai saat-saat kritis justru ketika demam turun, bisa dilihat pada bahasan tentang warning signs pada fase kritis. Bila ditemukan hal-hal yang harus diwaspadai, orang tua segera memberikan informasi kepada perawat atau dokter yang bertugas.
Adakalanya pasien dengan dugaan demam karena infeksi virus dengue datang ke dokter dan pasien diputuskan berobat jalan. Apa nasehat dokter kepada orang tua untuk anak yang rawat jalan resebut?
Semoga manfaat!
Sumber :
Buku Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi virus Dengue pada Anak, UKK Infeksi dan Penyakit Tropis Anak, IDAI, tahun 2014 dan materi Workhop Dengue Bogor Pediatric Update, 13 Maret 2016.
Ditulis oleh : dr. Mohammad Muchlis
Apakah virus Dengue?
Virus dengue termasuk family Arbovirus (arthropod-bone virus), secara primer menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Infeksi virus disebabkan oleh salah satu dari 4 serotipe virus dengue (DENV), yaitu : DENV-1, -2, -3 dan -4. Infeksi primer dengue adalah infeksi yang terjadi pada pasien yang belum pernah terinfeksi virus dengue sebelumnya. Infeksi sekunder terjadi pada pasien yang telah terinfeksi virus dengue sebelumnya.
Bila seseorang terinfeksi virus dengue apa saja yang terjadi?
Dapat menimbulkan gejala (simtomatik) dan dapat pula tidak timbul gejala (asimtomatik). Yang simtomatik terdiri dari beberapa keadaan: demam biasa seperti infeksi virus lainnya, Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue. Demam Dengue ada yang dengan perdarahan, ada yang tidak dengan perdarahan. Untuk yang DBD, ada yang DBD tanpa syok dan DBD dengan syok (Dengue Shock Syndrom).
Pemeriksaan laboratorium apa yang sering dilakukan pada infeksi virus Dengue?
- Pemeriksaan darah (hematologi) : Hb, lekosit, trombosit dan hematokrit.
- Pemeriksaan antigen virus : NS-1 dengue antigen.
- Pemeriksaan serologik (antibodi kuman) : IgM dan IgG anti dengue. IgM mencerminkan adanya suatu infeksi yang baru terjadi dan bisa bertahan selama 3 bulan. IgG mencerminkan seseorang yang telah mengalami infeksi di masa lalu.
Bagaimana gejala klinis Demam Dengue/DBD?
Demam mendadak tingggi, berlangsung 2-7 hari. Demam disertai gejala demam dengue seperti: muka kemerahan, nafsu makan berkurang, nyeri otot dan sendi. Gejala lain: sakit kepala, nyeri ulu hati, mual, muntah, nyeri di daerah iga dan nyeri abdomen yang menyebar. Gejala perdarahan berupa uji bendungan yang positif, bintik merah (ptekie) spontan, mimisan maupun perdarahan gusi, perdarahan saluran cerna, darah menstruasi yang keluar berlebihan dan kadang-kadang ditemukan kencing berdarah (hematuria). Diagnosis klinis Demam Dengue ditegakkan berdasar gejala diatas (demam ditambah 2 atau lebih gejala yang lain), apalagi bila di lingkungan sekolah, rumah atau sekitar rumah ditemukan kasus DBD.
Berbeda dengan Demam Dengue, pada DBD dapat terjadi apa yang dinamakan sebagai kebocoran plasma ditandai dengan peningkatan nilai hematokrit lebih dari 20 %, klinis dapat dijumpai pengumpulan cairan di rongga paru (efusi pleura) dan bila berat sampai timbul penumpukan cairan di rongga perut (ascites). Kebocoran plasma yang berat menimbulkan berkurangnya volume darah dalam pembuluh darah yang mengakibatkan syok hipovolemik, dikenal sebagai Sindrom Syok Dengue (SSD).
Pembesaran hati atau hepar ditemukan sejak awal demam tapi tidak disertai kuning (ikterus).
Bagaimana fase perjalanan klinis infeksi virus dengue yang menjadi DBD?
Ada 3 fase perjalanan klinis DBD sebagai berikut:
- Fase demam : fase demam awal infeksi virus yang ditandai demam tinggi mendadak, berlangsung 2-7 hari.
- Fase kritis : periode perembesan plasma dimulai dari sekitar peralihan fase demam ke fase afebris (tidak demam), berlangsung selama 24 sampai 48 jam.
- Fase konvalesens (penyembuhan) : dimulai saat fase kritis berakhir, ditandai dengan perembesan plasma berhenti dan reabsorpsi dimulai. Selama fase ini : cairan (plasma dan cairan intra vena) yang selama fase kritis merembes keluar ruang ekstra vaskular diserap kembali ke ruang intra vaskular.
sumber: kompas, 31 maret 2016 |
Ada fase kritis, bagaimana penjelasan tentang fase kritis ini?
Fase kritis ini terjadi pada saat demam turun (time of fever defervescence) dimana terjadi puncak kebocoran plasma sehingga pasien dapat mengalami syok hipovolemi. Untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya syok adalah dengan mengenali tanda dan gejala yang mendahului syok (warning signs) pada akhir fase demam (hari sakit 3-7). Warning signs tersebut antara lain: demam turun tapi keadaan anak memburuk, muntah terus menerus,nyeri perut hebat, pasien gelisah atau sebailknya tampak lesu, lemah, pusing, perdarahan pada daerah jaringan lunak (mukosa), perdarahan di tempat pengambilan darah, pembesaran hepar, nyeri perut dan kencing yang makin sedikit serta makin jarang (oliguria). Pada lab: didapati penurunan jumlah trombosit dibawah 100.000/ul serta kenaikan hematokrit 20% lebih dan hitung lekosit yang menurun(kurang dari 5000/ul).
Peningkatan hematokrit adalah data dasar yang jadi petunjuk awal paling sensitif dalam mendeteksi perembesan plasma yang berlangsung selama 24-48 jam. Karenanya pengukuran lab hematokrit secara berkala sangat penting karena akan menentukan kebutuhan cairan intravena untuk mempertahankan volume didalam pembuluh darah (intra vaskular). Penggantian cairan yang cepat dan tepat mencegah pasien jatuh dalam syok.
Bila syok sampai terjadi, tubuh melakukan mekanisme kompensasi berupa meningkatnya laju jantung (nadi) mendahului penurunan tekanan darah. Bila perembesan plasma terus terjadi, kompensasi dilakukan dengan mempertahankan sirkulasi darah ke arah organ vital dengan mengurangi sirkulasi ke perifer, ditandai dengan ujung-ujung kaki maupun tangan (akral) yang dingin dan lembab, kulit tubuh timbul bercak-bercak (mottled), pengisian waktu kapiler yang memanjang (lebih 2 detik). Tekanan darah diastolik akan meningkat dan tekanan sistolik tetap sehingga tekanan nadi (selisih tekanan diastolik dan sistolik) kurang dari 20 mmHg. Sampai fase kompensasi ini anak tetap sadar dan banyak yang tidak menyadari sebagai keadaan yang kritis.
Bila keadaan kritis ini luput dari pengamatan, pasien syok dapat jatuh dalam syok dekompensasi yang berat dimana tekanaan darah makin menurun. Yang paling fatal adalah terjadinya profound shock ditandai dengan nadi yang tidak teraba, tekanan darah yang tidak terukur dan sianosis yang semakin jelas.
Salah satu perburukan klinis utama adalah perubahan kondisi mental karena penurunan suplay darah ke otak. Pasien bisa menjadi gelisah, bingung atau letargi. Pada bayi dan anak-anak yang lebih kecil ketidakmampuan mengenali atau kontak mata dengan orang tua atau tidak memberi respon nyeri ketika pasien diambil darahnya menandai berkurangnya aliran darah ke otak.
Apa yang orang tua harus ingat ketika anaknya diduga DBD atau sedang dirawat dengan DBD?
Dokter atau perawat akan memantau tanda-tanda vital anak (tekanan darah, nadi, suhu) secara berkala. Demikian pula pemantauan hasil lab darah, jadi selama dirawat pasien diperiksakan darahnya paling tidak setiap hari.
Orang tua ikut memantau keadaan anaknya secara aktif dan bekerjasama dengan dokter/nakes yang merawatnya. Dokter bisa saja meminta orangtua mencatat jam BAK dan volume urin yang dikeluarkan. Lalu orang tua ikut mewaspadai saat-saat kritis justru ketika demam turun, bisa dilihat pada bahasan tentang warning signs pada fase kritis. Bila ditemukan hal-hal yang harus diwaspadai, orang tua segera memberikan informasi kepada perawat atau dokter yang bertugas.
Adakalanya pasien dengan dugaan demam karena infeksi virus dengue datang ke dokter dan pasien diputuskan berobat jalan. Apa nasehat dokter kepada orang tua untuk anak yang rawat jalan resebut?
- Anak harus istirahat.
- Cukup minum, selain air putih dapat diberikan susu, jus buah, cairan elektrolit dsb. Cukup minum ditandai dengan frekuensi buang air kecil setiap 4-6 jam.
- Pemberian parasetamol bila suhu diatas 38 C dengan intreval 4-6 jam. Hindari pemberian aspirin/NSAID atau ibuprofen (bodrexin, inzana, proris dan sebagainya). Berikan kompres hangat.
- Pasien rawat jalan harus kembali berobat setiap hari dan dinilai oleh nakes sampai melewati fase kritis. Dinilai antara lain : pola demam, jumlah cairan yang masuk dan keluar, tanda-tanda perembesan plasma, perdarahan dan pemeriksaan darah lengkap.
- Pasien harus segera dibawa ke RS jika ditemukan satu atau lebih keadaan berikut : saat suhu turun tapi keadaan anak memburuk, nyeri perut hebat, menolak makan minum atau muntah-muntah terus, tangan kaki dingin dan lembab, letargi atau gelisah (rewel), anak tampak lemas, perdarahan antara lain : BAB hitam atau muntah hitam/darah segar, mimisan, darah menstruasi yang keluar berlebihan (menoragia), BAK coklat(hematuria), sesak nafas dan tidak buang air kecil lebih dari 4-6 jam dan kejang.
Semoga manfaat!
Sumber :
Buku Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi virus Dengue pada Anak, UKK Infeksi dan Penyakit Tropis Anak, IDAI, tahun 2014 dan materi Workhop Dengue Bogor Pediatric Update, 13 Maret 2016.
Ditulis oleh : dr. Mohammad Muchlis
Posting Komentar untuk "Demam Berdarah Dengue : Apa Yang Perlu Kita Ketahui Tentang Infeksi Virus Dengue?"