Shaken Baby Syndrome
Sebagian orang tua sudah mengetahui tentang hal ini, ada bahaya yang bisa terjadi pada anak saat mengguncangnya terlalu keras. Sebagian besar kasus yang terjadi karena orang tua atau pengasuh tidak sabar dengan tangisan bayi, lalu mengguncangnya.
Shaken baby syndrome (SBS) bisa terjadi kapanpun sampai anak usia 5 tahun. Namun rata-rata usia anak yang menjadi korbannya di usia 3-8 bulan, karena rentannya organ pada anak usia di bawah 1 tahun. Kasus ini sering ditemui di usia 6-8 minggu, saat bayi paling sering menangis.
Anak berkebutuhan khusus, memiliki banyak saudara, kondisi kolik dan GERD, lebih rawan mengalami SBS.
Ketika bayi diguncang dengan keras, maka kepala bayi bergerak dengan kencang, menyebabkan otak bergerak, bisa merusak pembuluh darah, saraf, dan jaringan pada otak. Semakin kencang, lama dan sering guncangannya, maka kerusakan bisa semakin berat.
Anak yang mengalami SBS bisa mengalami cedera otak berat yang bersifat permanen. 1 dari 4 anak yang mengalami SBS akhirnya tidak tertolong dan meninggal. Anak yang bertahan bisa memiliki kondisi:
Bahkan pada kasus yang sederhana, sekalipun saat bayi tidak menunjukan tanda, saat memasuki usia sekolah salah satu masalah di atas bisa timbul akibat riwayat SBS beberapa tahun sebelumnya.
SBS sangat bisa dicegah, karena pada dasarnya menghindari bentuk kekerasan fisik pada bayi dan anak. Bermain dengan bayi seperti mengayun dan mengangkatnya masih bisa dilakukan, tapi pastikan untuk selalu menjaga bagian leher, dan kepala. Orang tua wajib selalu berhati-hati, dan tidak mengguncang bayi.
Hal penting lain yang perlu diingat, menangis pada bayi itu wajar, hampir tidak ada bayi yang meninggal karena menangis terus-menerus. Tapi kalau orang tua mengguncangnya dengan keras supaya tangisan berhenti, justru ini yang bisa berbahaya. Kalau orang tua sedang tidak sabar, kelelahan, capek, lebih baik tinggalkan dulu sebentar dan istirahat. Minta keluarga yang lain bergantian menjaga bayi.
Sumber tulisan : dr. Agung Zentyo Wibowo
Shaken baby syndrome (SBS) bisa terjadi kapanpun sampai anak usia 5 tahun. Namun rata-rata usia anak yang menjadi korbannya di usia 3-8 bulan, karena rentannya organ pada anak usia di bawah 1 tahun. Kasus ini sering ditemui di usia 6-8 minggu, saat bayi paling sering menangis.
Anak berkebutuhan khusus, memiliki banyak saudara, kondisi kolik dan GERD, lebih rawan mengalami SBS.
Ketika bayi diguncang dengan keras, maka kepala bayi bergerak dengan kencang, menyebabkan otak bergerak, bisa merusak pembuluh darah, saraf, dan jaringan pada otak. Semakin kencang, lama dan sering guncangannya, maka kerusakan bisa semakin berat.
Anak yang mengalami SBS bisa mengalami cedera otak berat yang bersifat permanen. 1 dari 4 anak yang mengalami SBS akhirnya tidak tertolong dan meninggal. Anak yang bertahan bisa memiliki kondisi:
- Kebutaan sebagian atau total
- Kehilangan pendengaran
- Kejang berulang
- Keterlambatan tumbuh kembang
- Kecerdasan yang menurun
- Kesulitan belajar dan berbicara
- Masalah dengan daya ingat dan sulit fokus
- Retardasi mental berat
- Cerebral palsy
Bahkan pada kasus yang sederhana, sekalipun saat bayi tidak menunjukan tanda, saat memasuki usia sekolah salah satu masalah di atas bisa timbul akibat riwayat SBS beberapa tahun sebelumnya.
SBS sangat bisa dicegah, karena pada dasarnya menghindari bentuk kekerasan fisik pada bayi dan anak. Bermain dengan bayi seperti mengayun dan mengangkatnya masih bisa dilakukan, tapi pastikan untuk selalu menjaga bagian leher, dan kepala. Orang tua wajib selalu berhati-hati, dan tidak mengguncang bayi.
Hal penting lain yang perlu diingat, menangis pada bayi itu wajar, hampir tidak ada bayi yang meninggal karena menangis terus-menerus. Tapi kalau orang tua mengguncangnya dengan keras supaya tangisan berhenti, justru ini yang bisa berbahaya. Kalau orang tua sedang tidak sabar, kelelahan, capek, lebih baik tinggalkan dulu sebentar dan istirahat. Minta keluarga yang lain bergantian menjaga bayi.
Sumber tulisan : dr. Agung Zentyo Wibowo
Posting Komentar untuk "Shaken Baby Syndrome"