Jarak Antara Kehamilan Yang Terlalu Dekat
Beberapa orang tua muda sering membahas mengenai jarak antara kehamilan. Ya, sebelumnya saya pernah membahas hal ini, kaitannya dengan kelahiran prematur. Jarak antara kehamilan yang terlalu dekat (kurang dari 1 tahun) bisa meningkatkan resiko terjadinya kelahiran prematur, bayi berat lahir rendah, dan berat yang kecil jika dibandingkan usia gestasinya.
Selain itu juga ada penelitian yang menyebutkan jarak yang terlalu dekat ini meningkatkan resiko masalah pada plasenta (solusio plasenta, dan plasenta previa pada mereka yang sebelumnya riwayat sesar), hingga kemungkinan anak selanjutnya (anak kedua) mengalami autis yang lebih meningkat. Bagi ibu dengan riwayat sesar dan berencana ingin melahirkan pervaginam (VBAC), jarak yang kurang dari 18 bulan bisa meningkatkan resiko terjadinya ruptur pada uterus.
Menurut beberapa ahli, jarak yang terlalu dekat membuat kondisi rahim ibu belum benar-benar pulih sepenuhnya untuk siap menghadapi kehamilan selanjutnya. Selain itu faktor lainnya seperti kehamilan yang tidak direncanakan (bisa karena akses ke sarana kesehatan yang kurang) , stres, masalah sosial ekonomi yang sulit, juga umum ditemui. Penelitian lebih lanjut tetap dibutuhkan untuk melihat perbedaan dampak pengaturan jarak antara kehamilan ini.
Bagaimana kalau berjarak terlalu jauh? Beberapa penelitian menyebutkan jarak kehamilan yang lebih dari 5 tahun meningkatkan resiko terjadinya hipertensi, dan meningkatnya kadar protein di urin (pre eklampsia), kelahiran prematur, bayi berat lahir rendah, berat yang kecil di usia gestasi. Faktor usia ibu yang bertambah dan masalah kesehatan pada ibu bisa menjadi sebab.
Tapi, pilihan untuk mengatur jarak antara kehamilan ini adalah pilihan personal setiap keluarga. Setiap keluarga adalah unik, sehingga bisa sangat beragam. Banyak faktor yang bisa menjadi pertimbangan, antara lain kesehatan pasangan, usia, kesuburan, jumlah anak yang sudah ada sekarang, berapa anak yang diinginkan, akses ke sarana kesehatan, faktor sosial ekonomi, dan lainnya.
Untuk mengurangi resiko komplikasi pada kehamilan dan masalah kesehatan lainnya, beberapa penelitian terbatas yang telah dilakukan menyarankan agar menunggu hingga 18-24 bulan, tapi kurang dari 5 tahun setelah kelahiran sebelum berencana hamil kembali.
Pilihan mengenai jarak kehamilan ini tentu kembali kepada keputusan dalam setiap keluarga. Mengetahui apa resikonya jika terlalu dekat, atau terlalu jauh. Sehingga bisa memutuskan dengan tepat untuk membina keluarga yang sehat.
Selain itu juga ada penelitian yang menyebutkan jarak yang terlalu dekat ini meningkatkan resiko masalah pada plasenta (solusio plasenta, dan plasenta previa pada mereka yang sebelumnya riwayat sesar), hingga kemungkinan anak selanjutnya (anak kedua) mengalami autis yang lebih meningkat. Bagi ibu dengan riwayat sesar dan berencana ingin melahirkan pervaginam (VBAC), jarak yang kurang dari 18 bulan bisa meningkatkan resiko terjadinya ruptur pada uterus.
Menurut beberapa ahli, jarak yang terlalu dekat membuat kondisi rahim ibu belum benar-benar pulih sepenuhnya untuk siap menghadapi kehamilan selanjutnya. Selain itu faktor lainnya seperti kehamilan yang tidak direncanakan (bisa karena akses ke sarana kesehatan yang kurang) , stres, masalah sosial ekonomi yang sulit, juga umum ditemui. Penelitian lebih lanjut tetap dibutuhkan untuk melihat perbedaan dampak pengaturan jarak antara kehamilan ini.
Bagaimana kalau berjarak terlalu jauh? Beberapa penelitian menyebutkan jarak kehamilan yang lebih dari 5 tahun meningkatkan resiko terjadinya hipertensi, dan meningkatnya kadar protein di urin (pre eklampsia), kelahiran prematur, bayi berat lahir rendah, berat yang kecil di usia gestasi. Faktor usia ibu yang bertambah dan masalah kesehatan pada ibu bisa menjadi sebab.
Ukuran rahim pada tiap trimester |
Tapi, pilihan untuk mengatur jarak antara kehamilan ini adalah pilihan personal setiap keluarga. Setiap keluarga adalah unik, sehingga bisa sangat beragam. Banyak faktor yang bisa menjadi pertimbangan, antara lain kesehatan pasangan, usia, kesuburan, jumlah anak yang sudah ada sekarang, berapa anak yang diinginkan, akses ke sarana kesehatan, faktor sosial ekonomi, dan lainnya.
Untuk mengurangi resiko komplikasi pada kehamilan dan masalah kesehatan lainnya, beberapa penelitian terbatas yang telah dilakukan menyarankan agar menunggu hingga 18-24 bulan, tapi kurang dari 5 tahun setelah kelahiran sebelum berencana hamil kembali.
Pilihan mengenai jarak kehamilan ini tentu kembali kepada keputusan dalam setiap keluarga. Mengetahui apa resikonya jika terlalu dekat, atau terlalu jauh. Sehingga bisa memutuskan dengan tepat untuk membina keluarga yang sehat.
Sumber tulisan : dr. Agung Zentyo Wibowo
Posting Komentar untuk "Jarak Antara Kehamilan Yang Terlalu Dekat"