Pertanyaan Umum Seputar Penggunaan Antibiotik untuk Anak
Orang tua perlu mengetahui kapan kondisi memerlukan antibiotik dan kapan tidak. Saat antibiotik tidak diperlukan, penggunaan obat ini justru bisa memberikan dampak negatif bagi anak.
Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri, bukan virus. Sebelum meresepkan antibiotik, dokter akan menilai apakah infeksi yang dialami anak memang memerlukan antibiotik.
Berikut adalah beberapa pertanyaan umum yang sering diajukan orang tua mengenai antibiotik, beserta jawabannya dari American Academy of Pediatrics. Jika Anda memiliki pertanyaan lain mengenai antibiotik, jangan ragu untuk bertanya kepada dokter spesialis anak Anda.
1. Anak saya sakit batuk pilek (selesma) yang berat, kenapa tidak diberikan antibiotik?
Selesma disebabkan oleh virus, sementara antibiotik hanya digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Sebagian besar gejala selesma, seperti pilek, batuk, dan hidung tersumbat, adalah gejala ringan yang akan sembuh dengan sendirinya tanpa perlu obat khusus.
2. Bukankah selesma bisa berubah menjadi infeksi bakteri? Mengapa harus menunggu sebelum memberikan antibiotik?
Pada umumnya, infeksi bakteri tidak mengikuti infeksi virus. Memberikan antibiotik untuk infeksi virus justru dapat menyebabkan resistensi bakteri. Selain itu, anak bisa mengalami efek samping seperti diare. Jika anak Anda mengalami diare cair, diare berdarah, atau efek samping lain setelah mengonsumsi antibiotik, segera beri tahu dokter.
3. Bukankah pilek yang berwarna kuning atau hijau adalah tanda infeksi bakteri?
Saat mengalami selesma, sangat normal bagi cairan hidung berubah warna dari bening menjadi kuning atau hijau, bahkan bisa berlangsung hingga 10 hari. Sinusitis, yang merupakan radang pada lapisan hidung dan sinus, bisa disebabkan oleh virus maupun alergi, meskipun beberapa kasus disebabkan oleh bakteri.
Ada beberapa tanda yang menunjukkan infeksi pernapasan anak bisa disebabkan oleh bakteri. Jika anak Anda mengalami pilek dengan batuk dan cairan hidung berwarna hijau lebih dari 10 hari, atau cairan hidung yang kental berwarna kuning atau hijau disertai demam lebih dari 39 derajat selama lebih dari 3 atau 4 hari, hal ini bisa menjadi tanda sinusitis akibat infeksi bakteri.
Jika anak Anda menunjukkan gejala-gejala ini (yang sebenarnya jarang terjadi), antibiotik mungkin diperlukan. Sebelum meresepkan antibiotik, dokter akan memeriksa tanda dan gejala lainnya untuk memastikan bahwa pemberian antibiotik memang diperlukan.
4. Bukankah antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi telinga?
Tidak semua infeksi telinga membutuhkan antibiotik. Sebagian besar infeksi telinga dapat sembuh dengan sendirinya tanpa obat. Jika anak Anda tidak mengalami demam tinggi atau nyeri telinga yang parah, dokter biasanya akan memilih untuk memantau kondisi anak terlebih dahulu.
Karena nyeri adalah gejala yang paling mengganggu pada infeksi telinga, dokter akan memberikan obat untuk meredakan rasa sakit. Obat seperti parasetamol atau ibuprofen biasanya direkomendasikan untuk mengurangi nyeri. Pastikan anak Anda mendapatkan dosis yang sesuai dengan usia dan berat badan. Umumnya, nyeri dan demam akan mereda dalam 1-2 hari.
Tetes telinga juga dapat digunakan untuk meredakan nyeri dalam waktu singkat. Dokter akan mempertimbangkan untuk memberikan tetes telinga jika diperlukan. Namun, obat batuk pilek yang dijual bebas, seperti dekongestan atau antihistamin, tidak membantu mengatasi infeksi telinga dan sebaiknya dihindari pada anak kecil.
Dokter akan meresepkan antibiotik jika anak Anda mengalami demam yang terus meningkat, nyeri yang semakin parah, atau infeksi pada kedua telinga.
5. Bukankah antibiotik digunakan untuk radang tenggorokan?
Tidak selalu. Lebih dari 80% kasus radang tenggorokan disebabkan oleh virus. Jika anak Anda mengalami nyeri tenggorokan, pilek, dan batuk, kemungkinan besar penyebabnya adalah virus. Antibiotik hanya diberikan untuk radang tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri grup A streptokokus, yang dikenal sebagai Strep Throat.
Strep throat umumnya terjadi pada anak usia sekolah, tetapi jarang terjadi pada anak di bawah usia 3 tahun. Jika dokter anak Anda mencurigai Strep Throat, tes akan dilakukan untuk memastikan diagnosis. Jika hasil tes positif, antibiotik akan diberikan.
6. Apakah antibiotik menyebabkan efek samping?
Efek samping bisa terjadi pada 1 dari 10 anak yang mengonsumsi antibiotik. Beberapa efek samping yang umum termasuk kemerahan pada kulit, reaksi alergi, mual, diare, dan nyeri perut. Jika anak Anda mengalami efek samping setelah mengonsumsi antibiotik, pastikan untuk memberitahu dokter anak Anda.
Kadang-kadang, kemerahan pada kulit bisa muncul selama anak mengonsumsi antibiotik. Namun, ini tidak selalu berarti reaksi alergi. Jika kemerahan disertai dengan gatal, segera laporkan ke dokter, agar reaksi ini bisa dicatat dalam rekam medis anak Anda.
7. Berapa lama antibiotik membutuhkan waktu untuk bekerja?
Kebanyakan infeksi bakteri akan mulai membaik dalam 48-72 jam setelah mulai mengonsumsi antibiotik. Jika gejala anak Anda memburuk atau tidak membaik dalam 72 jam, sebaiknya kontrol kembali ke dokter anak Anda. Jika anak berhenti mengonsumsi antibiotik terlalu cepat, infeksi bisa tidak sembuh sepenuhnya dan gejalanya bisa muncul kembali.
8. Bisakah antibiotik menyebabkan resistensi bakteri?
Penggunaan antibiotik yang berulang dan tidak tepat bisa menyebabkan resistensi bakteri. Bakteri yang resisten tidak bisa diatasi dengan antibiotik yang biasanya digunakan untuk infeksi bakteri. Bakteri yang resisten ini bisa menyebar ke anak lain atau orang dewasa. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan antibiotik yang tepat sesuai dengan jenis infeksi yang dialami anak (narrow spectrum), dan menghindari penggunaan antibiotik untuk infeksi yang lebih luas (broad spectrum).
Jika anak mengalami infeksi bakteri yang resisten, antibiotik khusus mungkin diperlukan. Terkadang, antibiotik ini perlu diberikan melalui infus di rumah sakit.
9. Apakah ada obat antivirus?
Influenza atau flu adalah infeksi virus yang dapat menyebabkan gejala selesma dan memerlukan obat antivirus. Obat antivirus bisa diresepkan untuk anak yang berisiko tinggi mengalami komplikasi berat jika terkena flu. Namun, untuk sebagian besar virus penyebab batuk dan pilek, tidak ada obat antivirus khusus yang perlu diberikan.
10. Bagaimana cara menggunakan antibiotik dengan aman?
Untuk menggunakan antibiotik dengan aman, lakukan hal-hal berikut:
- Antibiotik tidak selalu menjadi solusi saat anak sakit. Tanyakan kepada dokter pengobatan terbaik untuk anak Anda.
- Pastikan antibiotik yang diresepkan adalah jenis yang tepat untuk infeksi bakteri yang dialami anak. Sebagai contoh, antibiotik seperti azithromycin tidak lagi efektif untuk infeksi telinga dan sinus.
- Antibiotik hanya efektif untuk infeksi bakteri, dan tidak berguna untuk batuk pilek atau selesma.
- Ikuti cara pemberian antibiotik yang dianjurkan oleh dokter.
- Jangan memberikan antibiotik sisa dari satu anak ke anak lain (teman atau saudara). Bisa jadi obat yang diberikan tidak tepat dan menimbulkan efek samping.
- Buang antibiotik yang tidak diminum, dan jangan simpan antibiotik sisa.
Kesimpulan
Antibiotik hanya efektif untuk mengobati infeksi bakteri, bukan virus. Penggunaannya harus tepat dan sesuai resep dokter untuk menghindari efek samping dan resistensi bakteri. Jangan memberikan antibiotik sembarangan, dan pastikan anak mengonsumsi obat sesuai dosis yang dianjurkan. Jika anak mengalami efek samping atau gejala tidak membaik, segera konsultasikan dengan dokter. Penggunaan antibiotik yang bijak sangat penting untuk kesehatan anak dan mencegah masalah di masa depan.
Posting Komentar untuk "Pertanyaan Umum Seputar Penggunaan Antibiotik untuk Anak"