Kisah Kate Nicholson Yang Menderita Nyeri Berat Selama 20 tahun
Kate Nicholson bekerja sebagai pengacara hak sipil di Departemen Kehakiman Amerika Serikat ketika kesilapan pembedahan membuatnya tidak bisa duduk atau berdiri, sebagian besar terbaring di tempat tidur, dan menderita nyeri berat selama hampir 20 tahun. Dengan menggunakan opioid sebagai terapi untuk mengendalikan rasa sakit, dia dapat terus bekerja sebagai jaksa federal tingkat tinggi. Dalam ceramah ini, Kate berporos dari kisahnya yang menginspirasi dan cerita pedihnya membahas pengobatan nyeri yang kurang baik, menunjukkan bagaimana pendekatan kita terhadap penyalahgunaan opioid oleh 2,5 juta warga Amerka Serikat menyakiti 50 juta orang dengan nyeri berat atau nyeri kronis.
Berikut adalah terjemahan dari ceramah Kate Nicholson dalam video Youtube berjudul : What We Lose When We Undertreat Pain.
Saya berada di puncak permaian saya berkerja sebagai pengacara hak sipil di Departemen Kehakiman ketika sesuatu terjadi yang mengubah perjalanan hidup saya. Saya bertemu di meja meminum latte, mengetik dokumen untuk pengadilan, ketika punggungku mulai terbakar, rasanya seperti ada asam yang memakan tulang belakangku, otot saya menanggapi dan melemparku dari kursiku, saya meringkuk di lantai, tubuhku terbakar oleh rasa sakit.
Selama beberapa minggu ke depan rasa sakit menjadi konstan, saya hampir tidak bisa berdiri, duduk pun tidak bisa, jadi kebanyakan saya berbaring, saya pulang pergi dengan berbaring di kursi belakang mobil untuk bekerja dari kasur lantai di kantorku, dan saya menggunakan alat bantu berjalan untuk berpindah dari tempat ke tempat. Untuk sementara waktu itu berhasil, sampai pada suatu hari, tumpangan saya datang terlambat dan saya berdiri terlalu lama, kaki saya tidak kuat dan saya terjatuh. Saya akan terbaring di tempat tidur dalam rasa sakit selama hampir 20 tahun. Kemudian nantinya saya mempelajari penyebabnya adalah kesilapan pembedahan saat seorang dokter memutus saraf di tulang belakangku.
Rasa sakit hanya muncul ketika saraf yang rusak tumbuh kembali, tapi mungkin sarafnya tidak memperbaik. Sarafnya memperbaiki, tapi malfungsi. Jadi sentuhan ringan rasanya seperti terkena obor las. Ketika saya mandi, kulitku seperti ditusuk jarum-jarum panas. Nyeri saraf semakin intensif, semakin meningkat seperti alarm yang bunyinya membesar dan membesar. Semakin lama berlangsung semakin buruk.
Melihat kembali sekarang, hal yang paling kuingat adalah keputusasaan pada wajah suami saya. Dialah pria yang secara harfiah menggendongku di lengannya dari dokter ke dokter dan kemudian mereka memberitahu kami bahwa mungkin tidak ada obatnya, bahwa keadaan saya tidak akan membaik dan hanya akan memburuk. Ketika semua ini terjadi saya bekerja sebagai pengacara hak sipil. Saya berdebat tentang hak orang-orang dengan HIV & AIDS ke perawatan medis, tentang hak orang-orang yang menggunakan kursi roda untuk mendapatkan pekerjaan yang bermanfaat. Saya mengira alam semesta memutuskan saya membutuhkan beberapa pengalaman pribadi, saya menjadi penyandang disabilitas, yang bekerja sebagai pengacara hak sipil untuk penyandang disabilitas. Dan saya menyukai pekerjaan saya, saya masih memiliki pekerjaan untuk dikerjakan, jadi meskipun apa yang dokter katakan, saya memutuskan untuk berjuang, dan itu merupakan keputusan bagus.
Saya juga membuat keputusan buruk di awal-awal karena saya menolak untuk minum opioid untuk rasa sakit, saya khawatir akan kecanduan dan stigma. Ketika dokterku memutuskan untuk menghentikan terapi untuk membuat saraf mati rasa dan bersikeras pada opioid, saya merasa hancur dan saya merasa mereka sudah menyerah, bahwa saya dikeluarkan ke padang rumput, diberi obat, dan dihapuskan. Karena tidak ada pilihan, saya menyerah dan menelan obat pil dan kemudian sesuatu yang luar biasa terjadi, saya membaik, saya merasa lega, ruang berkabut membuka dalam pikiranku, dan saya bisa bekerja lagi, dan jadi saya bekerja sebagai jaksa federal untuk lebih dari 20 tahun meskipun saya tidak bisa duduk atau berdiri atau benar-benar berjalan untuk sebagian besarnya.
Saya menyelesaikan penyelesaian peletakan batu pertama melawan Warga San Fransisco 49, Giants dan Walt Disney Company ketika berbaring pada jumlah dosis obat nyeri. Saya menginginkan kasus penting di pengadilan federal. Berdebat dari kursi taman lipat. Saat terbaring di tempat tidur saya menyusun regulasi terkini di bawah American with Disability Act berkoordinasi dengan White House dan mengawasi ribuan kasus oleh ratusan pengacara dari seluruh negeri, semuanya dari tempat tidur, dan ketika rasa sakit akhirnya mulai membaik saya berhenti minum opioid. Saya tidak kecanduan, saya harus menghentikannya karena ingin menghindari efek samping. Itulah masa senang dari anti-klimaks. Sekarang banyak hal bisa menyembuhkanku, terapi fisik, meditasi, alat kesehatan bernama spinal stimulator, ratusan orang yang membawa bahan makanan dan makan malam, dan persahabatan dengan samping tempat tidurku selama 20 tahun, karya seni, namun opioid adalah hal wajib.
Setiap orang pasti pernah merasakan nyeri, beberapa dari kalian sedang merasakan nyeri saat ini, dan bukan karena kalian duduk 3 jam lebih dalam kursi yang tidak nyaman. Bagi kebanyakan orang, nyeri hanya sementara, tapi jika berlangsung 3 bulan atau lebih, nyeri menjadi kronis dan berubah dari sekedar gejala menjadi penyakit. Menurut statistic federal, 50 juta orang Amerika memiliki nyeri berat setiap hari seperti saya, hal ini juga secara signifikan terdampak dari kanker, penyakit jantung, diabetes, atau stroke. 2,5 juta orang menyalahgunakan opioid. Penyalahgunaan opioid sangat merusak, dan di setiap berita, bagi orang-orang dan keluarga mereka itu memilukan dan terkelola dengan buruk. Dan tanggapan kita sebagai masyarakat terhadap penyalahgunaan opioid adalah menyakiti pengobatan nyeri.
Kebanyakan orang yang menyalahgunakan opioid menggunakan obat-obatan yang tidak diresepkan kepada mereka, mereka mengobati sendiri dengan teman opioid di jalan, sebagian menyamar sebagain pasien dan dokter memberikan, jadi untuk menghentikan penyalahgunaan, hukum menyerang dokter, dokter bisa dijatuhi hingga 30 tahun penjara ketika pasien mereka menjual opioid yang diresepkan. Ada dokter nyeri di sini, di Boulder, yang sudah tidak praktik karena ada agen penegak hukum yang menyamar sebagai pasien nyeri. Hasil yang salah dari semua ini adalah menakuti dokter dituntut sehingga enggan meresepkan opioid bahkan jika sesuai dan diperlukan. Ketika saya baru pindah ke Boulder, saya tidak bisa menemukan satupun dokter yang mau merawatku. Saya harus terbang kembali ke DC, itu mahal dan menyakitkan, dan butuh perjalanan panjang untuk sampai ke dokter, tapi untungnya aku mampu. Apa yang terjadi pada orang-orang yang tidak mampu?
Dan bagaimana dengan kabar berita yang kita dengar tentang seseorang yang menderita nyeri yang pergi ke dokter dan diresepkan opioid dan menjadi kecanduan? Hal ini bisa terjadi, tapi itu relative langka dan sebenarnya bisa dicegah. Ketika orang-orang diskrining tentang nyeri emosinal dan pola kecanduan, dan kemudian dimonitoring setelah mereka menerima opioid, risiko kecanduan menurun secara signifikan. Tapi hanya ada sangat sedikit dokter yang menskrining dan memonitoring, hanya ada beberapa ribu dokter manajemen nyeri untuk merawat beberapa puluh juta orang. Jadi kebanyakan orang dengan nyeri masuk ruang darurat dimana tidak ada skrining atau monitoring, tidak ada. Atau mereka mengunjungi dokter layanan primer, tapi ada masalah di sana juga, kebanyakan mereka tidak benar-benar terlatih dalam merawat nyeri.
Studi dari John Hopkins terkini menemukan perbedaan mencolok antara prevalensi nyeri dan masyarakat, dan waktu yang didedikasikan untuk nyeri di sekolah kedokteran. Hanya 4 sekolah kedokteran di Amerika yang mewajibkan 1 mata kuliah nyeri. Jadi sungguh alasan utama orang-orang pergi ke dokter adalah nyeri, dan penyebab utama disabilitas jangka panjang di Amerika adalah nyeri kronis yang di bawah alamat dalam pendidikan kedokteran. Itu butuh untuk diubah. Dan kita butuh berkerjasama dengan dokter, bukan melawan mereka untuk memperluas perawatan untuk nyeri dan kecanduan. Kita harus mengedukasi diri tentang bahaya membagikan opioid ke keluarga dan teman, itu tidak membantu mereka, tapi mempertaruhkan nyawa, dan pembuangan yang tepat untuk obat-obatan yang tidak digunakan.
Kita harus mengembangkan generasi baru obat nyeri, sesuatu yang tidak bisa disalahgunakan. Tapi sementara itu dengan panas yang dihidupkan terhadap epidemic opioid, mari ingat bahwa opioid juga menyembuhkan orang-orang. Opioid adalah obat pereda nyeri paling ampuh yang kita punya, daripada menyangkal orang-orang yang menderita, menghidupkan kembali kehidupan. Ayo obati rasa sakit dengan benar. Terima kasih.
Sumber : What We Lose When We Undertreat Pain | Kate Nicholson | TEDxBoulder - YouTube
Berikut adalah terjemahan dari ceramah Kate Nicholson dalam video Youtube berjudul : What We Lose When We Undertreat Pain.
Saya berada di puncak permaian saya berkerja sebagai pengacara hak sipil di Departemen Kehakiman ketika sesuatu terjadi yang mengubah perjalanan hidup saya. Saya bertemu di meja meminum latte, mengetik dokumen untuk pengadilan, ketika punggungku mulai terbakar, rasanya seperti ada asam yang memakan tulang belakangku, otot saya menanggapi dan melemparku dari kursiku, saya meringkuk di lantai, tubuhku terbakar oleh rasa sakit.
Selama beberapa minggu ke depan rasa sakit menjadi konstan, saya hampir tidak bisa berdiri, duduk pun tidak bisa, jadi kebanyakan saya berbaring, saya pulang pergi dengan berbaring di kursi belakang mobil untuk bekerja dari kasur lantai di kantorku, dan saya menggunakan alat bantu berjalan untuk berpindah dari tempat ke tempat. Untuk sementara waktu itu berhasil, sampai pada suatu hari, tumpangan saya datang terlambat dan saya berdiri terlalu lama, kaki saya tidak kuat dan saya terjatuh. Saya akan terbaring di tempat tidur dalam rasa sakit selama hampir 20 tahun. Kemudian nantinya saya mempelajari penyebabnya adalah kesilapan pembedahan saat seorang dokter memutus saraf di tulang belakangku.
Rasa sakit hanya muncul ketika saraf yang rusak tumbuh kembali, tapi mungkin sarafnya tidak memperbaik. Sarafnya memperbaiki, tapi malfungsi. Jadi sentuhan ringan rasanya seperti terkena obor las. Ketika saya mandi, kulitku seperti ditusuk jarum-jarum panas. Nyeri saraf semakin intensif, semakin meningkat seperti alarm yang bunyinya membesar dan membesar. Semakin lama berlangsung semakin buruk.
Melihat kembali sekarang, hal yang paling kuingat adalah keputusasaan pada wajah suami saya. Dialah pria yang secara harfiah menggendongku di lengannya dari dokter ke dokter dan kemudian mereka memberitahu kami bahwa mungkin tidak ada obatnya, bahwa keadaan saya tidak akan membaik dan hanya akan memburuk. Ketika semua ini terjadi saya bekerja sebagai pengacara hak sipil. Saya berdebat tentang hak orang-orang dengan HIV & AIDS ke perawatan medis, tentang hak orang-orang yang menggunakan kursi roda untuk mendapatkan pekerjaan yang bermanfaat. Saya mengira alam semesta memutuskan saya membutuhkan beberapa pengalaman pribadi, saya menjadi penyandang disabilitas, yang bekerja sebagai pengacara hak sipil untuk penyandang disabilitas. Dan saya menyukai pekerjaan saya, saya masih memiliki pekerjaan untuk dikerjakan, jadi meskipun apa yang dokter katakan, saya memutuskan untuk berjuang, dan itu merupakan keputusan bagus.
Saya juga membuat keputusan buruk di awal-awal karena saya menolak untuk minum opioid untuk rasa sakit, saya khawatir akan kecanduan dan stigma. Ketika dokterku memutuskan untuk menghentikan terapi untuk membuat saraf mati rasa dan bersikeras pada opioid, saya merasa hancur dan saya merasa mereka sudah menyerah, bahwa saya dikeluarkan ke padang rumput, diberi obat, dan dihapuskan. Karena tidak ada pilihan, saya menyerah dan menelan obat pil dan kemudian sesuatu yang luar biasa terjadi, saya membaik, saya merasa lega, ruang berkabut membuka dalam pikiranku, dan saya bisa bekerja lagi, dan jadi saya bekerja sebagai jaksa federal untuk lebih dari 20 tahun meskipun saya tidak bisa duduk atau berdiri atau benar-benar berjalan untuk sebagian besarnya.
Saya menyelesaikan penyelesaian peletakan batu pertama melawan Warga San Fransisco 49, Giants dan Walt Disney Company ketika berbaring pada jumlah dosis obat nyeri. Saya menginginkan kasus penting di pengadilan federal. Berdebat dari kursi taman lipat. Saat terbaring di tempat tidur saya menyusun regulasi terkini di bawah American with Disability Act berkoordinasi dengan White House dan mengawasi ribuan kasus oleh ratusan pengacara dari seluruh negeri, semuanya dari tempat tidur, dan ketika rasa sakit akhirnya mulai membaik saya berhenti minum opioid. Saya tidak kecanduan, saya harus menghentikannya karena ingin menghindari efek samping. Itulah masa senang dari anti-klimaks. Sekarang banyak hal bisa menyembuhkanku, terapi fisik, meditasi, alat kesehatan bernama spinal stimulator, ratusan orang yang membawa bahan makanan dan makan malam, dan persahabatan dengan samping tempat tidurku selama 20 tahun, karya seni, namun opioid adalah hal wajib.
Setiap orang pasti pernah merasakan nyeri, beberapa dari kalian sedang merasakan nyeri saat ini, dan bukan karena kalian duduk 3 jam lebih dalam kursi yang tidak nyaman. Bagi kebanyakan orang, nyeri hanya sementara, tapi jika berlangsung 3 bulan atau lebih, nyeri menjadi kronis dan berubah dari sekedar gejala menjadi penyakit. Menurut statistic federal, 50 juta orang Amerika memiliki nyeri berat setiap hari seperti saya, hal ini juga secara signifikan terdampak dari kanker, penyakit jantung, diabetes, atau stroke. 2,5 juta orang menyalahgunakan opioid. Penyalahgunaan opioid sangat merusak, dan di setiap berita, bagi orang-orang dan keluarga mereka itu memilukan dan terkelola dengan buruk. Dan tanggapan kita sebagai masyarakat terhadap penyalahgunaan opioid adalah menyakiti pengobatan nyeri.
Kebanyakan orang yang menyalahgunakan opioid menggunakan obat-obatan yang tidak diresepkan kepada mereka, mereka mengobati sendiri dengan teman opioid di jalan, sebagian menyamar sebagain pasien dan dokter memberikan, jadi untuk menghentikan penyalahgunaan, hukum menyerang dokter, dokter bisa dijatuhi hingga 30 tahun penjara ketika pasien mereka menjual opioid yang diresepkan. Ada dokter nyeri di sini, di Boulder, yang sudah tidak praktik karena ada agen penegak hukum yang menyamar sebagai pasien nyeri. Hasil yang salah dari semua ini adalah menakuti dokter dituntut sehingga enggan meresepkan opioid bahkan jika sesuai dan diperlukan. Ketika saya baru pindah ke Boulder, saya tidak bisa menemukan satupun dokter yang mau merawatku. Saya harus terbang kembali ke DC, itu mahal dan menyakitkan, dan butuh perjalanan panjang untuk sampai ke dokter, tapi untungnya aku mampu. Apa yang terjadi pada orang-orang yang tidak mampu?
Dan bagaimana dengan kabar berita yang kita dengar tentang seseorang yang menderita nyeri yang pergi ke dokter dan diresepkan opioid dan menjadi kecanduan? Hal ini bisa terjadi, tapi itu relative langka dan sebenarnya bisa dicegah. Ketika orang-orang diskrining tentang nyeri emosinal dan pola kecanduan, dan kemudian dimonitoring setelah mereka menerima opioid, risiko kecanduan menurun secara signifikan. Tapi hanya ada sangat sedikit dokter yang menskrining dan memonitoring, hanya ada beberapa ribu dokter manajemen nyeri untuk merawat beberapa puluh juta orang. Jadi kebanyakan orang dengan nyeri masuk ruang darurat dimana tidak ada skrining atau monitoring, tidak ada. Atau mereka mengunjungi dokter layanan primer, tapi ada masalah di sana juga, kebanyakan mereka tidak benar-benar terlatih dalam merawat nyeri.
Studi dari John Hopkins terkini menemukan perbedaan mencolok antara prevalensi nyeri dan masyarakat, dan waktu yang didedikasikan untuk nyeri di sekolah kedokteran. Hanya 4 sekolah kedokteran di Amerika yang mewajibkan 1 mata kuliah nyeri. Jadi sungguh alasan utama orang-orang pergi ke dokter adalah nyeri, dan penyebab utama disabilitas jangka panjang di Amerika adalah nyeri kronis yang di bawah alamat dalam pendidikan kedokteran. Itu butuh untuk diubah. Dan kita butuh berkerjasama dengan dokter, bukan melawan mereka untuk memperluas perawatan untuk nyeri dan kecanduan. Kita harus mengedukasi diri tentang bahaya membagikan opioid ke keluarga dan teman, itu tidak membantu mereka, tapi mempertaruhkan nyawa, dan pembuangan yang tepat untuk obat-obatan yang tidak digunakan.
Kita harus mengembangkan generasi baru obat nyeri, sesuatu yang tidak bisa disalahgunakan. Tapi sementara itu dengan panas yang dihidupkan terhadap epidemic opioid, mari ingat bahwa opioid juga menyembuhkan orang-orang. Opioid adalah obat pereda nyeri paling ampuh yang kita punya, daripada menyangkal orang-orang yang menderita, menghidupkan kembali kehidupan. Ayo obati rasa sakit dengan benar. Terima kasih.
Sumber : What We Lose When We Undertreat Pain | Kate Nicholson | TEDxBoulder - YouTube
Posting Komentar untuk "Kisah Kate Nicholson Yang Menderita Nyeri Berat Selama 20 tahun"