Bawa Anak ke IGD: Pelajaran Penting Buat Orang Tua
Sebagai orang tua, ada satu momen yang bikin jantung deg-degan nggak karuan: anak sakit tiba-tiba, dan kita harus mutusin apa yang terbaik buat dia. Apalagi kalau anaknya masih bayi atau balita—bawaannya pasti panik duluan. Salah langkah sedikit, takutnya malah bikin kondisi anak makin parah. Tapi di sisi lain, kita juga harus mikir realistis: ini ke IGD langsung atau cukup ke klinik dulu?
Salah satu cerita yang relatable banget adalah pengalaman seorang ibu yang ngalamin sendiri momen kayak gini. Anaknya yang baru 15 bulan tiba-tiba muntah, diare, sama demam. Semua yang masuk—makanan, susu—keluar lagi. Dalam situasi kayak gini, rasanya semua teori kesehatan yang pernah dibaca hilang entah ke mana. Kepikiran dehidrasi, kepikiran ini-itu, akhirnya langsung aja ke IGD. Tapi ternyata di IGD, dia malah dapat pelajaran penting soal aturan BPJS dan kapan kita perlu bawa anak ke sana.
Ternyata nggak semua sakit itu langsung butuh IGD, lho. Dan di sisi lain, ada aturan soal BPJS di IGD yang nggak semua orang tua tahu. Pelajaran ini nggak cuma soal kesehatan anak, tapi juga bikin kita lebih siap secara mental dan finansial pas anak sakit. Nah, yuk simak cerita selengkapnya!
Udah ke IGD, Tapi BPJS Nggak Bisa Dipake?
Yang bikin ibu ini sempat bingung adalah soal biaya. Setelah anaknya ditangani dokter dan diputusin buat rawat jalan, ternyata BPJS nggak bisa cover biayanya. Akhirnya, dia harus bayar sekitar 300 ribuan. Awalnya kaget, karena kan BPJS seharusnya ngebantu biaya kesehatan, ya? Tapi ternyata ada aturan yang nggak dia pahami sebelumnya.
BPJS itu baru bisa dipake di IGD kalau kondisinya benar-benar gawat darurat—misalnya, kalau nggak langsung ditangani, bisa menyebabkan kematian atau cacat. Kalau ternyata kondisinya nggak masuk kategori gawat darurat atau cuma perlu rawat jalan, ya biayanya ditanggung sendiri.
Muntah, Diare, Demam: Kapan Harus ke IGD, Kapan Cukup ke Klinik?
Nggak semua kondisi sakit anak harus buru-buru ke IGD. Untuk kasus muntah, diare, dan demam, perawat di IGD biasanya bakal tanya beberapa hal dulu:
- Udah berapa hari demamnya?
- Seberapa sering muntah dan diarenya dalam sehari?
- Udah sempat dibawa ke faskes pertama atau klinik belum?
Kalau gejalanya baru terjadi (misal, kurang dari tiga hari) dan belum pernah dibawa ke klinik atau faskes 1, biasanya mereka bakal sarankan balik dulu ke faskes. Tapi kalau sakitnya udah lebih dari tiga hari, udah coba periksa ke klinik tapi belum sembuh juga, baru deh BPJS bisa dipake di IGD. Jadi, intinya IGD itu memang diperuntukkan buat kondisi yang benar-benar darurat, bukan buat pemeriksaan awal.
Tapi Anak Cepet Banget Drop, Gimana Kalau Panik?
Panik itu hal wajar buat orang tua, apalagi anak kecil gampang banget dehidrasi kalau muntah atau diare. Tapi panik juga nggak berarti harus buru-buru ke IGD. Ada beberapa tanda yang bisa jadi pertimbangan sebelum memutuskan:
- Cek tanda dehidrasi. Kalau anak masih bisa pipis dengan frekuensi normal, mulutnya nggak kering, dan masih mau minum, biasanya kondisinya belum gawat. Tapi kalau udah jarang pipis, mata cekung, kulit nggak elastis, atau terlihat sangat lemas, itu tanda dehidrasi dan harus segera ke IGD.
- Pantau frekuensi muntah dan diare. Kalau muntah atau diare terjadi lebih dari lima kali dalam sehari, dan anak nggak bisa makan/minum sama sekali, itu juga tanda harus segera cari bantuan medis.
- Perhatikan suhu tubuh. Kalau demam lebih dari 39°C dan nggak turun meskipun udah diberi obat penurun demam, itu juga perlu tindakan cepat.
Aturan BPJS di IGD: Udah Lama Diterapkan
Banyak yang nggak tahu kalau aturan soal BPJS di IGD ini udah lama diterapkan. Sebenernya, ini bukan soal bikin ribet, tapi buat memastikan layanan IGD diprioritaskan untuk pasien dengan kondisi darurat. Kalau semua pasien dengan kondisi ringan ikut ke IGD, bisa kebayang kan betapa penuhnya ruangan? Pasien yang benar-benar butuh penanganan cepat malah jadi keteteran.
Kalau ternyata setelah diperiksa dokter di IGD, kondisi pasien nggak masuk kategori gawat darurat, dokter atau perawat bakal kasih rujukan balik ke faskes 1. Tapi kalau tetap minta ditangani di IGD, ya otomatis biayanya jadi tanggung sendiri, meskipun pake BPJS. Aturan ini berlaku buat semua orang, bukan cuma pengguna BPJS aja.
Tips Menghadapi Anak Sakit Biar Nggak Panik
Setelah ngalamin ini, ibu tersebut sadar kalau mental dan pengetahuan soal kesehatan anak itu penting banget. Berikut beberapa tips yang bisa dipraktikkan para orang tua biar nggak gampang panik:
- Punya termometer di rumah. Monitor suhu tubuh anak itu penting, jangan cuma "nebak-nebak" pake tangan aja.
- Sedia oralit atau larutan gula garam. Ini jadi pertolongan pertama buat diare. Kalau anak muntah terus, kasih oralit dikit-dikit tapi sering.
- Catat gejala dan waktunya. Pas ke dokter atau IGD, biasanya mereka bakal nanya detail soal gejala anak. Jadi, penting banget buat tahu kapan mulai muntah, diare, atau demam, dan seberapa sering.
- Tanya dokter atau faskes 1 dulu. Kalau masih ragu, coba konsultasi lewat telepon atau layanan online yang sekarang banyak tersedia di klinik.
Anak Sakit? Tenang, Tapi Jangan Ragu Cari Bantuan
Intinya, jangan ragu buat bawa anak ke IGD kalau memang kondisinya sudah darurat. Lebih baik dianggap terlalu waspada daripada menyesal karena terlambat. Tapi kalau kondisinya masih bisa ditangani di rumah atau faskes 1, prioritaskan itu dulu. Yang paling penting, pantau terus kondisi anak dengan seksama. Anak sehat, orang tua bahagia!
Anda dapat membaca artikel seputar BPJS Kesehatan lainnya di sini :
- Benjolan di Telinga Tapi Operasi Harus Nunggu Lama? Ini Penjelasannya!
- BPJS KIS PBI Gratis Cuma Bisa Pilih Puskesmas? Mitos atau Fakta?
- Mau Periksa ke Poli Lain? Begini Cara Pakai Surat Rujukan yang Benar
- BPJS Kelas 1: Bayar Mahal, Kok Tetap Harus Beli Obat Lagi?
- Anda Belum Memiliki Surat Rujukan atau Surat Kontrol, Padahal Surat Rujukan Masih Berlaku, Ini Jawabannya!
Posting Komentar untuk "Bawa Anak ke IGD: Pelajaran Penting Buat Orang Tua"