Efek Samping Versus Gejala: Siapa Pemenangnya?

Efek samping atau gejala

Saya perhatikan, orang-orang yang "sehat" seringkali berpikir bahwa obat adalah penyembuh segala penyakit. Misalnya, jika kita terkena infeksi telinga, minum saja obat antibiotik, dan semuanya akan segera membaik! Ya, sesederhana itu.

Tapi coba kita bicara lebih jauh, bagaimana dengan penyakit yang sulit terdiagnosa, dan tidak diketahui obatnya, ini akan menjadi lebih rumit. Pilek? Coba minum obat ini, tapi menimbulkan kantuk. Masalah pernapasan? Coba gunakan inhaler, tapi hati-hati dapat menimbulkan kegelisahan. Penyakit autoimun? Maukah Anda mengkonsumsi obat seumur hidup yang dapat menyebabkan osteoporosis dan diabetes, atau pilihan lainnya adalah obat-obatan kemoterapi. Benar-benar pilihan yang tidak lucu bukan?

Masalahnya, dalam pertempuran besar antara efek samping versus gejala, tidak ada pemenangnya. Ketika gejala lebih buruk daripada efek samping, itulah saatnya mengkonsumsi obat-obatan pada dosis yang lebih tinggi, tapi ini tidaklah menyenangkan dan tentu bukan hal yang mudah. Setiap hari Anda harus minum obat atau mendapat suntikan atau menerima sesuatu yang Anda ketahui dapat membuat Anda merasa buruk. Tapi, ini tidak seburuk dari risiko terburuk penyakit Anda, jadi tidak masalah kalau harus minum obat dalam jangka panjang.

Pada saat ini, kita harus menjalani hidup dengan pilihan yang kita punya. Tapi bukan berarti saya suka pilihan seperti ini.

Efek samping obat-obatan yang mengerikan dan harus dikonsumsi dalam jangka panjang tentunya sangat mengganggu pikiran Anda, terlebih bagi anda yang baru terdiagnosis. Anda akan susah tidur memikirkannya, Apakah saya akan menderita osteoporosis? Apakah liver saya akan rusak? Apakah ginjal saya akan rusak? Apakah saya akan menderita limfoma karena efek samping obat-obatan ini?

Pikiran-pikiran ini bisa terjebak dalam otak anda seperti kaset rekaman yang tak pernah berakhir. Ketakutan dapat menurunkan kualitas hidup anda hampir secepat yang penyakit Anda lakukan.

Hidup dengan cahaya berarti Anda harus mengakui adanya bayangan. Efek samping obat merupakan bayang-bayang kelam, namun demikian janganlah Anda terlalu memberi perhatian kepadanya. Pilihlah, ingin hidup dengan cahaya atau bayangan?

Ini tidaklah berarti bahwa saya mengabaikan bayangan, saya hanya memilih untuk tidak memberikan perhatian yang tidak layak. Saya harus menutup siklus tak berujung "bagaimana jika..." dengan mengubah pemikiran saya kepada "saat itu terjadi". Saya anggap efek samping mengerikan akan datang di kemudian hari, dan saya berasumsi bahwa saat itu datang saya akan melawannya dengan kekuatan, martabat dan kehormatan.

Dengan berasumsi, saya mampu menghadapi skenario terburuk telah mengisi hati saya dengan keberanian, bukan ketakutan. Mengetahui bahwa saya tidak harus berurusan dengan bayangan saat ini membuat cahaya bersinar terang dalam hidupku. Hari ini saya memilih untuk sepenuhnya hidup. Saya memilih untuk menikmati hidup ini.

*Rekomendasi: Efek Samping Prednison (Kortikosteroid)

Posting Komentar untuk "Efek Samping Versus Gejala: Siapa Pemenangnya?"