Menjadi Orang Tua Bayi Prematur

Menjadi orang tua bayi prematur, kurang lebih kami bisa memahami apa yang orang tua bayi prematur lain rasakan. Saat menunggu di rumah sakit, tentu bertemu dengan beberapa orang tua bayi yang juga menunggu. Bedanya, mereka silih berganti datang dan pergi, sementara saat itu bayi kami masih terus harus tinggal lebih lama di rumah sakit. Semua orang tua biasanya menatap ke dalam ruang perina dan NICU dengan tatapan yang sedih, penuh harap dan do’a.

Masih ingat betul, saat itu dokter dan perawat di rumah sakit mengatakan kepada kami, “Disini juga pernah ada yang lahir 800 gram, dan dia bertahan. Anak laki-laki, namanya Sakti, sekarang usianya sudah 2 tahun, pernah main kesini sudah bisa jalan. Sekarang sekeluarga mereka pindah ke Batam”. Cerita itu setidaknya seperti memberi harapan, bahwa anak kami insya Allah kelak bisa bertahan. Alhamdulillah, saat ini putri kami sudah berusia 2 tahun 4 bulan.

Sebenarnya kami tidak ingin menceritakan terlalu banyak dan detail perihal anak, semoga bisa tetap demikian. Sadar betul banyak celah ujian yang dihadapi saat bercerita ke orang lain, niat sharing berbagi inspirasi yang berubah jadi pamer, show off ini lho saya bisa, ingin dipuji atas usahanya, dan lain sebagainya. Padahal semata-mata kekuasaan Allah saja semua itu bisa terjadi.
---

Di masa awal setelah kelahiran prematur, kami sering membaca forum bayi prematur di luar negeri. Disana kami merasa menemukan banyak teman. Bayi prematur yang tergolong prematur ekstrim, dengan berat badan yang juga sangat rendah. Para orang tua berbagi kisah mereka. Ya, dan kisah itu tidak selalu indah, normal dan baik-baik saja. Tidak sedikit dari bayi prematur, khususnya bayi prematur ekstrim yang memiliki kondisi penyerta prematuritas.

Jika bisa disimpulkan, masa saat bayi prematur dirawat di RS adalah masa untuk ‘survive’. Kondisi kesehatan bayi bisa naik turun seperti roller coaster. Orang tua sebaiknya menyiapkan mental untuk menghadapi hal seperti ini. Banyak berdo’a dan seiring tim medis yang terus berusaha, adalah yang bisa dilakukan. Di Indonesia tentu angka bertahan hidupnya belum seperti di negara maju. Di negara maju, bayi prematur usia kehamilan 25-26 minggu 80-90% bisa bertahan, disini mungkin angkanya belum sampai setinggi itu.

Belum lagi jika membahas kondisi penyerta prematuritas. Tidak semua bayi prematur akan tumbuh sehat dan normal. Kendati angka bertahan hidup bisa ditingkatkan, angka terjadinya kondisi penyerta prematuritas belum bisa ditekan, apalagi dengan semakin banyaknya kelahiran bayi prematur ekstrim. Maka kondisi penyerta prematuritas yang bersifat sementara ataupun permanen selalu menjadi resiko bagi setiap bayi prematur.

Maka jika suatu saat anda bertemu dengan orang tua yang baru saja mengalami kelahiran prematur, dukungan yang tepat sangat diperlukan. Terkadang diam sejenak dalam do’a itu lebih baik, daripada bertanya misalnya, “kenapa, kok bisa prematur?”. Jika pun berucap, sampaikanlah do’a yang terbaik untuk bayi prematur tersebut. Karena yakinlah di beberapa minggu awal adalah masa penuh perjuangan bagi bayi prematur untuk bisa bertahan hidup.

Mengenai harapan, ceritakanlah yang wajar dan rasional. Ya, di Indonesia sudah banyak kisah inspiratif bayi prematur yang terlahir sangat awal, dan sangat kecil. Terlepas dari kondisi tiap anak bisa berbeda. Jangan lupakan resiko kondisi penyerta prematuritas yang selalu mengintai. Jika pembahasaan ini kurang bisa dipahami, penyerta prematuritas itu bisa berarti sebuah kecacatan/berkebutuhan khusus, ini resiko yang serius. Jika melihat bayi prematur ekstrim yang sehat dan normal semua tanpa kondisi penyerta, itu sungguh kekuasaan Allah.

Do’a kami bagi semua orang tua bayi prematur yang saat ini bayinya sedang berjuang untuk bertahan hidup, semoga Allah Memberikan yang terbaik. Bagi orang tua yang sedang berjuang dengan kondisi penyerta, semoga Allah juga Memberikan yang terbaik, kesabaran, dan kekuatan.
Sumber: Dr. Agung Zentyo Wibowo

Posting Komentar untuk " Menjadi Orang Tua Bayi Prematur"