Yang Lagi Viral: 144 Penyakit yang “Tidak Boleh Dirujuk”? Emangnya Kenapa?
Beberapa hari ini, obrolan di media sosial rame banget soal "144 penyakit yang tidak boleh dirujuk ke rumah sakit (RS) oleh BPJS." Ada yang panik, ada yang marah, ada juga yang bingung. Gimana nggak, kalau tiba-tiba dengar istilah "nggak boleh dirujuk," kesannya kita harus pasrah banget sama kondisi di FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) kayak puskesmas, klinik, atau praktik dokter umum. Banyak yang takut, "Gimana kalau penyakitnya parah? Harus diobatin serius dong, masa di puskesmas aja?"
Padahal, kabar ini bukan hal baru, lho. Sebenarnya info tentang 144 penyakit ini udah pernah ramai di 2015. Tapi entah kenapa, sekarang muncul lagi dan bikin geger dunia maya. Pertanyaannya, beneran nggak sih kalau ada 144 penyakit yang nggak boleh dirujuk? Apa jadinya kalau kamu, keluargamu, atau temanmu kena salah satu penyakit itu? Yuk, kita bahas lebih santai supaya nggak makin bingung.
Sebenarnya, Gimana Aturan Soal Rujukan BPJS?
Jadi gini, BPJS itu punya sistem yang namanya gate-keeper. Artinya, FKTP kayak puskesmas, klinik, atau praktik dokter umum jadi garda depan buat ngurusin masalah kesehatan kamu. Kalau penyakitnya ringan atau masih dalam "ranah kompetensi" FKTP, ya di situ aja ditangani. Tapi kalau udah serius, rumit, atau nggak bisa di-handle lagi, baru deh dirujuk ke rumah sakit.
Nah, balik ke cerita 144 penyakit tadi. Daftar ini sebenarnya adalah penyakit-penyakit yang seharusnya bisa diobati di FKTP. Kenapa? Karena penyakit-penyakit ini masih masuk dalam standar kompetensi dokter umum di Indonesia. Contohnya, flu, demam, hipertensi ringan, atau diabetes yang masih terkontrol. Intinya, FKTP itu harus bisa menyelesaikan penyakit yang umum-umum. Kalau semuanya langsung dirujuk ke RS, kasihan dong RS-nya, bisa penuh sesak.
Tapi nih, jangan salah paham. Kalau kondisinya udah berat, ada komplikasi, atau butuh peralatan khusus, FKTP justru diwajibkan buat merujuk kamu ke RS. Misalnya, hipertensi yang udah bikin komplikasi ke jantung atau ginjal. Jadi istilah "nggak boleh dirujuk" itu bukan berarti mutlak. Tetap ada kondisi tertentu yang bikin kamu harus banget dirujuk.
Panduan Praktik: Bukan Cuma Sekadar Aturan
Buat ngejelasin mana yang bisa ditangani di FKTP dan mana yang harus dirujuk, pemerintah udah bikin yang namanya Panduan Praktik Klinis (PPK). Ini semacam buku petunjuk buat FKTP biar nggak asal-asalan dalam menangani pasien.
PPK ini pertama kali diatur lewat Permenkes No. 5 Tahun 2014, terus direvisi jadi Kepmenkes No. 514 Tahun 2015, kemudian Kepmenkes No. 1186 Tahun 2022, sampai terakhir Kepmenkes No. 1936 Tahun 2022. Intinya, FKTP itu wajib punya acuan jelas, jangan sampai ada pasien yang ditolak dirujuk padahal kondisinya darurat.
PPK ini juga membantu dokter FKTP buat tahu batasan kemampuan mereka. Kalau emang penyakitnya di luar kompetensi mereka, ya langsung dirujuk aja. Jangan sampai gara-gara salah penanganan, pasien malah tambah parah. Jadi, sebenarnya aturan ini bukan buat nyusahin kamu kok, tapi buat ngejamin kalau kamu dapet perawatan yang sesuai dengan kondisi.
Kenapa Harus Ada Sistem Gate-Keeper?
Mungkin kamu mikir, “Ngapain sih repot-repot pake sistem kayak gini? Kenapa nggak semua penyakit langsung aja ke RS?” Nah, masalahnya, kalau semua orang langsung ke RS, yang ada RS bakal penuh terus, dokter spesialisnya kelelahan, dan pasien malah nggak tertangani dengan maksimal.
Bayangin aja, ada orang yang cuma pilek tapi antri di RS bareng pasien dengan penyakit jantung. Kan nggak efisien banget. Sistem gate-keeper ini dirancang biar penyakit yang ringan bisa diselesaikan di FKTP, sementara RS fokus ke kasus yang lebih berat.
Selain itu, sistem ini juga membantu pemerintah buat mengatur biaya kesehatan. Kamu tau kan, biaya berobat di RS jauh lebih mahal daripada di FKTP. Kalau semua kasus langsung ke RS, biaya BPJS bakal membengkak banget. Dengan adanya FKTP sebagai filter, sistem ini jadi lebih hemat dan efisien.
Jadi, Apa yang Harus Kamu Lakukan?
Kalau kamu masih bingung soal ini, yang paling penting adalah tahu hak dan kewajiban kamu sebagai peserta BPJS. Kamu harus tahu kapan kamu boleh dirujuk dan kapan nggak perlu. Jangan ragu buat tanya ke FKTP kalau kamu merasa perlu dirujuk.
Tapi inget, rujukan itu ada kriterianya. Misalnya, penyakitnya udah masuk kategori berat atau butuh alat medis yang nggak tersedia di FKTP. Kalau kondisi kamu memenuhi kriteria rujukan, FKTP wajib banget buat kasih surat rujukan. Jangan takut untuk ngejelasin kondisi kamu ke dokter di FKTP.
Yang jelas, jangan langsung panik kalau dengar soal "144 penyakit nggak boleh dirujuk." Sistem ini dibuat bukan buat ngerugiin kamu, tapi biar layanan kesehatan jadi lebih terorganisir dan efektif.
Kenapa Sistem Rujukan Ini Masih Jadi Kontroversi?
Walaupun udah berjalan lama, sistem rujukan BPJS ini sering banget jadi perdebatan. Banyak yang merasa kalau aturan ini malah bikin pasien jadi ribet. Gimana nggak? Kadang ada kasus di mana pasien merasa kondisi mereka serius, tapi dokter di FKTP bilang nggak perlu dirujuk. Rasanya kayak ditahan-tahan gitu, padahal kondisi kesehatan nggak bisa ditawar.
Masalahnya, komunikasi antara pasien dan tenaga medis di FKTP sering banget jadi kendala. Ada pasien yang nggak paham kenapa mereka nggak dirujuk, ada juga dokter yang nggak cukup menjelaskan alasannya. Akhirnya, muncul kesalahpahaman yang bikin pasien ngerasa nggak dilayani dengan baik.
Belum lagi, fasilitas di FKTP juga jadi sorotan. Banyak yang bilang, "Gimana mau diobatin di puskesmas kalau alatnya nggak lengkap?" Atau, "Dokternya aja cuma ada jam segini, gimana kalau butuh cepat?" Nah, hal-hal kayak gini yang bikin orang makin skeptis sama sistem ini.
Apa Masalah di Lapangan?
Ada beberapa hal yang bikin sistem rujukan ini terasa sulit buat sebagian orang. Pertama, soal fasilitas dan tenaga medis di FKTP. Walaupun di atas kertas FKTP harus bisa menangani penyakit-penyakit tertentu, kenyataannya nggak semua FKTP punya alat dan sumber daya yang memadai. Misalnya, pasien diabetes yang butuh cek gula darah rutin tapi alatnya nggak tersedia di FKTP tertentu.
Kedua, jumlah dokter di FKTP kadang nggak sebanding sama jumlah pasien. Kamu pasti pernah dengar cerita orang ngantri berjam-jam di puskesmas cuma buat konsultasi lima menit. Kondisi kayak gini bikin pasien jadi nggak nyaman, apalagi kalau butuh penanganan lebih lanjut.
Ketiga, persepsi pasien sendiri. Banyak yang ngerasa kalau berobat di FKTP itu nggak seefektif di rumah sakit. Padahal, FKTP udah dirancang buat menangani masalah kesehatan tingkat pertama. Tapi karena kurangnya edukasi, orang cenderung langsung pengen ke rumah sakit.
Solusi? Yuk, Bareng-Bareng Bikin Sistem Ini Lebih Baik
Biar sistem ini berjalan lebih baik, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki. Pertama, FKTP harus terus ningkatin fasilitas dan pelayanannya. Kalau alat-alatnya lengkap, dokternya cukup, dan pelayanannya ramah, pasien pasti lebih nyaman berobat di FKTP.
Kedua, edukasi buat pasien. Banyak orang yang nggak ngerti gimana sistem BPJS ini bekerja. Kalau pasien tahu hak dan kewajiban mereka, termasuk kapan harus dirujuk, kesalahpahaman pasti berkurang.
Ketiga, komunikasi yang lebih baik antara dokter dan pasien. Kadang dokter cuma bilang, "Nggak perlu dirujuk," tanpa menjelaskan alasannya. Kalau dokter mau luangin waktu sedikit buat ngejelasin, pasien pasti lebih paham dan nggak merasa diabaikan.
Kesimpulan: Jangan Panik, Pahami Sistemnya
Jadi, soal "144 penyakit yang tidak boleh dirujuk" ini sebenarnya bukan hal yang perlu bikin kamu panik. Itu cuma daftar penyakit yang idealnya bisa diatasi di FKTP, asalkan fasilitas dan kompetensinya memadai. Tapi kalau kondisinya serius atau butuh penanganan lebih lanjut, kamu tetap punya hak buat dirujuk ke rumah sakit.
Sistem ini memang masih jauh dari sempurna, tapi kalau kita sama-sama ngerti cara kerjanya, semua pasti lebih mudah. Kamu juga punya peran buat aktif bertanya dan memastikan layanan kesehatan yang kamu terima sesuai kebutuhan. Jangan ragu buat kasih feedback kalau kamu merasa pelayanan di FKTP kurang oke.
Kesehatan itu hak kamu, jadi penting banget buat tahu gimana sistem ini berjalan. Kalau ada masalah, jangan diam aja. Suarakan kebutuhanmu, karena kesehatan adalah investasi yang nggak bisa ditunda-tunda.
Anda dapat membaca artikel seputar BPJS Kesehatan lainnya di sini :
- Benarkah Ada 144 Penyakit yang Gak Bisa Dirujuk ke Rumah Sakit BPJS? Yuk, Cari Tahu Kebenarannya!
- Mau Pindah dari PBI ke Mandiri? Begini Caranya, Gampang Banget!
- Kejadian Aneh Tapi Nyata: Pakai BPJS Setelah 10 Tahun, Malah Dapat Denda?
- Siapa Bilang Berobat Cuma Bisa di Kota Asal? BPJS Kesehatan Bikin Kamu Bebas Berobat di Mana Aja!
- Kapankah Sakit Bisa Dibilang Darurat? Yuk, Pahami Kriteria Gawat Darurat BPJS!
Posting Komentar untuk "Yang Lagi Viral: 144 Penyakit yang “Tidak Boleh Dirujuk”? Emangnya Kenapa?"