‘Kamu Hanya Malas’ dan Komentar Lain yang Menyakitkan Hati

‘Kamu Hanya Malas’ dan Komentar Lain yang Menyakitkan Hati

Pernah gak sih kamu dengar seseorang bilang ke orang lain, “Ah, kamu tuh cuma malas aja”? Atau mungkin kamu sendiri yang nerima komentar itu. Kalau iya, pasti kamu tau rasanya gimana: campur aduk antara kesel, sedih, sama gak ngerti kenapa orang bisa seenaknya ngomong begitu. Apalagi kalau kamu hidup dengan penyakit kronis, autoimun, atau invisible disability. Komentar itu bisa jadi tamparan keras yang gak kamu butuhin sama sekali.

Hidup dengan kondisi yang gak kelihatan dari luar itu udah cukup berat. Setiap hari, orang-orang kayak kamu harus lawan rasa sakit, kelelahan, atau gejala lain yang orang lain gak pernah tau rasanya. Tapi, alih-alih dapat pengertian, sering kali yang kamu terima justru komentar-komentar gak sensitif. “Kamu cuma kurang olahraga,” atau “Coba deh lebih semangat.” Padahal, kalau bisa olahraga atau semangat, siapa sih yang gak mau?

Masalahnya, banyak orang gak ngerti apa itu penyakit kronis atau invisible disability. Mereka cuma liat luarnya aja: kamu keliatan sehat, bisa jalan, atau ketawa. Mereka gak tau kalau di balik itu semua, kamu lagi berjuang mati-matian buat keliatan “normal.” Dan komentar kayak “Kamu hanya malas” itu cuma bikin semuanya makin berat.

Komentar yang Gak Pernah Diminta

Komentar “Kamu malas” itu cuma satu dari banyak komentar yang sering diterima orang dengan penyakit kronis atau invisible disability. Ada juga yang bilang, “Kamu lebay banget sih,” atau “Kok gampang capek gitu? Aku aja kerja seharian biasa aja.” Orang-orang ini ngomong seolah-olah mereka ngerti apa yang kamu rasain, padahal kenyataannya jauh banget.

Kadang, mereka ngasih saran yang gak diminta. “Coba minum vitamin ini,” atau “Mungkin kamu perlu lebih banyak jalan-jalan biar sehat.” Maksudnya mungkin baik, tapi dengernya tetap aja bikin males. Kamu udah capek jelasin ke dokter tentang kondisimu, terus tiba-tiba ada orang yang gak ngerti apa-apa sok tau kasih solusi. Rasanya kayak lagi kena double kill: sakit fisik dan mental sekaligus.

Yang lebih menyakitkan adalah komentar yang bikin kamu merasa gak dihargai. Misalnya, kamu bilang gak bisa ikut acara karena flare-up, terus ada yang jawab, “Ah, alesan aja. Bilang aja gak mau.” Padahal, kalau bisa ikut, kamu pasti ikut. Tapi kondisi tubuhmu gak kasih izin. Dan sayangnya, gak semua orang ngerti atau mau ngerti soal itu.

Beban Tak Terlihat

Orang-orang yang hidup dengan invisible disability itu sering banget disalahpahami. Karena gak ada tanda-tanda yang jelas, banyak orang nganggep mereka baik-baik aja. Padahal, perjuangan mereka tiap hari itu gak main-main. Ada yang harus minum obat seumur hidup, ada yang harus beradaptasi sama rasa sakit terus-menerus, atau bahkan ada yang harus kehilangan mimpi karena penyakit mereka.

Misalnya aja, kamu punya lupus atau fibromyalgia. Dari luar, kamu keliatan sehat. Tapi di dalam, tubuhmu lagi sibuk “berperang” sama dirinya sendiri. Bangun tidur aja rasanya kayak habis dihajar semalaman, belum lagi gejala lain yang bisa muncul kapan aja. Ini bukan soal malas atau gak usaha, tapi tubuhmu emang punya batas yang beda dari orang lain.

Dan beban ini gak cuma soal fisik, tapi juga mental. Kamu harus terus meyakinkan diri kalau kamu cukup, kalau kamu gak salah karena sakit. Tapi di sisi lain, komentar orang-orang bikin kamu ragu sama diri sendiri. Apalagi kalau komentar itu datang dari orang-orang terdekat, kayak teman atau keluarga.

Kenapa Orang Suka Seenaknya Ngomong?

Salah satu alasan kenapa orang suka ngeluarin komentar gak sensitif adalah karena mereka gak ngerti. Mereka gak pernah ngalamin hidup dengan penyakit kronis atau invisible disability, jadi mereka gak tau gimana rasanya. Yang mereka lihat cuma luarnya: kamu bisa ketawa, jalan, atau kerja. Mereka gak liat perjuanganmu di balik layar.

Selain itu, budaya kita sering kali nganggep rasa sakit atau kelemahan itu sesuatu yang harus “dilawan.” Jadi, ketika kamu bilang capek atau sakit, mereka anggap itu cuma alasan buat gak usaha lebih keras. Mereka lupa, kalau gak semua orang punya kondisi tubuh yang sama.

Kadang, ada juga yang ngomong tanpa pikir panjang karena mereka gak tau harus bilang apa. Mereka pengen kasih semangat, tapi caranya salah. Sayangnya, niat baik gak selalu menghasilkan dampak yang baik.

Gimana Cara Ngalahinnya?

Kalau kamu sering dapet komentar gak enak, yang pertama harus kamu inget adalah ini bukan salahmu. Kamu gak perlu membuktikan ke siapa-siapa kalau kondisimu itu nyata. Yang paling penting adalah kamu ngerti tubuhmu sendiri dan tahu batasmu.

Kedua, belajar buat milih mana komentar yang perlu didenger dan mana yang bisa di-skip aja. Gak semua orang ngerti atau mau ngerti, dan itu bukan tanggung jawabmu buat ngajarin mereka. Kadang, lebih baik kamu simpan energi buat diri sendiri daripada habisin waktu debat sama orang yang gak peduli.

Kalau kamu merasa nyaman, kamu bisa coba jelasin kondisimu ke orang-orang terdekat. Misalnya, kasih tau kalau penyakitmu bikin kamu gampang capek atau butuh lebih banyak waktu buat istirahat. Tapi, kalau mereka tetap gak ngerti, itu bukan salahmu. Kamu udah cukup berusaha.

Dukungan Itu Penting

Di tengah komentar-komentar yang bikin down, dukungan dari orang-orang yang ngerti itu bener-bener jadi penyelamat. Kadang, cuma satu kalimat kayak “Gimana harimu? Capek gak?” itu udah cukup bikin kamu merasa dihargai.

Kalau kamu gak dapet dukungan dari orang terdekat, coba cari komunitas yang bisa relate sama kondisimu. Banyak kok grup online atau komunitas penyakit kronis yang bisa jadi tempat curhat. Di sana, kamu bisa dapet cerita-cerita inspiratif dari orang yang ngalamin hal yang sama.

Dan yang paling penting, jangan lupa buat dukung diri sendiri. Kamu udah kuat banget bisa bertahan sejauh ini, meskipun ada banyak komentar negatif yang datang. Kamu layak buat bangga sama dirimu sendiri.

Penutup: Komentar yang Menyayat Hati

Hidup dengan penyakit kronis atau invisible disability itu udah cukup berat tanpa tambahan komentar negatif dari orang lain. Jadi, kalau kamu kenal seseorang dengan kondisi ini, cobalah buat lebih peka. Jangan buru-buru nge-judge atau kasih saran yang gak diminta. Kadang, hal terbaik yang bisa kamu lakuin adalah dengerin mereka tanpa komentar apa-apa.

Dan buat kamu yang hidup dengan kondisi ini, ingatlah kalau kamu gak sendirian. Komentar-komentar itu mungkin bikin sakit hati, tapi mereka gak mendefinisikan siapa kamu. Kamu lebih dari sekadar komentar orang lain. Kamu adalah pejuang yang setiap hari ngelawan sesuatu yang banyak orang gak pernah tau rasanya. Tetap kuat, ya!

Jangan berhenti di sini aja, lanjut yuk ke artikel seru berikutnya!

PasienSehat
PasienSehat Hai, saya pasien biasa yang suka nulis blog buat berbagi dan belajar bareng. Lewat tulisan ini, saya berharap kita bisa saling mendukung, bertukar ide, dan tumbuh bersama.

Posting Komentar untuk "‘Kamu Hanya Malas’ dan Komentar Lain yang Menyakitkan Hati"