Autoimun dan Social Media: Berbagi Cerita atau Malu Mengungkapkan?

Autoimun dan Social Media: Berbagi Cerita atau Malu Mengungkapkan?

Pernah nggak sih kalian lagi scroll medsos, tiba-tiba nemu postingan seseorang yang cerita soal perjuangan mereka melawan penyakit autoimun? Kadang ceritanya bikin terharu, kadang bikin salut banget sama semangat mereka, dan kadang malah bikin kita ngerasa lebih bersyukur sama kesehatan yang kita punya. Tapi, di sisi lain, nggak sedikit juga orang yang memilih diam, nggak cerita sama sekali soal apa yang mereka hadapi. Alasannya macam-macam, mulai dari takut di-judge sampai nggak mau kelihatan "lemah". Jadi, sebenarnya, medsos itu tempat yang tepat nggak sih buat berbagi cerita soal autoimun?

Autoimun sendiri adalah kondisi di mana sistem imun tubuh kita malah menyerang sel-sel sehat. Bukannya jadi tameng buat lawan penyakit, imun malah "overprotective" sama tubuh kita sendiri. Ada banyak jenis autoimun, kayak lupus, rheumatoid arthritis, sampai penyakit celiac. Dan yang paling bikin sedih, penyakit ini nggak bisa benar-benar sembuh, cuma bisa dikontrol. Jadi, bayangin aja, hidup dengan autoimun itu kayak maraton tanpa garis finish—capek, tapi harus tetap jalan.

Nah, di tengah perjuangan itu, ada medsos yang sekarang jadi tempat curhat modern. Dari postingan di Instagram sampai thread panjang di X, orang-orang dengan autoimun berbagi cerita soal pengalaman mereka. Tapi, nggak semua orang nyaman ngomongin penyakit mereka di medsos. Ada yang ngerasa sharing itu penting buat edukasi orang lain, tapi ada juga yang takut kena stigma atau komentar negatif. Jadi, sebenarnya, cerita atau nggak cerita, sama-sama ada tantangannya.

Kenapa Banyak Orang Milih Cerita?

Banyak orang dengan autoimun merasa medsos itu jadi tempat yang "healing" banget. Mereka bisa nemuin komunitas yang ngerti apa yang mereka rasain, tanpa perlu jelasin panjang lebar. Di dunia nyata, nggak semua orang ngerti gimana rasanya bangun pagi dengan tubuh yang nyeri atau capek terus-menerus. Tapi di medsos, mereka bisa nemu orang-orang yang relate. Rasanya kayak, "Eh, aku nggak sendirian, ya!"

Sharing juga bisa jadi cara buat edukasi orang lain. Soalnya, jujur aja, masih banyak yang nggak ngerti apa itu autoimun. Ada yang mikir ini penyakit nular, ada yang bilang ini cuma karena kita kurang olahraga atau makan nggak sehat. Padahal, kenyataannya jauh lebih rumit dari itu. Dengan cerita di medsos, mereka bisa bantu ngejelasin fakta soal autoimun. Plus, siapa tahu ada yang terinspirasi buat lebih perhatian sama kesehatan mereka sendiri.

Tapi yang nggak kalah penting, sharing itu bikin mereka merasa lebih lega. Kadang, nulis atau ngomongin sesuatu yang berat bikin kita ngerasa lebih ringan. Apalagi kalau dapet respon positif dari orang-orang, rasanya kayak dapet suntikan semangat buat terus kuat.

Tapi, Ada Juga yang Memilih Diam

Di sisi lain, ada juga yang lebih milih buat nggak cerita. Alasannya? Banyak. Salah satunya adalah takut di-judge. Walaupun medsos bisa jadi tempat yang suportif, nggak jarang juga ada orang yang nyinyir atau kasih komentar yang nggak sensitif. Misalnya, ada yang bilang, "Ah, kamu kan keliatan sehat-sehat aja, kok," atau malah kasih saran kayak, "Coba deh minum jus ini, pasti sembuh." Padahal, mereka nggak tahu apa yang sebenarnya dialami.

Selain itu, ada juga rasa takut dicap "drama" atau terlalu mengeluh. Beberapa orang mungkin mikir, kalau cerita soal penyakit terus, nanti orang-orang bakal ngelabelin mereka sebagai orang yang "baperan" atau "cari perhatian". Belum lagi, ada yang ngerasa cerita soal penyakit itu sama aja kayak nunjukin kelemahan, dan mereka nggak mau kelihatan "lemah" di depan orang banyak.

Ada juga faktor privasi. Nggak semua orang nyaman buka-bukaan soal kesehatan mereka di tempat umum, bahkan di medsos sekalipun. Buat mereka, cerita soal autoimun itu hal yang sangat personal, yang mungkin lebih enak diomongin sama orang terdekat aja, bukan diumbar ke publik.

Jadi, Pilihan Mana yang Tepat?

Sebenarnya, nggak ada jawaban benar atau salah soal ini. Mau cerita atau nggak, itu pilihan masing-masing orang. Yang penting, mereka nyaman dengan keputusan itu. Kalau merasa sharing bisa bantu mereka merasa lebih baik, ya, silakan. Tapi kalau nggak mau cerita karena alasan apapun, itu juga sah-sah aja.

Yang penting, sebagai orang di sekitar mereka, kita harus belajar buat lebih peka. Kalau ada yang cerita soal penyakitnya, coba dengerin tanpa nge-judge atau kasih komentar yang nggak diminta. Kadang, mereka cuma butuh didengerin, bukan diceramahin. Dan kalau ada yang milih diam, jangan paksa mereka buat cerita. Hormati privasi mereka.

Medsos memang bisa jadi tempat yang powerful buat berbagi cerita, tapi juga bisa jadi pedang bermata dua. Jadi, balik lagi, semuanya soal kenyamanan masing-masing. Yang penting, jangan lupa kasih diri sendiri apresiasi, apa pun pilihan yang kita ambil.

Menemukan Dukungan di Era Digital

Untungnya, sekarang makin banyak komunitas online buat mereka yang hidup dengan autoimun. Mulai dari grup Facebook, forum diskusi, sampai akun-akun Instagram yang khusus buat sharing soal autoimun. Ini bisa jadi solusi buat mereka yang pengen cerita, tapi nggak pengen cerita ke publik. Mereka bisa dapet dukungan tanpa harus takut dihakimi.

Di sisi lain, penting juga buat kita sebagai pengguna medsos buat lebih bijak. Jangan asal komentar atau kasih saran yang nggak diminta. Kalau kita nggak ngerti soal autoimun, lebih baik belajar dulu atau, kalau nggak yakin, cukup kasih support tanpa basa-basi yang nggak perlu. Kadang, kata-kata sederhana kayak "Kamu hebat banget bisa melalui ini" itu lebih berarti daripada saran yang nggak relevan.

Autoimun memang bukan hal yang gampang buat dihadapi. Tapi, dengan atau tanpa cerita di medsos, orang-orang yang hidup dengan kondisi ini sudah luar biasa kuat. Jadi, yuk, kita belajar buat jadi support system yang baik, entah itu di dunia nyata atau dunia maya. Karena pada akhirnya, yang paling penting adalah kita saling mendukung, bukan saling menjatuhkan.

PasienSehat
PasienSehat Hai, saya pasien biasa yang suka nulis blog buat berbagi dan belajar bareng. Lewat tulisan ini, saya berharap kita bisa saling mendukung, bertukar ide, dan tumbuh bersama.

Posting Komentar untuk "Autoimun dan Social Media: Berbagi Cerita atau Malu Mengungkapkan?"