Cerita Jujur Orang dengan Autoimun: Kadang Butuh Break, Kadang Butuh Support
Pernah nggak sih kamu ngerasa capek banget, tapi bukan capek yang biasa? Capeknya kayak nggak cuma fisik, tapi mental juga ikutan drop. Nah, buat mereka yang hidup dengan autoimun, perasaan ini tuh kayak sahabat lama yang terus-terusan nongkrong di hidup mereka. Autoimun itu penyakit yang bikin tubuh malah "nyerang" dirinya sendiri. Jadi, bukan cuma bikin badan nggak enak, tapi juga bikin hati kadang terasa berat.
Buat orang-orang yang nggak ngalamin, autoimun tuh kayak jadi sesuatu yang sulit banget dipahami. Apalagi kalau dari luar mereka keliatan biasa aja. Nggak ada luka, nggak ada alat bantu apa-apa, tapi kok tiba-tiba mereka bilang butuh istirahat, nggak bisa kerja full-time, atau butuh waktu sendiri. Kadang, orang suka mikir, "Ah, lebay banget sih, sakit kok nggak keliatan?" Padahal, di balik senyum mereka, ada perjuangan yang nggak kelihatan.
Kalau kamu punya teman atau kenalan dengan autoimun, penting banget buat ngerti kalau mereka nggak nyari perhatian atau drama. Mereka cuma butuh ruang untuk bernapas, break kalau perlu, dan yang paling penting, support dari orang-orang terdekatnya. Karena, percaya deh, jalanin hidup dengan autoimun itu ibarat naik roller coaster yang nggak pernah berhenti.
"Kelihatan Sehat, Tapi Nggak Sehat"
Ini kalimat yang sering banget keluar dari mulut mereka yang punya autoimun. Dari luar, mereka keliatan fit, masih bisa kerja, nongkrong, bahkan olahraga ringan. Tapi sebenarnya, ada saat-saat di mana tubuh mereka terasa kayak baterai yang tinggal 10 persen. Dan sayangnya, baterai itu nggak bisa langsung di-charge penuh.
Bayangin aja, ada hari di mana mereka bangun pagi tapi rasanya kayak baru habis maraton semalaman. Tubuh lemas, sendi sakit, bahkan kadang pusing cuma karena berdiri kelamaan. Kalau mereka cerita ke orang lain, sering banget responnya cuma, "Ya udah, istirahat aja." Padahal, istirahat pun kadang nggak membantu sepenuhnya.
Kondisi ini sering disebut sebagai "invisible illness" alias penyakit yang nggak kelihatan. Karena nggak ada tanda-tanda fisik yang jelas, banyak orang yang underestimate dampaknya. Mereka lupa kalau autoimun itu bukan cuma soal sakit fisik, tapi juga perang mental setiap hari.
Break Itu Bukan Malas
Banyak banget stigma kalau orang yang sakit autoimun itu "manja" atau "malas." Padahal, break yang mereka butuhkan itu jauh dari kata malas. Itu adalah cara tubuh mereka untuk bertahan. Autoimun bikin tubuh terus bekerja keras, bahkan ketika mereka lagi nggak ngapa-ngapain. Jadi, break itu ibarat reset button biar mereka bisa lanjut jalanin hari.
Mereka juga sering merasa bersalah karena harus minta izin istirahat dari kerja atau batalin janji sama teman. Tapi mau gimana lagi? Tubuh mereka punya batas yang beda dari orang lain. Kalau mereka maksain diri, hasilnya malah bisa lebih buruk. Bukan cuma bikin tubuh tambah drop, tapi juga mental mereka makin tertekan karena nggak bisa ngelakuin apa-apa.
Jadi, kalau kamu punya teman yang bilang, "Aku butuh break dulu," coba pahami aja. Itu bukan karena mereka nggak mau usaha atau nggak peduli sama kamu, tapi karena mereka lagi prioritasin kesehatan mereka sendiri. Dan itu nggak salah, kan?
Support Itu Segalanya
Hidup dengan autoimun tuh nggak pernah gampang, tapi bisa jadi lebih ringan kalau ada support dari orang sekitar. Kadang, support itu nggak perlu berupa kata-kata motivasi yang panjang atau hadiah mahal. Kadang, cuma dengan bilang, "Aku ada di sini kalau kamu butuh," itu udah cukup bikin mereka merasa nggak sendirian.
Support juga bisa dalam bentuk hal-hal kecil, kayak nanya, "Gimana kabarmu hari ini?" atau sekadar ngajak mereka ngobrol santai tanpa ngebahas soal penyakitnya. Karena mereka juga butuh waktu untuk merasa "normal," tanpa harus terus-terusan diingatkan soal kondisi mereka.
Tapi, kalau mereka lagi cerita soal perjuangan mereka, dengerin dengan hati, ya. Jangan buru-buru kasih saran atau komentar. Kadang, mereka cuma butuh seseorang yang mau dengerin tanpa nge-judge.
"Aku Nggak Minta Dimengerti, Tapi Aku Butuh Dimengerti"
Ini kalimat yang sering terlintas di kepala mereka. Mereka tahu, nggak semua orang bisa ngerti apa yang mereka rasain. Tapi setidaknya, mereka berharap orang-orang di sekitar bisa berusaha untuk memahami sedikit aja.
Hidup dengan autoimun itu bikin mereka harus terus belajar nerima kondisi diri sendiri, bahkan ketika tubuh mereka nggak mau diajak kompromi. Mereka harus rela ngelewatin hari-hari berat, tapi tetap mencoba untuk senyum dan jalani hidup seperti biasa.
Jadi, kalau kamu punya kenalan dengan autoimun, coba lebih peka, ya. Mereka mungkin nggak selalu cerita, tapi sedikit perhatian dan pengertian darimu bisa jadi hal besar buat mereka. Karena pada akhirnya, mereka cuma pengin diterima apa adanya, tanpa harus terus menjelaskan apa yang mereka alami.
Terus Jalan, Walau Pelan
Buat teman-teman dengan autoimun, nggak apa-apa kok kalau kamu merasa capek dan butuh istirahat. Kamu nggak perlu ngejelasin ke semua orang kenapa kamu nggak bisa ikut ini-itu, atau kenapa kamu harus istirahat lebih banyak. Yang penting, kamu tahu batasmu sendiri dan nggak memaksakan diri.
Hidup dengan autoimun itu ibarat lari maraton, bukan sprint. Jadi, jangan lupa untuk kasih dirimu waktu buat berhenti sejenak, tarik napas, dan lanjut lagi pelan-pelan. Dan kalau kamu butuh bantuan, jangan ragu buat minta. Ingat, kamu nggak sendirian.
Jadi, buat semua pejuang autoimun di luar sana, terima kasih karena terus berjuang meskipun dunia sering nggak ngerti. Terus semangat, ya!
Posting Komentar untuk "Cerita Jujur Orang dengan Autoimun: Kadang Butuh Break, Kadang Butuh Support"