“Kamu Terlihat Baik-Baik Aja” Tapi Tubuhku Gak Setuju

“Kamu Terlihat Baik-Baik Aja” Tapi Tubuhku Gak Setuju

Pernah nggak sih kamu denger orang ngomong gini, “Ah, kamu kayaknya sehat-sehat aja kok, gak ada yang salah,” padahal kamu lagi nahan sakit yang nggak keliatan? Kamu senyum, ketawa, dan pura-pura oke, tapi dalam hati ngerasa capek banget. Dan ini bukan capek biasa. Ini kayak kamu lagi perang sama tubuhmu sendiri, setiap hari, tanpa orang lain tahu.

Yang bikin makin nyesek, kadang orang nggak percaya kalau kamu sakit. Mungkin karena nggak ada luka fisik yang kelihatan, atau karena kamu masih bisa jalan dan ngobrol kayak biasa. Tapi mereka nggak tahu perjuangan kamu buat bangun dari tempat tidur pagi itu aja udah kayak maraton. Sakit kronis atau autoimun emang gitu, bikin kamu kelihatan “baik-baik aja” dari luar, padahal di dalam tubuhmu ada badai yang nggak berhenti.

Hidup dengan penyakit yang nggak keliatan tuh aneh. Kadang kamu pengen orang lain ngerti, tapi di sisi lain kamu juga nggak mau kelihatan lemah atau minta belas kasihan. Akhirnya, kamu terus jalanin hari-hari kayak biasa sambil pura-pura nggak apa-apa. Tapi sebenarnya, kamu pengen banget ada yang benar-benar ngerti rasanya.

Sakit yang Gak Kelihatan

Sakit kronis atau autoimun tuh emang tricky. Kadang kamu nggak kelihatan sakit karena nggak ada tanda fisik yang jelas, kayak patah tulang atau demam tinggi. Tapi itu nggak berarti kamu baik-baik aja. Misalnya, rasa nyeri yang terus-menerus, kayak ditusuk ribuan jarum kecil, bikin kamu nggak bisa fokus. Atau kelelahan yang nggak hilang meskipun kamu tidur sepanjang malam. Itu semua nggak kelihatan, tapi nyata banget buat kamu.

Kamu mungkin sering banget ngalamin momen di mana orang bilang, “Ah, kamu cuma kurang olahraga aja, pasti nanti sembuh.” Atau yang lebih parah, “Kamu tuh kurang bersyukur, makanya sakit terus.” Padahal, kamu udah coba semuanya: olahraga, makan sehat, sampai terapi yang nggak murah. Tapi tubuhmu tetep aja kayak nggak mau kompromi.

Yang bikin frustrasi, sakit ini datang dan pergi sesuka hati. Kadang kamu ngerasa lumayan baik, terus beberapa jam kemudian langsung drop. Orang lain nggak ngerti gimana sulitnya merencanakan sesuatu kalau tubuh kamu selalu nggak bisa diprediksi. Mau pergi jalan-jalan atau sekadar nongkrong sama temen jadi tantangan besar.

Capek Menjelaskan

Salah satu hal yang paling melelahkan dari hidup dengan penyakit kronis adalah menjelaskan kondisimu ke orang lain. Kamu pengen mereka ngerti, tapi nggak semua orang bisa nerima penjelasan yang ribet. Kadang mereka bilang, “Ah, kamu terlalu mikirin sakitmu, makanya gak sembuh-sembuh.” Seolah-olah kamu pengen hidup kayak gini.

Kamu juga mungkin capek ngedenger saran-saran yang nggak diminta. “Coba deh minum herbal ini, katanya bisa nyembuhin.” Atau, “Coba jangan stress, pasti sembuh.” Itu kayak bilang ke ikan buat belajar terbang. Masalahnya, penyakit ini bukan sesuatu yang bisa dihilangin cuma dengan teh hijau atau pikiran positif. Kalau bisa segampang itu, kamu pasti udah sembuh dari dulu.

Kadang kamu akhirnya cuma diem, pura-pura setuju, dan senyum aja. Karena jujur aja, ngejelasin terus-terusan tuh nguras energi. Kamu ngerasa lebih baik simpen semuanya sendiri daripada ngadepin orang yang nggak ngerti atau malah nge-judge kamu.

Tubuh yang Selalu Melawan

Hidup dengan penyakit autoimun itu kayak tubuhmu jadi musuh terbesar kamu. Sistem imun yang seharusnya melindungi malah menyerang tubuh kamu sendiri. Rasanya kayak lagi perang yang nggak pernah ada akhirnya. Setiap hari kamu bangun dengan rasa nyeri atau lelah yang nggak ada habisnya.

Mungkin kamu udah terbiasa nahan rasa sakit sampai orang lain nggak sadar kalau kamu lagi nggak baik-baik aja. Tapi itu bukan berarti rasa sakitnya hilang. Kadang kamu ngerasa tubuhmu kayak nggak lagi milikmu sendiri. Dia punya agenda sendiri yang nggak pernah kamu ngerti.

Dan yang bikin lebih berat, penyakit ini sering banget bikin kamu ngerasa sendirian. Karena nggak semua orang bisa ngerti apa yang kamu alami, bahkan orang terdekat sekalipun. Mereka mungkin peduli, tapi mereka nggak pernah benar-benar tau seberapa besar perjuangan kamu untuk terus bertahan setiap harinya.

“Kamu Terlihat Sehat, Kan?”

Kalimat ini mungkin yang paling sering kamu denger, dan jujur aja, paling bikin kesel. Orang-orang mikir kalau kamu sehat cuma karena kamu kelihatan normal dari luar. Padahal, sakit kronis itu nggak selalu kelihatan. Kamu bisa aja dandan rapi, jalan ke kantor, atau nongkrong di kafe, tapi itu semua butuh usaha yang luar biasa besar.

Kadang kamu pengen bilang, “Kelihatan sehat nggak sama dengan sehat.” Tapi lagi-lagi, kamu nggak mau ribet ngejelasin. Jadinya, kamu cuma senyum dan bilang, “Iya, aku baik-baik aja kok,” walaupun kenyataannya nggak begitu.

Yang orang-orang nggak tau, ada hari di mana kamu harus milih antara mandi atau makan karena energi kamu cuma cukup buat satu hal itu. Ada hari di mana kamu nggak bisa bangun dari tempat tidur karena badanmu bener-bener nggak mau diajak kompromi. Tapi semua itu nggak kelihatan, jadi mereka pikir kamu nggak apa-apa.

Perjuangan Mental yang Sama Beratnya

Selain perang dengan tubuh, kamu juga harus berjuang dengan pikiran kamu sendiri. Kadang kamu ngerasa nggak cukup baik karena nggak bisa melakukan hal-hal yang orang lain anggap biasa. Kamu mungkin ngerasa bersalah karena harus cancel rencana atau cuti kerja lagi-lagi karena badan kamu nggak bisa diajak kompromi.

Ada juga rasa takut yang selalu menghantui. Takut penyakit ini makin parah, takut kehilangan pekerjaan, atau takut nggak ada yang mau nerima kamu apa adanya. Semua ketakutan itu bikin kamu jadi overthinking, dan akhirnya bikin kamu makin capek, baik fisik maupun mental.

Tapi di sisi lain, kamu juga jadi lebih kuat. Kamu belajar buat menghadapi semua ini, walaupun kadang rasanya pengen nyerah. Kamu tahu kalau kamu nggak punya pilihan selain terus maju, bahkan kalau langkah kamu kecil banget sekalipun.

Berdamai Sama Tubuh yang Bandel

Punya tubuh yang nggak selalu nurut itu emang nyebelin. Tapi, kalau terus-terusan kamu lawan, capeknya nggak bakal ada habisnya. Jadi, mungkin udah saatnya kamu berdamai. Bukan berarti pasrah ya, tapi lebih ke nerima kalau tubuh kamu lagi butuh perhatian ekstra. Kadang, tubuhmu nggak salah kok. Dia cuma lagi bingung gimana cara kerja yang bener, dan kamu harus bantu dia pelan-pelan.

Coba mulai kenalin pola tubuhmu. Misalnya, kapan energi kamu lagi lumayan dan kapan harus istirahat total. Jangan terlalu maksa buat jadi kayak dulu. Kalau ada hari di mana kamu cuma bisa tidur seharian, ya nggak apa-apa. Itu bukan tanda kalau kamu lemah, tapi tanda kalau kamu lagi butuh recharge.

Berdamai itu juga berarti kasih diri kamu waktu buat ngerasa sedih, marah, atau bahkan frustrasi. Kadang, nangis itu penting buat ngelepasin semua yang kamu simpan sendiri. Abis itu, pelan-pelan bangkit lagi. Kamu nggak harus selalu kuat kok. Kamu manusia, dan manusia tuh boleh capek.

Support System Itu Nggak Cuma Bonus

Kamu mungkin ngerasa sendirian, apalagi kalau penyakit kamu nggak umum atau nggak banyak orang yang ngerti. Tapi percayalah, ada orang-orang yang peduli, meskipun mereka nggak selalu tau gimana cara nunjukinnya. Kamu nggak harus ngadepin ini sendiri. Nyari support system itu penting banget, bahkan bisa jadi penyelamat di hari-hari terberat kamu.

Coba deh cari temen atau keluarga yang bisa jadi pendengar tanpa nge-judge. Kamu nggak perlu jelasin semuanya kalau nggak nyaman, cukup cerita apa yang bikin kamu tenang. Kalau mereka peduli, mereka bakal berusaha ngerti. Dan kalau kamu nggak nemu support system di sekitar kamu, coba cari komunitas online. Ada banyak grup buat orang-orang yang ngalamin hal yang sama. Kadang, ngobrol sama orang yang “seperjuangan” bikin kamu ngerasa lebih diterima.

Jangan ragu juga buat minta bantuan kalau butuh. Kadang kita terlalu gengsi buat bilang, “Aku lagi butuh bantuan nih.” Padahal, nggak ada yang salah sama itu. Orang-orang yang sayang sama kamu bakal seneng kalau bisa bantu, meskipun itu hal kecil kayak nganterin kamu ke dokter atau nemenin ngobrol di rumah.

Self-Care: Nggak Ribet, Tapi Penting

Self-care itu bukan cuma soal masker wajah atau makan enak, ya, walaupun itu juga boleh banget kalau bikin kamu happy. Buat kamu yang hidup dengan penyakit kronis, self-care itu lebih ke ngerawat tubuh sesuai dengan kebutuhannya. Nggak usah ribet, cukup mulai dari hal-hal kecil yang bikin tubuh kamu merasa dihargai.

Misalnya, dengerin tubuh kamu. Kalau dia capek, ya istirahat. Kalau sakit, jangan pura-pura nggak ada apa-apa. Kadang, tubuh kamu cuma butuh waktu buat ngumpulin tenaga lagi. Dan self-care juga berarti disiplin. Minum obat tepat waktu, jaga pola makan, atau datang ke dokter sesuai jadwal itu bagian dari cara kamu bilang ke tubuhmu, “Aku peduli kok sama kamu.”

Jangan lupa juga buat cari sesuatu yang bikin kamu seneng. Nggak perlu besar, hal kecil kayak nonton film favorit, dengerin musik, atau baca buku bisa jadi bentuk self-care yang ampuh. Fokus ke apa yang bikin kamu nyaman, meskipun cuma sebentar. Karena setiap momen bahagia, sekecil apa pun, itu penting banget buat bikin mental kamu tetap kuat.

Jangan Malu Buat Bicara

Hidup dengan penyakit yang nggak keliatan sering bikin kamu pengen diem aja. Kamu takut orang nggak percaya, atau lebih parah lagi, nge-judge kamu. Tapi jujur aja, ngomongin apa yang kamu alamin itu penting. Karena kalau nggak, orang bakal terus mikir kamu baik-baik aja, dan itu malah bikin kamu tambah stres.

Kalau kamu kerja atau kuliah, coba pelan-pelan jelasin ke orang-orang di sekitar kamu, terutama mereka yang punya pengaruh ke rutinitas kamu. Nggak usah terlalu detail kalau nggak nyaman, cukup kasih tau kalau kamu punya kondisi yang bikin kamu butuh fleksibilitas lebih. Misalnya, bilang kalau kamu butuh waktu istirahat tambahan atau mungkin nggak bisa kerja lembur setiap hari.

Dan ingat, cerita tentang kondisi kamu itu bukan tanda kelemahan. Justru, itu bukti kalau kamu berani dan bertanggung jawab atas apa yang kamu alamin. Orang yang bener-bener peduli bakal berusaha ngerti dan bantu sebisanya. Kalau mereka malah nge-judge, ya, itu masalah mereka, bukan kamu.

Fokus ke Hal yang Masih Bisa Kamu Lakuin

Hidup dengan penyakit kronis bikin kamu sering ngerasa kehilangan kontrol. Tapi, kalau kamu terus-terusan fokus ke hal-hal yang nggak bisa kamu ubah, kamu bakal capek sendiri. Jadi, coba ubah fokus ke hal-hal kecil yang masih bisa kamu lakuin.

Misalnya, kamu masih bisa jalan-jalan kecil di taman, masak makanan favorit, atau sekadar nonton serial baru di Netflix. Nggak usah terlalu mikirin hal besar. Nikmati apa yang ada di depan kamu saat ini. Kadang, hal-hal kecil kayak gitu bisa bikin hati kamu lebih tenang.

Dan jangan lupa buat ngerayain pencapaian kamu, sekecil apa pun itu. Bisa bangun dari tempat tidur? Hebat! Bisa selesain satu tugas meskipun butuh waktu lama? Itu luar biasa. Jangan bandingin diri kamu sama orang lain. Perjalanan kamu unik, dan setiap langkah kecil adalah bukti kalau kamu terus maju.

Hidup Masih Punya Arti

Kadang, penyakit kronis bikin kamu ngerasa nggak punya tujuan. Kamu nggak bisa ngelakuin semua hal yang dulu gampang, dan itu bikin kamu mikir, “Apa sih gunanya hidupku sekarang?” Tapi percayalah, hidup kamu masih berarti, meskipun nggak selalu keliatan kayak gitu.

Kamu mungkin nggak bisa kerja sepanjang hari atau ikut semua kegiatan kayak temen-temen kamu, tapi itu nggak berarti kamu nggak penting. Hal sekecil bikin seseorang tersenyum, ngobrol sama temen, atau cerita pengalaman kamu bisa jadi sesuatu yang besar buat orang lain.

Dan jangan lupa, hidup dengan penyakit kronis bikin kamu jadi lebih kuat, lebih peka, dan lebih menghargai hal-hal kecil yang sering orang lain anggap remeh. Kamu punya pengalaman yang unik, dan itu bisa jadi inspirasi buat banyak orang, bahkan kalau kamu sendiri nggak sadar.

Hidup dengan tubuh yang kadang “bandel” emang nggak gampang, tapi kamu udah sampai sejauh ini, dan itu bukti kalau kamu kuat. Kamu nggak harus selalu baik-baik aja, dan kamu juga nggak sendirian. Ingat, langkah kecil pun tetap langkah. Terus maju, ya!

PasienSehat
PasienSehat Hai, saya pasien biasa yang suka nulis blog buat berbagi dan belajar bareng. Lewat tulisan ini, saya berharap kita bisa saling mendukung, bertukar ide, dan tumbuh bersama.

Posting Komentar untuk "“Kamu Terlihat Baik-Baik Aja” Tapi Tubuhku Gak Setuju"