Ketika 'Kamu Kuat' Jadi Komentar yang Membebani
Pernah nggak, kamu lagi capek atau ngerasa nggak bisa ngapa-ngapain, terus ada yang bilang, “Kamu kuat kok!” Padahal, kamu lagi di titik terendah, dan kata-kata itu malah rasanya kayak beban tambahan, bukannya bikin lega. Buat banyak orang yang hidup dengan penyakit kronis, apalagi autoimun kayak myasthenia gravis, kalimat itu sering banget muncul. Tapi, apakah benar mereka kuat atau sebenarnya mereka cuma nggak punya pilihan selain bertahan?
Myasthenia gravis, atau sering disebut MG, adalah salah satu jenis autoimun yang bikin otot-otot tubuh melemah. Bayangin aja, buat ngangkat tangan atau bahkan sekadar buka mata aja bisa butuh usaha ekstra. Tapi di balik senyum mereka yang tetap bertahan, ada rasa capek, frustrasi, dan kadang pengen bilang ke dunia, “Gue juga manusia biasa.” Nah, saat orang-orang bilang “Kamu kuat,” itu kadang malah bikin mereka merasa nggak boleh kelihatan lemah, padahal ya wajar kalau mereka butuh istirahat atau sekadar curhat.
Jadi, apa sih sebenarnya yang terjadi ketika komentar seperti “Kamu kuat” dilontarkan? Apakah itu benar-benar membantu atau malah bikin hati jadi berat? Yuk, coba kita bahas dari sudut pandang orang-orang yang menjalani hidup dengan kondisi kayak gini.
Autoimun Itu Nggak Sesimpel yang Kelihatan
Buat yang belum tahu, myasthenia gravis itu penyakit autoimun yang bikin sistem imun kita malah nyerang tubuh sendiri, terutama bagian otot-otot. Gejalanya macem-macem, mulai dari otot yang lemes, penglihatan ganda, sampai susah banget buat gerak atau bicara. Kebayang kan gimana susahnya kalau tubuh kita nggak nurut sama keinginan kita?
Yang bikin berat adalah, penyakit ini nggak kelihatan. Kalau orang lihat dari luar, semuanya kelihatan baik-baik aja. Tapi di dalam, tubuh kayak lagi perang terus-menerus. Jadi, pas ada yang bilang “Kamu kan kuat,” itu kadang bikin bingung. Apa mereka tahu apa yang sebenarnya kita rasain? Atau mereka cuma bilang itu biar kita nggak ngeluh?
Ketika 'Kuat' Jadi Topeng
Kalimat “Kamu kuat” sering banget jadi semacam standar nggak tertulis buat orang dengan kondisi kronis. Kayak ada ekspektasi kalau mereka harus tetap terlihat tegar, nggak boleh ngeluh, apalagi kelihatan lemah. Padahal, di balik layar, ada hari-hari di mana mereka cuma bisa tiduran di kasur, nangis sendirian, atau bahkan merasa nggak berguna.
Bukan berarti orang dengan autoimun nggak kuat. Mereka jelas luar biasa karena bisa bertahan di situasi yang mungkin banyak orang lain nggak sanggup. Tapi ya nggak adil juga kalau mereka terus-terusan dituntut untuk kelihatan baik-baik aja. Komentar seperti ini sering bikin mereka ngerasa sendirian, karena kayaknya nggak ada ruang buat jujur soal apa yang mereka rasain.
Kalau Mau Support, Jangan Pakai Template
Bukannya komentar kayak “Kamu kuat” itu selalu salah. Kadang niatnya tulus, cuma caranya aja yang kurang pas. Kalau pengen support orang dengan penyakit kronis, coba mulai dengan dengerin cerita mereka tanpa buru-buru kasih komentar. Terkadang mereka cuma butuh didengerin, tanpa ada solusi atau kata-kata penyemangat yang terlalu template.
Misalnya, daripada bilang “Kamu kuat,” coba bilang, “Gimana hari ini? Mau cerita nggak?” atau “Gue ada buat lo kapan pun lo butuh.” Kalimat-kalimat sederhana ini bisa jadi cara buat menunjukkan kalau kamu benar-benar peduli, tanpa bikin mereka ngerasa dihakimi atau dituntut buat tetap kuat.
Menerima Kelemahan Itu Juga Bentuk Kekuatan
Ini yang sering lupa: jadi kuat bukan berarti nggak pernah kelihatan lemah. Justru, orang yang berani jujur sama apa yang dia rasain, termasuk kelemahannya, itu adalah bentuk kekuatan yang nggak semua orang punya. Buat mereka yang hidup dengan autoimun, setiap hari adalah perjuangan untuk menerima diri sendiri. Mereka belajar untuk pelan-pelan berdamai dengan tubuh yang nggak selalu bisa diajak kompromi.
Kita, sebagai teman, keluarga, atau sekadar orang yang peduli, bisa bantu dengan kasih ruang buat mereka jadi diri sendiri. Biarkan mereka punya hari-hari di mana mereka boleh bilang, “Gue capek,” tanpa merasa bersalah.
Jadi, Apa yang Bisa Kita Lakuin?
Hidup dengan autoimun kayak myasthenia gravis itu nggak gampang. Ada hari-hari di mana segalanya terasa berat, bahkan buat sekadar bangun dari tempat tidur. Kata-kata “Kamu kuat” kadang bisa jadi dukungan, tapi juga bisa jadi tekanan. Maka dari itu, yuk mulai lebih peka sama apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Kadang, dukungan terbaik datang dari hal-hal kecil, kayak kehadiran kita yang tulus dan siap dengerin tanpa menghakimi.
Ingat, mereka nggak butuh dikasih tahu kalau mereka kuat. Mereka sudah tahu itu. Yang mereka butuhkan adalah tempat untuk tetap jadi manusia—lemah, capek, dan rapuh—tanpa rasa bersalah.
Posting Komentar untuk "Ketika 'Kamu Kuat' Jadi Komentar yang Membebani"